To shine your brightest light is to be who you truly are-Roy T. Bennet
***
Dunia memang penuh warna dan sebuah warna menyiratkan banyak makna. Warna- warna sendu berpikir mereka tidak akan dapat bersanding dengan warna- warna yang yang mencerminkan kebahagiaan. Seandainya mereka mampu bercampur menjadi satu, maka akan menjadi seindah apa?
Gadis kecil itu duduk dan mengayunkan kakinya sambil memegang permen cokelat yang sudah meleleh di tangannya. Ia duduk di depan sebuah minimarket, yang jaraknya kira- kira dua ratus meter dari rumahnya. Pikirannya masih tak jauh dari adegan sang ayah memukuli ibunya.
Tanpa sadar setetes air mata jatuh dan membelah pipi tembamnya.
Sebelumnya ia harus berdiri di tengah-tengah konflik kedua orangtuanya, sang ayah dengan ringannya, melayangkan tinjuan tepat ke wajah sang ibu. Gadis itu menjerit dan menangis, mencoba meraih ibunya.
Hingga saat sang ayah pergi ke dapur untuk mengambil tongkat kayu, sang ibu dengan cepat mengeluarkan beberapa lembar uang, dan diberikan kepada anak kecilnya.
"Sera sayang... pergi ke minimarket depan, dan beli permen cokelat, nanti sore ibu jemput disana."
Nenek Sera pernah berkata, makan permen cokelat bisa membuat perasaan menjadi lebih baik. Tapi sang ibu selalu menasehatinya karena Sera terlalu sering makan cokelat, hingga giginya sakit.
Namun hari ini, ibunya membiarkannya.
Kini Sera kecil memandangi cokelat yang sudah meleleh ditangannya. Ia merasa, sang ibu lebih membutuhkan cokelat ini dari pada dirinya. Hari sudah mulai malam, namun sang ibu masih belum menjemputnya.
"Kamu kok nangis." Seorang anak laki- laki tiba- tiba berdiri di depan Sera sambil tersenyum memperlihatkan gigi ompongnya.
"Mata aku kena debu..." kilah Sera sambil berpura-pura mengucek matanya, ia tidak sadar bahwa lelehan permen tadi mengenai pipinya.
"Hahaha... muka kamu kena cokelat." Anak laki- laki itu mencondongkan badannya, lalu dengan cepat menjilat cokelat di pipi Sera.
"Kamu ngapain??" Sera terkejut dengan perlakuan bocah laki- laki itu dan cepat- cepat menggosok pipinya.
Bocah itu sibuk memperlihatkan giginya lagi kepada Sera, "Tuh kan rasanya asin, pasti kamu beneran nangis."
"Enggak! Aku gak nangis!"
"Hehehe... iya gak nangis iya. Oh ya! Nama kamu siapa?"
"Sapphire Nayara."
Setelah Sera menyebutkan namanya, seorang pria dewasa keluar dari minimarket itu, dan menghampiri Sera dan anak laki- laki tadi.
"Kak, ayo pulang." kata pria tadi sambil memandang si bocah. Lalu pria tadi meneruskan jalannya, menuju ke sebuah mobil.
" Sapphire, aku pulang duluan ya!" ucap bocah itu sambil berjalan menuju sebuah mobil bersama pria dewasa tadi.
Tiba- tiba bocah laki- laki itu berbalik dan menghampiri Sera lagi.
"Ini untuk kamu, jangan nangis lagi ya, Sapphire!" Bocah laki- laki itu meninggalkan sebuah permen cokelat ditangan Sera.
Kemudian jari telunjuk bocah itu terangkat dan menyentuh titik diantara kedua alis Sera, kemudian berlari kembali ke mobilnya.
"See you when I see you Sapphire!"
Sera hanya bisa terdiam menyaksikan kelakukan bocah itu dan memandang cokelat yang sudah meleleh di tangan kirinya, dan cokelat baru di tangan kanannya.
Ia bahkan tidak mengetahui nama bocah itu.
***
Na Jaemin NCT Dream as Aksa Narendra
Yeonhee Rocket Punch as Sapphire Nayara
Lucas WayV as Randu Rasendriya
Semarang, 31 Mei 2020
12.30
KAMU SEDANG MEMBACA
Sapphire [END]
FanfictionNa Jaemin as Aksa Narendra Yeonhee as Sapphire Nayara "The soul becomes dyed with the color of its thoughts."-- Marcus Aurelius Semua warna mencerminkan emosi, dan setiap emosi mempunyai warnanya sendiri. Sera dapat melihat emosi dan perasaan yang d...