Bagian 11

59 11 18
                                    


"Jatuh cinta itu apa?''

***

Sesuai ajakan Randu kemarin, saat ini Sera sudah duduk manis kurang lebih satu jam di ruang tamu—menunggu jemputan. Rambutnya sudah ia kuncir satu rapi. Hari ini ia menggunakan kaos putih polos dan celana jeans biru.

Sebenarnya Sera malas pergi malam ini, tetapi ia tidak mungkin tidak menepati janjinya kepada Randu.

Apalagi sejak tadi di sekolah Randu selalu cerewet membahas agenda untuk belanja bareng. Randu sudah mengantisipasi jika Sera tiba-tiba membatalkan pertemuan mereka dengan cara mengancam Sera.

"Liat aja lo ya kalo ntar malem tiba-tiba mager. Gue gak mau bantuin lo kalo mau bolos lagi. Silahkan ke ruang BK sendiri. Bye!"

Sera yang mendengarnya hanya bisa menepuk mulut Randu pelan. Bagaimana juga dia sangat membutuhkan sahabatnya itu.

Trip sekolah diadakan dua hari lagi semenjak sebulan yang lalu diumumkan. Jujur, Sera tidak begitu excited. Pengalamannya tentang trip sekolah sejak sekolah dasar sampai sekarang selalu buruk.

Pernah ketika Sera masih kelas lima SD, sekolahnya mengadakan trip ke Jogja. Ketika sedang mampir ke toko oleh-oleh, Sera terjatuh dari bis saat akan turun. Ia tidak menangis, tapi dagunya terluka cukup lebar.

Sera juga pernah ketinggalan bis saat sedang study tour ke Malang. Bedanya kali ini ada Randu yang juga menjadi korban, karena menemani Sera yang ngotot menawar apel malang untuk dijadikan oleh-oleh bagi nenek. Alhasil, bis mereka harus putar balik demi menjemput mereka berdua.

Memang benar kata nenek, Sera masih saling tarik-menarik dengan segala macam masalah.

"Permisi paket!"

Sera menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya kasar. Itu pasti Randu, sudah terdengar jelas dari suaranya.

"Paket, paket!"

Suara Randu terdengar lagi. Sera sengaja tidak langsung membuka pintu rumahnya. Sekali ini saja ia ingin membalas kejahilan Randu.

"Sera, kok gak dibukain pintunya? Itu Randu ya?" kata nenek Sera yang keluar dari kamarnya karena mendengar suara pintu yang diketuk.

"Biarin nek, sengaja." Sera beranjak dari tempat duduknya, lalu terlihat seperti mencari-cari sesuatu.

Nenek Sera jengah melihat kelakuan jahil cucunya. "Sera, nenek gak pernah ngajarin kamu untuk ngerjain orang lho ya," peringat sang nenek lalu masuk kembali ke kamarnya.

Mau tidak mau, Sera akhirnya melangkahkan kakinya ke pintu depan, dengan menggenggam sebuah benda yang berhasil ia temukan—sebuah senter.

Sera cepat-cepat mematikan lampu dekat pintu depan rumahnya—dan untungnya sang nenek sudah kembali ke kamarnya.

Ia pun melepas kucir rambutnya, lalu mengarahkan semua rambutnya kearah depan. Senter tadi ia nyalakan lalu ia pegang tepat menyorot ke arah wajahnya—seperti setan.

Sera membuka kenop pintu itu, lalu..

"Buaaa!!"

"EH ANJING!!"

"Neneekk!! Randu ngomong kotor." Sera berteriak sambil cekikikan melihat ekspresi Randu yang benar-benar tidak terkontrol. Sera menyesal tidak membawa ponselnya untuk mengabadikan wajah Randu.

"Anjir ya lo! Dah lah gue balik aja!" Randu ngambek. Wajahnya terlihat masam dengan tangan yang memegangi bagian dadanya.

"HUU NGAMBEK." Sera masih menggoda Randu, tapi itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba saja terdengar suara pintu kamar yang terbuka.

Sapphire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang