Hari-hari Penyiksaan

78 7 0
                                    

"Wah-wah.. lihat, jas putihnya kotor sekarang. Maaf ya, Yazawa-san. Aku tidak seng- atau haruskah kukatakan sengaja? Hahaha.." mereka tertawa, berjalan pergi tanpa memedulikan apalagi membantuku. Ah, sekarang aku jadi bahan tontonan. Jas putih yang biasa kukenakan kini telah kotor terkena tumpahan makanan.

"Haah.." Aku menghela nafas, beranjak bangkit. Sudah beberapa hari aku diperlakukan seperti ini. Setelah Pak Kuragaki mengumumkan perubahan sistem GTT, banyak orang yang menentangnya. Mereka bilang itu merepotkan, dan mengeluh mengatakan kalau pekerjaan mereka selama ini menjadi sia-sia. Pak Kuragaki tak ambil pusing dan tetap bersikeras menggantinya. Apa boleh buat, ia bosnya. Tapi karena itu pula.. aku kena dampaknya.

Sebenarnya bukan hanya aku. Aga, Riaa, dan Rei juga. Tapi pusatnya memang padaku. Mereka marah-marah, mendorong, menolak bicara, dan segala bentuk perbuatan lainnya. Sebetulnya itu wajar, karena dari sudut pandang orang, akulah yang egois. Bahkan alasanku belum cukup kuat menjelaskan apa yang terjadi.

Menyebalkan, iya. Tapi apapun yang kuperbuat juga takkan berguna. Makanya kami tak membalas, malah lebih giat lagi bekerja.

Aku melangkah pelan, menuju toilet. Mengambil toilet paling ujung, dimana tak banyak orang yang memakainya. Melepaskan jas putih.

Sejujurnya.. aku tak tahu apakah aku cukup kuat untuk menghadapi ini.

Ayah selalu mengatakan kalau aku harus selalu tersenyum, dalam kondisi apapun. Tetapi.. dapatkah aku begitu? Bagaimanapun, aku juga tidak bisa terus memasang wajah baik-baik saja.

Berat. Sangat berat.

"Ah, apa sih yang kupikirkan? Sadarlah Yazawa Nico!" Kataku sambil menampar wajah.

"Menyelamatkan Maki adalah tujuan utamanya! Kau harus semangat! Nico nico-nii~!"

Oke, kurasa untuk sementara harus kulepaskan dulu jas ini. Di rumah langsung dicuci.

Tapi masalahnya sekarang adalah, aku lapar, namun tak dapat kembali ke kantin. Yah, setelah kejadian mengejutkan tadi, kurasa untuk sementara aku tidak mungkin makan siang di sana.

Berniat menelfon Aga, mengajaknya makan siang di luar. Namun seketika terhenti. Bodoh. Aga, Riaa dan Rei kan sedang mengambil cuti. Katanya setelah ini mereka akan lebih bekerja keras, jadi cutinya dipakai lebih cepat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga selagi masih belum terlalu sibuk. Aku sih tak masalah. Sengaja aku tak mengambil cuti dan menyimpan jatah untuk keperluan penting saja. Lagipula sudah jadi tanggung jawabku sebagai ketua inti mengurus lab.

Nah, jadi.. bagaimana dengan makan siangku?

Tidak masalah sebenarnya jika makan siang sendiri di luar. Tapi kebetulan moodku sedang tidak baik, jadi kupikir akan lebih menyenangkan makan bersama yang lain.

Kucoba telfon Nozomi. "Hei, kau ada waktu?"

*****

"Tumben kau mau makan bersama kami, Nico-chi."

Aku menjawab malas, "Apa boleh buat. Teman-temanku ambil cuti hari ini."

Aku melirik sekitar. "Hanya kita berempat kah?"

Nozomi, Rin dan Hanayo saling tatap. "Ya.."

"Umi-chan bilang dia juga lagi sibuk dengan persiapan di labnya." Kata Nozomi.

Sonoda Umi, perempuan yang kini berprofesi sebagai ilmuwan sama seepertiku. Pada awalnya ia memang sudah ditugaskan untuk mengurus dojo keluarganya. Namun setelah berhasil menjuarai turnamen panahannya tingkat nasional di usia 20 tahun (menjadikannya sebagai pemegang rekor usia termuda), ayahnya memutuskan untuk membebaskan pilihan masa depannya. Dan Umi sendiri memilih menjadi ilmuwan, berhubung ia cukup menyenangi sains. Bergabung dengan laboratorium utama Tokyo, dikenal sebagai salah satu ilmuwan muda yang cerdas.

NicoMaki: AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang