"Oi, siluman Jerapah! Gue ada berita yahud, nih, buat lo."
Lagi-lagi, manusia berkepala pelontos itu menggangguku saat menunggu mata kuliah selanjutnya. Bukan men-stalk akun Widi Ayu sang pujaan hati, tapi aku sedang membaca beberapa postingan penulis laki-laki di komunitas yang dia ikuti di Facebook.
Semua postingannya menurutku, B--biasa--aja.
Apa bagusnya merangkai kata penuh rayuan belaka? Picisan!"Doamat, Gi! Palingan soal link pemersatu bangsa, kan?" jawabku sambil menutup laptop. Bosan membaca kalimat penuh gombalan di sana.
"Bukan!"
"Trus?"
"Kasih tau jangan?"
"Hari ini lo mau kelaperan?"
"Ampun, Kisanak," jawabnya sambil menangkup dua telapak tangan di depan dahi.
Gian adalah mahasiswa dari luar kota. Sebagai anak kost, dia berani memiliki seorang pacar, yang membuat jatah uang bulanannya habis tak sampai sebulan. Jadi, dia sering memintaku mentraktirnya. Dengan imbalan, dia mau mengajariku beberapa tekhnik fotografi yang benar.
"Jadi, apa beritanya?"
"Pacar khayalan lo. Widi Ayu, ternyata kuliah juga di kampus ini."
"APAAA?" jawabku dengan mata membulat dan suara menggelegar. Persis adegan sinetron.
"Ciusan?" lanjutku.
"Enlan," jawabnya. Lalu kami gumoh lantaran geli dengan cara bicara barusan.
"Lo tau dari mana?"
"Tadi gue liat dia di parkiran. Wait," jawabnya sambil menekan tombol back pada kamera di tangannya.
"Ini, kan?"
Gian menunjukkan tiga foto yang tertangkap di layar. Foto seorang gadis ber-sweter putih gading yang berjalan di antara mobil yang terparkir.
Tak puas melihat dengan jarak yang tak terlalu dekat, aku merebut kamera dari tangannya. Lalu mengamati tiga foto tadi sekali lagi.
Dadaku berdebar saat melihat foto-foto itu. Terkejut dan bahagia bercampur jadi satu. Ternyata jodohku sedekat ini.
Thanks, ya, Lord.
Aku bangun dari duduk dan memakai ransel butut kesayangan.
"Kamera gue mau di bawa ke mana?" tanya Gian.
"Pinjem bentar. Lo pake kamera gue dulu," jawabku sambil mengalungkan tali kamera ke leher, lalu bergegas ke parkiran.
Kupercepat langkah agar cepat sampai, hape yang berkali-kali bergetar tanda ada telepon masuk tak kuhiraukan.
Lelaki galak itu masih saja memaksaku untuk belajar mengurus perusahaan. Padahal, sudah jelas aku akan menjadi fotografer handal.
Demi dia, sosok yang sedari tadi kupandang di layar kamera.BRUG!
Ah sial!
Aku menabrak seseorang.Seorang wanita dengan wajah lumayan, jatuh terduduk di depanku. Dia meringis kesakitan ketika mencoba berdiri sambil mengambil hape yang terpelanting ke lantai.
"Sori, gue gak sengaja."
"Kalau jalan liat-liat, dong!" pekiknya dengan mata melotot.
Apalagi rambutnya yang diikat ke belakang, bergoyang ke kanan dan ke kiri saat dia mendongak sambil mengomel tadi. Lucu.
Tentu saja tak selucu Widi Ayu.
"Iya maaf," ucapku agar masalah ini cepat selesai dan aku bisa segera pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baper Queen [Terbit Buku]
ChickLitAku tersenyum bersamaan dengan air mata yang mulai menetes. Tak ingin membuang waktu lebih lama, aku segera menghambur dalam pelukannya. Sedu sedan tercurah di atas bahunya. Bahu yang akan menjadi milikku. Aku menyesap aroma tubuhnya dalam-dalam. Ar...