Bagian 18

54 13 8
                                    

"If you have crazy friends, you have everything."

***

"Kal udah kali banjirnya, lo gak liat apa si kuntet lagi sakit?" Randu mencoba menenangkan Kalila yang sekarang sedang menangis histeris di sebelah ranjang Sera. 

Saat ini mereka bertiga sedang ada di kamar Sera dan Kalila.

Iya. Di kamar cewek, dengan pintu tertutup.

"Lo gak tau apa-apa Ndu, lo gak tau." Kalila masih menangis dengan histeris. Wajahnya sudah sangat merah, dan kedua matanya sudah sangat sembab, tanda sudah lama ia menangis.

"Iya lah gue gak tahu apa-apa, orang lo tiba- tiba dateng sambil nangis kejer gini. Mana bawa- bawa masalah."

Tangisan Kalila langsung pecah tepat setelah kalimat Randu berakhir. Sera yang ada di sebelahnya hanya bisa mengelus pelan punggung tangan Kalila, sambil meminum susu cokelatnya dari sedotan.

Masih ingat dengan satu kardus susu kotak Randu? Hari ini Randu memutuskan untuk menghibahkannya kepada Sera. Sera sih senang- senang saja karena dia memang suka segala hal berbau cokelat.

"Gue gak bisa lihat mereka! Padahal gue kesini cuma mau lihat mereka!" raung Kalila di sela-sela tangisannya.

Pagi ini sebuah kabar mencengangkan menggemparkan seluruh siswa yang menginap di hotel yang sama dengan Sera. Ketiga teman sekamarnya—Kalila dan dua orang temannya, hampir digiring ke kantor polisi karena tiga anak di bawah umur itu memasukki club dan membuat keributan disana.

Memang hanya dua teman Kalila yang sampai mabuk berat. Kalila sendiri hanya menyicip satu sesapan Sunrise Tequilla yang direkomendasikan kedua temannya, karena Kalila masih sangat awam dengan dunia gemerlap.

Karena kelewat mabuk, kedua teman Kalila malah memulai pertikaian dengan seorang laki- laki dewasa disana, hingga satu club gempar. Setelah diusut bahwa kedua orang itu adalah anak di bawah umur, mereka pun digiring kepada pihak yang lebih berwajib, dan menunggu wali kelas mereka menjemput ketiganya.

Setelah sampai di hotel pun mereka diinterograsi habis- habisan. Hingga akhirnya mereka dijatuhi larangan supaya tidak meninggalkan area hotel sampai hari kepulangan mereka.

Kedua teman Kalila juga dipindahkan agar kamar mereka lebih dekat dengan para guru—supaya lebih mudah untuk diawasi.

"Kemaren niatnya cuma mau cari minum aja habis belanja. Ya gue kira mentok-mentok ke Starbuck, mana tau kalo ke tempat ajeb-ajeb?"

"Tapi keren juga Kal, gue kira lo sama temen-temen lo cuma belajar miras, gak sampe diminum juga."

"Miras yang mana maksud lo?" tanya Kalila sambil menggosok hidungnya.

"Ya kan lo kalo lagi praktek kimia biasa pake alkohol."

Kalila mendengus frustasi. Memang salah kalau dia menceritakan masalahnya kepada Randu.

"POKOKNYA GUE MAU NONTON KONSER XHINE BESOK HUAAA..."

Randu benar-benar pusing. Kalau Sera dan Kalila sedang begini, dia lagi yang akan menjadi tumbal. Padahal hari ini dia sudah memutuskan akan memberi perhatian penuh ke Sera. Dia tidak tahu kalau ternyata Kalila akan mendapat masalah juga.

"Nih mau?" Sera mengulurkan satu kotak susu cokelat miliknya yang masih belum dibuka kepada Kalila.

Dengan bibir yang masih mengerucut, Kalila mengambil susu itu lalu meminumnya.

Sera juga mengulurkan satu kotak lagi ke arah Randu. Alhasil ketiga orang itu sudah sibuk sendiri dengan susu kotak masing-masing.

Sera menghembuskan nafas lega, paling tidak warna batu berlian Kalila dan Randu sudah melembut.

Sapphire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang