Bagian 2

83 20 10
                                    

"Tapi apalagi yang membuat hati berdesir selain pertemuan yang tidak disengaja?"—Tere Liye

***

Sera dan Randu terlihat berada di kantin siang ini. Suatu hal yang jarang terjadi, karena saat ini adalah jam istirahat—dan mereka hanya ke kantin saat jam pelajaran. Hal ini berhubungan dengan permintaan tolong Kalila, tiga hari yang lalu.

Walau area kantin sekolah mereka lumayan luas, tetap saja tempat itu disesaki oleh para pelajar yang kelaparan. Kantin sekolah mereka terdiri dari beberapa warung- warung kecil yang menjual berbagai macam makanan dan minuman, mulai dari sushi sampai pecel, smoothies sampai es teh.

Warna- warna kuning tua yang paling banyak di tempat itu. Perlombaan untuk mendapatkan makanan atau minuman incaran mereka, membuat emosi mereka sedikit tertekan—mungkin takut diserobot, atau takut kehabisan.

Beberapa warna merah muda juga dapat Sera temukan di meja- meja kantin. Jam istirahat sepertinya dimanfaatkan para pasangan sekolah untuk berjumpa dan melepas rindu— dengan backsound lagu "Kisah Kasih di Sekolah".

Sera benar- benar tidak suka berada di kerumunan seperti ini. Melihat semua batu- batu itu secara bersamaan membuatnya pusing. Kadang jika ia berjalan ditengah kerumunan itu, tubuh Sera akan refleks menghindari batu- batu itu—hingga Randu harus bersiap di belakang Sera untuk memeganginya.

"Gimana.. gimana? Siapa yang dapet?" Kalila muncul entah darimana, nafasnya tersendat- sendat dan ia masih memakai jaket lab nya.

"Lo dateng gak pake assalamualaikum, main nyerocos aja," ujar Randu sambil menyeruput kopi instan yang tadi ia beli.

Kalila menaruh jurnal- jurnal yang tadi ia bawa.

Sera dapat melihat warna kuning cerah di atas kepala Kalila.

Sera mengambil ponsel dari saku roknya, jarinya membuka cepat aplikasi berlogo kamera pink miliknya. "Gue yang dapet, tadi habis mandi, gue di DM."

"Sumpah?!" Tangan Kalila dengan cepat merebut ponsel Sera.

Randu menatap sinis Kalila, "ck..ck...ck.. apapun demi oppa."

Batu emosi Kalila berubah menjadi kuning cemerlang dengan sinar- sinar kuat. Sera refleks memalingkan wajahnya untuk menghindari sinar itu.

"Kayanya kali ini keberuntungan berpihak sama gue. Mungkin dulu gue pernah nyelametin negara kali ya?"

"Yang ada keberuntungan Sera setahun udah habis gara- gara lo."

Wajah Kalila masih berseri- seri tanpa menghiraukan kata- kata Randu.

"Oke.. oke gini, lo bebas milih makanan apa aja, ntar gue traktir."

"Nah gitu dong." Randu bergegas beranjak dari tempat duduknya—lalu aksinya dihentikan oleh Kalila dengan menarik seragamnya.

"Sera, bukan lo!"

"Gak deh, gue mau langsung balik kelas aja, berarti akun gue lo bawa kan Kal? Passwordnya masih kaya dulu," ucap Sera sambil berdiri, "Lo balik gak nyet?" tanya Sera kepada Randu.

Randu hanya memasang wajah memelas, berharap Sera memberikan jatah traktiran Sera dari Kalila untuk dirinya.

"Muka lo udah melas, gak usah di melas- melasin lagi, jelek tau gak?" Sera menatap Randu dengan wajah datar, kemudian menatap Kalila yang masih senyum- senyum.

"Lo gak balik ke kelas lo Kal?"

"Ntar, gue mau beli jus dulu, lo duluan aja Ser, bye.. love you muah.. muah.. muah.." teriak Kalila lalu menjauh dari meja mereka, menuju ke penjual jus di sudut kantin. Sera hanya memutar kedua bola matanya, lalu berjalan diikuti Randu yang masih memasang tatapan terlukanya.

Sapphire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang