Seperti biasa, objek yang nampak di mata Feli bila keluar bersama Sembara adalah pohon-pohon besar yang menjulang tinggi. Feli sudah tak setakut dulu lagi.
Sedangkan Sembara sendiri sibuk memacu kudanya dalam diam. Padahal Feli merasa bosan dan ngantuk karena mendapat hembusan angin.
"Sem, gua bosen lewat hutan mulu! Sekali-kali lewat tepian sungai kek, atau pantai kek, biar kayak drakor yang pernah gua tonton."
"Drakor? Makhluk apa itu drakor?" Sembara menatap Feli sekilas lalu fokus kembali ke depan.
"Drakor itu drama Korea. Lo tau drama nggak? Semacam pertunjukan yang ditunjukkan untuk khalayak umum. Nah disitu banyak banget kisah-kisah yang seru terus bikin lumer sendiri!" Feli bercerita sambil membayangkan dia bermain drama bersama Taehyung dan Ji Chang Wook sekaligus.
Aduhai banget idup gua kalo bisa kolaborasi sama mereka! Tapi mereka yang asuhai sama gua kali ya awkwowowowok. Senyum bahagia muncul di bibir Feli.
Pletak
"Sayang sekali kisah hidupmu tak seindah drakormu itu kan?"
ANJIM BENER NIH COGAN! Untung sayang!
"Heh sembarangan!" Feli menepuk pipi kiri Sembara sambil menatapnya tak suka, "Kisah idup gua indah kok! Buktinya gua bisa ketemu lo!"
Feli segera menutup mulutnya sedangkan Sembara menghentikan kudanya mendadak yang membuat kuda itu mengangkat badan depannya ke atas.
"Kau baru saja merayuku?"
Feli mengerjapkan matanya, "Ih apa-apaan sih? Nggak! Mana ada gua ngerayu!" Feli kembali menghadap ke depan setelah tadi dia sempat berbalik untuk bisa bertatapan dengan Sembara.
"Oh, yasudah kalau begitu."
Sembara kemudian lanjut memacu kudanya ke tepi hutan bagian kiri.
Oh doang? Tebak dulu kek, apa kek! Ni orang terlalu lama jadi mayat idup kali ye?
Feli memilih diam saja, meskipun dia gatal sekali ingin berbicara panjang lebar. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan.
Contoh pertanyaannya, dia ingin bertanya, apakah Sembara pernah melihat kuntilanak tiap lewat hutan, atau apakah pernah dia bertarung dengan Om Gendruwo?
Karena Feli itu ingin tahu sekali asal usul sebutan kuntilanak dan Gendruwo itu bagaimana? Seperti apa?
"Jangan sering melamun! Sebaiknya lihatlah matahari yang akan naik itu!"
Kepala Feli ditolehkan paksa oleh Sembara ke samping.
"GIL- Eh maksudnya Subhanallah ..."
Feli terpukau dengan pemandangan matahari yang nampak malu-malu untuk muncul di ufuk timur. Ternyata Sembara mengabulkan keinginanya yang bosan melewati hutan terus.
"Sungai besar yang kau lihat itu adalah sungai Brantas."
Feli hanya bisa menganga takjub. Namun ada yang aneh, di kejauhan sungai sana yang bersambungan langsung dengan laut, dia melihat siluet satu kapal besar menuju kemari.
Saat hendak lebih mengamati, pandangannya sudah terhalang kembali oleh pepohonan.
Tadi itu kapal apa? Pasti besar banget kalo diliat dari jarak deket.
"Kita sudah hampir tiba di Daha. Apakah kau lapar?"
Soal laparnya, jangan ditanya lagi. Feli tentu saja lapar, "Bukan laper lagi, tapi kelaparan! Emang mau makan dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ILLUSION OF WATCH NECKLACE
Historical Fiction#Rank 1 in Majapahit (18 April 2021) #Rank 1 in Singosari (20 Maret 2021) Ini seri kedua dari Querencia. Felicia Adirata alias Lici itu menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Matanya mengerjap mencoba memahami situasinya. Dilihatnya orang-o...