Dokter Maki dan Pasiennya

121 8 8
                                    

TING TONG! TING TONG!

"Nico!"

Aku dengan perlahan membuka mata. Ini dimana? Ah, tentu saja di kamar. Tapi kenapa rasanya aneh? Kenapa kamar ini terasa dingin sekali? Rasanya aku sudah menyalakan penghangat ruangan.

"Nico nee-sama!"

Cocoa? Cocoro? Ada apa? Mereka datang?

Kucoba gerakkan tubuh, bangun. "Hachuu!"

Ternyata benar. Sepertinya aku demam, haha. Setelah mengambil tisu dan mengelap hidung, dengan kaki lemah aku melangkahkan kaki membuka pintu.

"Nico! Lama sekali kau membukanya!" Mama menatapku kesal.

"Maaf. Aku telat bangun." Jawabku pelan, beranjak pergi lagi ke kamar.

Mama dan tiga adikku masuk. Mereka membawa beberapa belanjaan.

"Selamat ulang tahun Nee-chan!" Cocoro berlari memelukku.

Aku menguap, masih setengah sadar. "Iya, terima kasih." Mengusap kepalanya.

"Oh, mau kemana? Kita kan mau masak bersama untuk merayakan ulang tahunmu." Tanya Mama, bingung melihatku yang malah masuk ke dalam kamar.

"Aku ngantuk dan pusing. Kalian saja ya." Kataku sambil merebahkan badan, menarik selimut ke atas.

Cocoro masuk, memeriksa keningku. "Benar. Nee-sama sepertinya sakit demam."

Tak lama kemudian Mama ikut masuk ke kamar, disusul Cocoa.

"Ya ampun.. kenapa ini bisa terjadi? Di hari sepenting ini pula?" Kata Mama, menghela nafas.

"Apa sebaiknya pergi ke rumah sakit saja?" Tanya Cotaro.

"Panggil dokter saja." Saran Cocoro.

Mama mengangguk, "Benar, panggil dokter saja."

"Tidak perlu. Aku ingin istirahat saja. Kalian kalau ingin masak, silakan." Aku menutup seluruh tubuh dengan selimut, memejamkan mata dengan paksa.

Tidak masalah jika tidak merayakan ulang tahunku. Karena.. aku sudah 25 tahun, bukan 23 tahun!

*****

Dingin. Sepertinya aku merasakan sesuatu yang janggal dan aneh. Sesuatu yang.. dingin. Benda, di kening. Keningku dingin.

"Panas."

Samar-samar telingaku mendengar suara orang-orang mengobrol.

"Sebaiknya kuperiksa sekali lagi."

Tunggu, suaranya sungguhan dekat sekali sekarang. Karena penasaran, ku paksa membuka mata.

"Ada ap- 157×€)!(!&€629×*÷7?!"

"Oh, kau sudah bangun rupanya."

Apa-apan ini?! Kenapa kening Maki berada tepat di atas keningku?!

Kepala Maki menjauh, merapikan kembali poninya. "Sudah bangun, Nona Profesor?"

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Merawatmu lah. Apalagi?"

"E-EEEEEEEEHHHH??!!"

Maki langsung menutup telinganya. "Jangan berisik. Kau sedang sakit."

Seseorang membuka pintu. "Uwaaah, Nico-chan sudah bangun!" Honoka, dengan seruan keras khasnya datang.

Tak lama kemudian, suara gaduh terdengar. Langkah kaki-kaki manusia yang bisa membuat runtuh apartemen ini dalam sekejap.

NicoMaki: AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang