Ken masih memandang gadis kecil di depannya yang akhirnya sudah berhenti menangis. Mata gadis di depannya masih berupa kaca yang basah jika disentuh.
"Enggak! Aku gak nangis!" tegas gadis tadi saat Ken berhasil mengejutkannya dengan menjilat cepat pipi gadis itu untuk membuktikan bahwa gadis tadi memang habis menangis.
Ken terkekeh, kemampuannya untuk bisa melihat warna emosi seseorang dengan bentuk menyerupai berlian sudah bisa menebak bahwa gadis tadi sedang berbohong.
"Hehehe iya deh kamu gak nangis. Oh ya! Nama kamu siapa?" tanya Ken kecil dengan ceria. Orangtuanya selalu mengajarkan dirinya untuk menyapa orang lain dengan namanya, maka Ken ingin memastikan nama gadis tadi.
"Sapphire Naraya."
Ken baru saja ingin menyebutkan namanya ketika ia melihat sang ayah sudah keluar dari minimarket sambil membawa botol air mineral.
"Kak, ayo pulang," ajak sang ayah kepada Ken. Tak menunggu Ken menjawab, sang ayah langsung meneruskan jalannya menuju ke mobil mereka. Ayah Ken memang sedang sibuk sekarang. Mereka baru saja pindah dari luar negeri sehingga ada beberapa hal yang harus beliau urus dengan benar.
"Sapphire, aku pulang dulu ya!" Ken langsung menyusul sang ayah dengan berlari kecil. Tiba-tiba kakinya berhenti bergerak ketika ia menyadari masih ada permen cokelat yang belum sempat ia makan di kantong celananya. Ia kemudian berbalik ke arah Sapphire lalu menyerahkan permen tadi.
"Ini untuk kamu, jangan nangis lagi ya, Sapphire!" Ken langsung tersenyum ketika melihat perubahan warna di berlian milik gadis di depannya. Tanpa sadar ia mengangkat jari telunjuknya kemudian menyentuh titik di antara kedua alis Sera.
"Eh?" batinnya terkejut. Saking terkejutnya, Ken langsung berlari kembali menuju mobil sambil berseru, "see you when I see you, Sapphire!"
Ken masuk ke dalam mobil dengan raut muka terkejut, sedangkan Jonathan kakaknya tertawa geli.
"Dad, tadi aku lihat ada yang kissing," ujar Jonathan sambil melirik ke arah Ken dengan jahil. Jarak umur mereka yang hanya dua tahun membuat ayah mereka langsung terkejut karena anaknya tiba-tiba membahas kata 'cium'.
"Siapa yang kamu lihat?"
"Nih, samping aku."
"Aku gak kiss dia kok!" kilah Ken sambil berseru nyaring. "Tadi dia nangis, makanya aku hibur."
"Hibur kok deket-deket?" ucap Jonathan menggoda Ken sekali lagi.
"Beneran!"
"Hahahaha sudah... sudah... Cepat kalian pakai sabuk pengaman dulu," ucap sang ayah kemudian menjalankan mobilnya.
Ken masih menatap Sapphire yang memandangi permen yang ia beri dari dalam mobil. Ken takut dia berbuat kesalahan setelah menyentuh dahi Sapphire tadi oleh karena itu dia mengambil pensil dan kertas yang berada di dalam tas kecilnya lalu mulai menulis.
Ada teman baru namanya Sapphire, semoga bisa ketemu lagi.
************************************
27/07/2021
***
Hai semua! thank you udah baca dan ngikutin cerita ini dari awal sampai akhir. Cerita ini cerita pertama yang aku publish, ada banyak banget memori baik di dalam cerita ini. Semoga bisa cepat ketemu di cerita selanjutnya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sapphire [END]
Fiksi PenggemarNa Jaemin as Aksa Narendra Yeonhee as Sapphire Nayara "The soul becomes dyed with the color of its thoughts."-- Marcus Aurelius Semua warna mencerminkan emosi, dan setiap emosi mempunyai warnanya sendiri. Sera dapat melihat emosi dan perasaan yang d...