Hawiiii
***
"Kenapa bengong?" tanya Beomgyu saat melihat Taehyun yang menatap kosong makanan di depannya.
Taehyun melirik Beomgyu sekilas. "Tidak," sahutnya acuh.
"Makan, Taehyun. Aku akan terlambat," ucapnya membuat Taehyun mendengus kesal.
"Kenapa duduk di belakang?" tanya Beomgyu saat melihat Taehyun duduk di kursi belakang mobil.
Taehyun mengendikkan bahunya acuh tanpa menjawab Beomgyu.
"Duduk di depan, Taehyun. Aku bukan supirmu," ucap Beomgyu.
Taehyun tetap tak menghiraukan ucapannya dan sudah memasang sabuk pengaman.
"Ck, terserah kau saja," ucap Beomgyu dan menjalankan mobil.
Taehyun meremat sabuk pengaman itu, untuk menetralkan degup jantungnya yang begitu cepat.
Ini sudah biasa, Taehyun memiliki gangguan kecemasan sosial. Apalagi dia sudah seminggu kuliah dari rumah karena alasan sakit, padahal sedang persiapan bunuh diri.
"Kamu gugup?" tanya Beomgyu pada Taehyun.
Taehyun mengangguk, memang benar, dia merasa sangat takut untuk berinteraksi dengan orang lain.
Tapi ketika ia kembali bertemu dengan Beomgyu, semuanya berbeda.
Ada rasa nyaman ketika pria itu berada di dekatnya, menyalurkan semua semangat.
Namun wanita bernama Sanhee itu, merusak segalanya.
"Relax, Taehyun. Hembuskan nafas perlahan dan pikirkan sesuatu yang membuatmu bahagia."
Sesuatu yang membuat bahagia? Bolehkah Taehyun mengatakan bahwa kebahagiaan yang ia miliki itu... Beomgyu?
"Nah, sudah sampai." Jantung Taehyun kembali berdetak tidak karuan. Oh god, dia sangat takut.
Beomgyu menggenggam tangan Taehyun. "Semuanya akan baik-baik saja," ucapnya.
Taehyun merasa sedikit tenang, apakah ini sihir dari seorang psikiater?
"Belajar yang benar, ya?" ucap Beomgyu sembari mengecup pucuk kepala Taehyun.
Mobil Beomgyu menjauh dengan cepat, Taehyun menghela nafas berat dan segera berjalan menuju kelasnya.
Tak ada yang menyapa, sudah biasa. Taehyun memanglah orang terkenal, tapi bukan berarti semua orang bisa ramah kepadanya.
Itu juga karena ayahnya sendiri. Ayahnya yang memilihkan teman untuknya, dan teman kampusnya hanya satu, yaitu Soobin.
Faktor utamanya juga adalah Taehyun yang introvert, benci berteman dengan banyak orang.
Ibaratkan kau itu sebuah baterai, jika dipakai banyak-banyak maka kau akan habis dan kehilangan seluruh tenagamu.
"Hai anak orang kaya." Sapaan yang selalu Taehyun dapatkan ketika menginjakkan kakinya di kampus.
"Mana prku?" tanyanya sembari menjulurkan tangannya.
"Aku tidak membuatnya," ucap Taehyun dan merasakan kalau rambutnya basah.
"Sudah berani, ya?" tanyanya sembari menarik pergelangan tangan Taehyun.
"Dengar ya, lelaki payah. Aku ingat seminggu lalu ayahmu datang dan memintaku untuk minta maaf, mulai mengadu ya?"
DUAK!
Sungguh tendangan menyakitkan dari heels perempuan di depannya.
"Kalau kau mengadu sekali lagi, akan aku pastikan peluru pistol milik ayahku bersarang di kepala batu milikmu itu, camkan," ucapnya dan pergi meninggalkan Taehyun yang memuntahkan darah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Die ✓
FanfictionTaehyun hanya ingin mati dan mengakhiri semua penderitaannya. Namun kakak tirinya, Choi Beomgyu, agak membuat pemikirannya goyah. top: beom bott: tae ⚠️suicide attempts, depression, self-harm, indirectly incest ©2020, sauceiopath