BARA Sang Pujangga

374 20 0
                                    

PEMUJAMU

Desir angin di temaram malam
Bersilir menyelinap menembus waktu
Samar menjalar merajai hasrat
Terhenti pada noktah tak bertepi

Wahai pemilik hati yang tengah gundah
Adakah celah untuk jiwa yang meradang?
Terbelenggu oleh dahaga fatamorgana
Merindu curahan air di padang gersang

Diantara milyaran makhluk yang diciptakan Tuhan dalam wujud manusia
Dikau adalah rupa dari keindahan dunia
Mengusik rasa yang hampir mati
Menyisakan sesak tak berdetak

Manik yang begitu sendu
Seolah enggan untuk beranjak dari kesedihan
Iris cokelat menyorot tanpa ampun
Menggoda logika menerka makna

Jika dengannya pernah kutuai pahitnya empedu
Izinkan denganmu kusemai manisnya madu
Bila yang lalu menoreh luka
Bersamamu, asaku menggantung

Kolong langit, Maret 2020

* * *

Sudah hampir satu jam aku duduk termenung dalam kebisuan di sebuah bangku panjang di teras lantai dua, tepat di depan kamarku. Mencari inspirasi atau sekadar menikmati pemandangan malam.

Kesunyian dan kesendirian terkadang banyak menghasilkan karya. Aku merasa senang saat menuangkan ide dalam sebuah tulisan, yang kemudian akan terangkai menjadi kalimat yang begitu apik. Entah itu hanya sebuah kutipan, puisi atau cerita fiksi.

Bara, namaku. Saat ini aku masih menyandang status sebagai salah satu mahasiswa semester akhir pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di sebuah universitas.

Salah satu alasan utamaku memilih jurusan sastra adalah untuk memperdalam pengetahuan tentang dunia literasi. Beberapa hari yang lalu, aku juga telah mengajukan judul karya ilmiah sebagai sebuah syarat kelulusan menjadi seorang sarjana.

Saat sedang asyik melamun, tiba-tiba sebuah pesan masuk yang menghiasi layar ponselku. Ternyata itu adalah dari ibu.

[Waktunya makan malam Nak]

Aku segera beranjak menuju lantai bawah. Namun sebelumnya aku tak lupa mengirim tulisanku tadi ke sebuah grup kepenulisan di Facebook.

Sejak tiga bulan yang lalu, aku bergabung di sebuah grup literasi milik salah satu penulis terkenal di Indonesia. Banyak pelajaran berharga yang kutemukan di sana. Berteman dengan orang-orang yang memiliki hobi yang sama. Juga berbagi ilmu dan saling memberikan masukan.

"Masak apa, Bu?" tanyaku saat menghampiri ibu yang sudah menunggu di ruang makan.

"Duduk dulu, Nak. Jangan lupa baca doa." Ibu memperingatkan sembari membuka tudung saji.

Aku mengambil posisi ternyaman dengan duduk bersila. Mataku menjelajah menu apa yang dimasak ibu hari ini. Ada ikan goreng dan sayur bening yang menggugah selera. Juga sambel yang pastinya sangat pedas. Dalam hitungan detik, sepiring makanan telah tersaji dan siap disantap.

"Baca Basmalah dulu." Lagi, Ibu mengingatkan saat sesendok nasi hampir masuk ke mulutku.

"Bismillahirrahanirrahim," ucapku terburu-buru.

Suapan demi suapan membuat isi piring semakin berkurang dan tak tersisa. Setelah kenyang, aku kembali ke kamar untuk beristirahat.

***

[Kamu masih marah?]

Kukirim sebuah pesan untuk Rini, pacarku. Seharian ini ia ngambek gara-gara hal sepele.

Satu menit, dua menit, bahkan sampai lumutan kutunggu balasannya. Namun, belum ada respons.

Gadis itu memang keras kepala. Entah ini sudah keberapa kalinya ia marah dengan alasan yang sama.

Baper Queen [Terbit Buku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang