Di kerajaan Kadiri, Ardharaja tengah duduk santai bersama ayahnya Jayakatwang di ruangan khusus.
"Bopo, tidakkah kau cemas kalau saja Wijaya bisa menjatuhkanmu kapan saja?"
Jayakatwang yang tengah meminum segelas arak itu menoleh ke Ardharaja sambil tersenyum.
"Itu tidak akan terjadi, Nggér. Karena setelah perjanjian ketika ku beri hutan Tarik, Wijaya menjanjikan bahwa dia akan menjadi tameng dari musuh yang akan menghancurkan kita."
Ardharaja tersenyum ramah, "Engkau mempercayainya, Bopo?"
Dasar bodoh!
"Tentu saja aku percaya, aku tau Wijaya orang yang seperti apa. Aku sungguh senang ketika dia takhluk di bawah kuasaku, hahaha"
Ardharaja ikut tertawa sebentar setelahnya dia berhenti tertawa karena ada prajurit yang masuk.
"Sendiko, Gusti Prabu, Tong Balang memaksa masuk kemari."
Jayakatwang mengernyit, "Emm, ku perintahkan kau membukakan pintu untuknya."
"Baik." Prajurit itu mengundurkan dirinya. Tak lama, Tong Balang masuk dengan langkah angkuhnya.
"Apa kau sengaja membuat tangan kananku terluka parah karena ulahmu, wahai Ardharaja?" tanpa basa basi Tong Balang mengucapkan itu dan menatap tajam Ardharaja.
Ardharaja tersenyum manis sedangkan Jayakatwang menatap bingung apa yang terjadi.
"Untuk apa kau berurusan dengan bandit sekaligus pendekar sakti semacam dia, Nggér?"
Ardharaja menoleh, "Tenanglah, Bopo. Aku melakukannya untuk mendapatkan sekutu yang kuat!"
"Sekutu?" beo Tong Balang.
Ardharaja mengangguk, "Kalau saja aku meminta baik-baik kau pasti tak akan mau, bukan begitu?"
Tong Balang mendecih, "Aku tak akan tunduk kepada siapapun! Termasuk kau dan juga tua bangka itu!"
"LANCANG SEKALI KAU!" Jayakatwang berseru marah sambil berdiri menunjuk Tong Balang.
"Tenanglah, Bopo, jangan terbawa emosi. Dan kau, akan ku berikan imbalan yang sesuai." ucapnya yang ditujukan kepada Tong Balang.
Tong Balang menyeringai, "Apa itu?"
Ardharaja ikut tersenyum, "Kau bantu kerajaan Kadiri menjadi satu-satunya kerajaan terkuat di Jawa. Dan ..."
Ardharaja berjalan mendekati Tong Balang, dia lalu berbisik di telinga Tong Balang, "Culik seorang gadis yang ada di kediaman Wijaya, namanya Felicia. Gadis yang dijuluki pendekar gila."
~{🕗}~
Feli tengah duduk manis sambil memakan wafer keju miliknya di anak tangga depan kamar Sembara. Pikirannya melayang memikirkan batu yang bertuliskan ' A Secret '.
"Kira-kira siapa orang yang lebih pinter dari gua di sini? Perasaan nggak ada deh." Feli menoleh ke belakang sebentar, menatap kamar Sembara yang pintunya dibiarkan terbuka, lalu kembali makan wafer.
"Secret? Rahasia apaan ini? Tentang apa kira-kira?" Feli masih bermonolog.
"Tentang kau harus tidur sekarang."
"Ha?"
Feli menepuk jidatnya, dia langsung menoleh ke belakang dan mendapati Sembara berdiri di ambang pintu berbalut selimut putih, rambut lelaki itu dibiarkan tergerai hingga tertiup angin yang membuat rambutnya berkibar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILLUSION OF WATCH NECKLACE
Historical Fiction#Rank 1 in Majapahit (18 April 2021) #Rank 1 in Singosari (20 Maret 2021) Ini seri kedua dari Querencia. Felicia Adirata alias Lici itu menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Matanya mengerjap mencoba memahami situasinya. Dilihatnya orang-o...