Bagian 32

23 9 18
                                    


"Kal, jangan bercanda please?" Sera masih menatap wajah datar Kalila dengan panik. Kedua tangannya yang ia taruh dibelakang punggung terus-terusan mencoba menyalakan ponselnya. 

Tak kunjung menjawab, Kalila malah tersenyum sinis. "Gak akan ada bantuan disini. Siapa sih yang mau bantu lo? Aksa? Lo yakin?"

Ketika otak Sera berteriak menyuruhnya kabur dari tempat itu, badan Sera seperti mengatakan kebalikannya. Tubuhnya benar-benar membeku sekarang, otaknya memproses begitu banyak macam kemungkinan. 

"Coba aja minta tolong. Kita lihat, dia ada buat lo atau enggak," tantang Kalila sambil melirik ke bagian belakang Sera karena dari tadi dia tahu gadis itu sedang mencoba meminta bantuan. 

Tak menyianyiakan kesempatan, Sera bergegas mencari nama Aksa dan mencoba menghubungi cowok itu. Ada sekitar dua strip sinyal yang sepertinya cukup untuk menghubungi bantuan. Sera yang sudah pucat karena tak kunjung mendapat jawaban langsung terkejut mendengar Kalila yang menertawakannya. 

"Gak ada jawabankan? Udah deh Sera, gak akan ada yang bisa bantu lo. Mau kabur pun silahkan, gak akan ada kendaraan yang lewat sama sekali yang ada lo tersesat di jalan." Kalila melangkah maju sambil mengelus surai hitam milik Sera. "Daripada lo terluka, mending lo ikutin gue sekarang," bisik Kalila yang membuat Sera menahan nafasnya. 

Sera tak menjawab sama sekali. Jantungnya sudah berdebar sangat kencang. Perlahan satu per satu wajah orang yang ia sayangin mulai terlintas di benaknya. Sera takut akan hal gila apa yang bisa saja Kalila lakukan. 

"Cepetan! Gue gak mau buang-buang tenaga buat nyeret lo."

Dengan langkah ragu, akhirnya Sera mengekori Kalila dibelakang. "Kal, please. Gue ada salah apa sama lo?"tanya Sera ketakutan. "Pokoknya apapun itu gue minta maaf. Gue sayang lo Kalila. lo sahabat gue yang paling bisa mengerti. Please apapun yang ada di pikiran lo, gue harap itu bukan hal yang buruk." Sera terus-terusan memohon. Disamping itu dia sadar bahwa di halaman belakang villa ini terdapat danau buatan kecil yang terlihat seram karena gelap. Sera jadi tambah takut. 

"Kal..."

"Diem!" Kalila membentak Sera kencang. Ia pun membalikkan badannya dan mendorong bahu Sera sampai gadis itu terdorong mundur. 

Sera sudah pasrah saat tangan Kalila mendorongnya kencang. Mereka yang memang berjalan di sisi danau membuat Sera tahu bahwa akan ada kemungkinan dia akan tercebur masuk ke dalam air danau yang dingin.

"Eh?" Sera yang sudah memejamkan matanya rapat dan menahan nafas langsung terkejut saat merasakan ada tangan seseorang yang menopangnya. Bau ini, Sera tahu betul. Dan benar saja, saat Sera menoleh ke belakang, hatinya seperti langsung terselimuti perasaan aman ketika ia melihat Aksa ada di sana. 





"SURPRISEEEEEEEE!!!"

Sera memejamkan matanya saat semua cahaya di sana langsung menyala dan memenuhi netranya. Dari bawah sini, dia bisa melihat Ken, Seth, Hezra, Andhra, Damian, dan Gavin yang berdiri di atas balkon dan berteriak heboh. 

"Happy birthday, Kak Seraa!!!" Suara Seth dan Gavin yang bersemangat membuat Sera bingung ia harus tertawa atau menangis. 

"Ser lihat sini, gue foto." Ken tak kalah bersemangat, ia sudah bersiap dengan kamera digital di tangannya.

"Ini udah boleh turun belum? Ayo bakar-bakar!!" ajak Andhra dengan riang hingga matanya membentuk sabit. 

"Sera nangis please... Gak nangis gak seru." Kalau ini sih Hezra dan Damian. 

Sapphire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang