Sore itu Yujin duduk di teras rumah, mengamati Haruto, Wonyoung, dan Jeongwoo yang tengah menarik tali kendali empat ekor kuda dari kandang. Papa dan Mama sedang pergi, tidak tahu apa yang mereka lakukan namun Yujin sempat menguping sebentar.
Tentang rapat yayasan dan penyambutan hari raya. Yujin tidak terlalu yakin apa maksudnya.
Namun itu tidak jadi soal sekarang karena Yujin merasa dapat bernafas lebih leluasa tanpa kehadiran kedua orang gila itu.
Presensi Jiheon, Doyoung, dan Yuna juga tak dapat ditemukan di sekitar. Jiheon dan Doyoung bilang akan pergi ke pantai untuk menyelesaikan perahu sementara Yujin tak tahu dimana Yuna berada.
Melihat Yujin yang sedang duduk sendirian, dengan bersemangat Jeongwoo menghampiri kakak perempuannya itu, meraih kedua pergelangan tangan gadis itu agar berdiri dari duduknya.
"Kak balapan yuk!" kata Jeongwoo sambil nyengir lebar.
Sesaat Yujin merasa ragu karena menyadari hampir semua orang disini tidak waras seperti dugaan awalnya. Namun perkataan Jiheon kembali muncul di dalam benak.
Kamu harus pura-pura gak tau. Cuma itu satu-satunya cara yang bisa bikin kita selamat.
Setelah beberapa sekon tak menunjukan respon akhirnya Yujin mengulas senyum palsu. "Oke siapa takut."
Yujin pernah menunggangi kuda sekali, salah satu orang tua yang dulu mengadopsinya memiliki bisnis kuda. Tapi itu sudah lama sekali, Yujin hanya ingat beberapa gerakan dan sikap.
Dengan ragu telapak kaki menginjak sanggurdi hingga membawa tubuhnya duduk di atas alas pelana. Ringkikan terdengar, entah apa yang sedang hewan berwarna coklat itu pikirkan namun suaranya terdengar tak begitu bersahabat.
"Batasnya sampe gudang ya." seru Wonyoung yang entah sejak kapan sudah duduk manis. Gadis itu nampak lihai, terlihat dari bagaimana sikap tubuh mengatur hewan berkaki empat itu.
Setelah Jeongwoo menghitung mundur mereka mulai memecut kuda hingga Yujin dapat merasakan angin yang kencang menghempas tubuh. Surai hitam beterbangan menamapr wajah, menimbulkan sensasi geli yang terasa begitu menyenangkan.
Tangan kanan melepas kendali untuk menyibak rambut yang menutup pandangan, namun rupanya hal itu membuat kuda kehilangan arah hingga akhirnya berlari kencang masuk ke dalam gudang.
Tubuh Yujin terlempar, mengantam jerami hingga jeritan kencang terdengar takala sebuah benda tajam terasa menusuk kulit.
Darah merembas keluar, membuat tumpukan jerami yang semula berwarna kekuningan kini nampak merah. Garpu taman yang tersembunyi menancap dengan sempurna di betis kanan Yujin, mengoyak kulit putih gadis itu hingga menciptakan tiga buah luka berjajar disana.
Ketiga adik-adiknya segera turun dari kuda, berlari menghampiri Yujin.