Bagian 13

42 13 33
                                    


"Kalau orang lain jadi tokoh utama di kehidupannya, kenapa aku jadi tokoh pembantu dalam kehidupanku sendiri?"


***


Sera memandangi langit-langit kamarnya. Kira- kira sejak setengah jam yang lalu, Sera sudah berhasil mempacking barang- barangnya untuk dibawa saat trip.

Sera sengaja membawa sedikit pakaian di trip kali ini, sehingga ia bisa menata semua barangnya tanpa memerlukan koper yang besar.

Trip SMA Harapan berbeda dengan trip SMA- SMA yang lain—bahkan dengan SMA kalian. Biasanya para siswa SMA biasa akan menjalani serangkaian acara bersama- sama, mengunjungi satu tempat ke tempat lain. Hotel hanya untuk tempat singgah dan beristirahat.

Namun tidak dengan SMA Harapan, mereka akan membiarkan para siswanya bersantai sesuka mereka.

Mereka boleh ke pantai sepuas mereka, berhubung hotel yang mereka tempati mempunyai pantai privatenya sendiri. Mereka juga boleh berkeliling Bali sesuka mereka, asalkan ada keterangan yang jelas.

SMA Harapan memang membiarkan para muridnya bersantai, mengingat ujian akan tiba dalam hitungan beberapa bulan lagi.

Tapi sebenarnya alasan yang masuk akal adalah, tidak ada murid SMA Harapan yang tidak pernah mengubek- ubek pulau Bali.

Dari Pantai Kuta sampai ke pelosok-pelosok desa disana pasti sudah pernah didatangi oleh para murid.

Kesimpulannya, selama seminggu, mereka bebas ingin kemanapun. Termasuk clubbing jika mereka mau, asalkan mereka tidak teler dan berjalan sempoyongan sambil meracau ketika memasuki hotel. Para guru tetap akan mengawasi jika ada yang melewati batasan.

Sera mengulurkan tangannya—mengambil ponselnya yang sedang dicharge di atas nakas. Notifikasinya penuh dengan chat Kalila dan teman- teman Kalila yang akan menjadi teman kamar Sera. Mereka merencanakan kegiatan dan tempat- tempat mana saja yang akan mereka datangi.

Kebanyakan kegiatan yang mereka pilih berkaitan dengan water sport. Sungguh, Sera benar- benar ingin bergabung, sehingga tidak meninggalkan kesan kuper kepada teman- teman Kalila. Tapi tidak ada jaminan Sera bisa kembali ke rumah dengan badan yang utuh.

Sera bergidik ngeri.

Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi, jika ia nekat melangkah jauh dari batasannya. Sera adalah salah satu orang yang gila tantangan.

Memainkan permainan yang memicu adrenalin membuatnya semangat.

Tapi tampaknya semesta berkehendak lain, ada saja yang buruk akan terjadi.

Sera membalikkan ponselnya cepat, lalu kembali menatap stiker- stiker awan di langit- langit kamarnya. Stiker awan itu adalah ide neneknya ketika Sera baru saja pindah ke rumah ini.

Saat itu sang nenek baru saja tahu tentang kemampuan Sera.

Neneknya tahu bagaimana Sera sangat kesulitan ketika baru mendapat kemampuan itu. Makanya, nenek Sera sengaja memesan stiker awan berwarna lembut untuk dekorasi kamar Sera.

Ide itu berhasil. Sera selalu merasa lebih baik ketika ia memandang langit- langit kamarnya. Awan- awan warna- warni seperti permen kapas, membuatnya seperti terbang. Tidak ada warna mencolok seperti batu berlian yang biasa ia lihat. Warna- warna awan itu menenangkan.

Arah pandangan Sera masih terkunci pada awan- awan diatasnya, sampai sebuah ketukan pelan menyadarkannya.

“Masuk aja Nek, Sera belum tidur.” Sera mengubah posisinya menjadi terduduk manis di atas ranjang. Ia menatap neneknya yang masuk ke dalam kamarnya, kemudian menghampiri Sera.

Sapphire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang