vii. nocturne

9.5K 2.4K 261
                                    

Doyoung menahan lengan Yujin ketika gadis itu bangkit dari duduknya.





"Mau kemana?"





"Ke kamar."





"Nanti."





Bibir Yujin terbuka, hendak melayangkan protes, namun segera dipotong oleh pemuda di hadapan.





"Jangan tanya."





Doyoung bergegas, meraup mp3 yang diletakan di atas nakas. Dengan cekatan headphone itu dipasang di telinga Yujin.





"Dengerin." ujarnya ketus.





Alunan piano menyapa indra pendengar. Yujin tak terlalu paham soal musik klasik, namun melodi yang mengalun membuat perutnya tergelitik.





Tertara Chopin - Nocturne op.9 disana.




Kedua kelopak Yujin kembali terbuka, melirik Doyoung yang tengah bersandar di headboard ranjang.




Kedua telapaknya saling mengusap dengan gelisah. Hal itu sontak membuat Yujin ikut merasa resah.




"Jiheon bakal baik-baik aja kan?"




Doyoung termangu, menopang dagu selagi pandangan menatap keluar jendela kamar.




Bibirnya terkatup rapat, tak berniat menjawab pertanyaan Yujin barusan.










































































Yujin mengerjapkan kedua mata ketika merasakan sinar mentari membakar kulit wajah lewat tirai yang separuh terbuka.




Gadis itu bangkit, memukul pelan punggungnya yang terasa nyeri akibat posisi tidur yang buruk di atas sofa.




Yujin ketiduran semalam.




Gadis itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruang, namun tak mendapati presensi Doyoung dimanapun.




Kemana dia?




Jemarinya bergerak, mengenyahkan headphone dari kedua telinga.




Suara derap langkah mendekat membuat Yujin segera keluar dari kamar Doyoung.




Betapa terkejutnya Yujin ketika mendapati kehadiran Doyoung yang tengah memapah Jiheon di hadapan.




Wajahnya sepucat kertas, sekujur tubuhnya banjir akan peluh keringat.




Gadis itu mengekor di belakang, memperhatikan keduanya dari bibir pintu.




Yujin benar-benar iba.





Memangnya jenis piket apa yang mereka lakukan pada tengah malam?



















































Dengan hati-hati Doyoung menuntun tubuh Jiheon menuju tepi ranjang. Detik selanjutnya tubuh Jiheon sudah terbaring di bawah selimut.





Doyoung memberikan segelas air yang langsung diteguk habis oleh Jiheon.





"Masih pusing?"





"Gapapa."





"Apaan gemeter gini gapapa." dumel Doyoung. Pemuda itu kembali meletakan gelas di atas nakas, "mau digantiin gak piketnya?"





Jiheon memutar kedua bola mata, jengah. Kedua telapaknya mendorong bahu yang lebih muda pelan, "gapapa Doyoung, berisik ah udah sanaaa."





Kedua sudut bibir Doyoung melengkung kebawah, kesal atas respon yang lebih tua. Jemarinya bergerak, menangkap telapak Jiheon kemudian meletakannya di bawah selimut.





Melihat hal itu membuat Yujin menahan senyumnya. Perlahan kedua tungkai bergerak, berniat keluar dari kamar tanpa menimbulkan suara yang mengganggu hingga tiba-tiba saja Jeongwoo muncul di depan wajah dengan cengiran lebar.





"Ya tuhan Jeongwoo, ngagetin aja!"





Yujin mengusap dada guna meredakan jantungnya yang berdebar cepat karena terkejut.





Jeongwoo menarik lengan kanan Yujin dengan kedua tangannya. "Kak Yujin, temenin yuk."






"Eh mau kemana?"





"Main~"

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang