𝟎𝟐

6.5K 967 347
                                    

Deru mesin mobil menengahi kesunyian diantara kedua pemuda itu.

"Apakah kau belajar dengan baik, Taehyun-ah?" tanya Beomgyu kepada si surai merah.

Taehyun menoleh dan tersenyum kecut. "Kurasa tidak, kau tahu aku benci jurusan itu," ujar Taehyun.

Beomgyu mengangguk. "Seingatku dulu, kau ingin masuk jurusan seni bukan?" tanyanya.

Taehyun tersenyum. "Iya," ucapnya.

"Kau masih mengingat itu ya, hyung," ucap Taehyun diselingi kekehan kecil.

Beomgyu tersenyum. "Tentu saja, aku adalah kakak yang sayang pada adiknya."

Taehyun melirik ke luar mobil, rintikan hujan turun menyapu tanah di luar.

"Tapi itu hanya impian ku hyung, dan tak mungkin terwujud lagi."

Beomgyu memutarkan bola matanya. "Apakah kau sangat takut pada ayah?" tanya Beomgyu.

Taehyun mengendikkan bahu. "Kurasa menjadi pembangkang pun tak ada gunanya," ucapnya.

Beomgyu mendesis. "Kau menyindirku?" tanyanya.

Taehyun tertawa. "Kau merasa begitu? Baiklah-ㅋㅋㅋ."

Beomgyu mendengus geli dan menepuk nepuk kepala Taehyun. "Syukurlah kau tertawa," ucap Beomgyu bangga.

Taehyun menghentikan tawanya dan memasang wajah datar. "Nah, sekarang aku sudah berhenti tertawa. Bisakah aku mati?"

Beomgyu menekan kepala Taehyun membuat sang adik mengaduh.

"Pertanyaan konyol," celetuk Beomgyu.

Taehyun mengelus kepalanya. "Apa? Bukankah aku diizinkan untuk mati kalau tidak sengaja?"

Beomgyu menghela nafas. "Bisakah berhenti membahas itu?" tanyanya.

Taehyun bungkam dan mengangguk. "I-iya, maaf..."

Beomgyu memandang lurus ke depan, dimana sebuah mansion megah dengan tembok putih gading.

"Wew. Aku meninggalkan nya selama 3 tahun, dan masih sama seperti dulu," ujar Beomgyu.

Taehyun mengangguk dan turun dari mobil; menerobos hujan begitu saja.

"Y-yak! Pakai payung!" Beomgyu berteriak sembari membawa payung hitam.

Taehyun membuka pintu mansion dengan sekali gebrakan.

Para maid yang sedang bertugas di ruang tengah refleks membungkuk. "Selamat datang Tuan muda."

Taehyun mengangguk dan pergi menuju kamarnya.

"Tuan Choi Beomgyu?" tanya seorang maid yang menyadari keberadaan Beomgyu.

Beomgyu tersenyum miring. 'Sepertinya marga Kang milikku sudah dihapus,' batin Beomgyu.

"Ada apa ini berisik-berisik?" tanya seseorang yang baru saja datang.

"A-ah, Tuan besar." Dan lagi lagi semua maid membungkuk di hadapan pria tua ini.

Pria itu menaikkan sebelah alisnya. "Choi Beomgyu?"

Beomgyu yang merasa dipanggil pun tersenyum dan mendekati pria itu.

"Annyeonghaseyo, selamat malam, Ayah," sapa Beomgyu dengan senyum tulus.

Tuan Kang bersidekap dan memandang Beomgyu remeh. "Ada urusan apa kemari, Choi?" tanyanya.

Beomgyu masih mempertahankan senyumnya. "Apakah hubungan kita sejauh itu sampai Anda hanya memanggil marga saya?" tanya Beomgyu.

I Want To Die ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang