Maki bunuh diri.
"Itu benar, Nico." Suara Eli terdengar jelas di telingaku. "Itulah kenyataannya."
"Kalian semua sudah tau?" Aku, masih dengan perasaan kacau bertanya.
Beberapa saat, hening.
"Ya. Sejak lima bulan lalu, ketika Umi-chan dan Eli-chi tak sengaja menemukan diari tersembunyi di kamar Maki-chan." Nozomi alhirnya angkat suara.
"Kenapa? Kenapa kalian tak mengatakannya padaku?!" Tak peduli dengan permainan kejar-kejaran ini, aku berhenti.
Bu Teku dan Maki bingung melihatku yang bicara dan berteriak seorang diri.
"Maaf." Aku bisa mendengar mereka bertujuh serempak mengatakannya.
"Dalam diari itu ia mengatakan segalanya. Alasan mengapa ia melakukan hal itu." Ujar Umi.
Sebuah file seperti muncul ke dalam pikiranku. Sebuah file, yang akan mengungkapkan semuanya.
*****
Maki's POV
Setelah µ's bubar dan aku lulus SMA, kami bersembilan menjalani hidup masing-masing.
Honoka meneruskan menjalankan toko keluargannya. Kotori menjadi desainer dan mencoba membuka toko sendiri. Eli yang melanjutkan pendidikan di Rusia dan menjadi penari yang handal. Rin berusaha menjadi atlet renang yang baik. Nozomi sebagai seorang guide tour yang senang berkeliling dunia. Hanayo bekerja sebagai manajer 'Love Live!' Dan Nico-chan yang entah bagaimana bisa lulus dan bekerja sebagai ilmuwan dengan otak bodohnya.
Tentu saja aku, sebagai pewaris keluarga Nishikino harus meneruskan menjalankan rumah sakit dan menjadi dokter disana. Setelah µ's berakhir, maka sesuai janjiku, dunia musikku telah berakhir. Aku tak lagi membuat lagi dan jarang menyentuh piano. Buku-buku musikku telah diganti dengan tumpukan buku-buku biologi. Aku berubah menjadi dokter yang baik, kupikir.
Tapi terkadang ketika melihat mereka berdelapan, rasanya aku iri. Mereka begitu bekerja keras untuk menggapai cita-cita dan keinginan. Begitu banyak tenaga, waktu dan usaha yang mereka korbankan. Tapi yang paling membuatku iri adalah, mereka melakukan itu semua atas kemauan dalam diri sendiri, bukan karena paksaan orang lain.
Honoka menjadi seorang pedagang toko karena ia suka makan. Kotori menjadi desainer karena ia suka menggambar. Eli menjadi penari handal karena ia menikmati setiap gerakannya. Rin menjadi atlet karena ia melakukannya dengan senang hati. Nozomi menjadi guide tour karena ia suka melihat dunia luar. Hanayo sangat mencintai dunia idol dan 'Love Live!' Karena itu ia memilih pekerjaan itu. Dan Nico-chan menjadi ilmuwan karena ia ingin membahagiakan semua orang, menciptakan dunia penuh senyuman dengan benda-benda itu.
Jujur saja, selama aku mempelajari dunia kesehatan ini, rasanya cukup membosankan.
Aku tinggal menghafal, mencatat, mempraktekkan, mempresentasikan, dan dengan otak pintar ini, semua orang memujiku. Semua itu terus terulang, sampai lulus.
Bahkan sampai aku berhasil menjadi dokter pun, aku tetap tak mengerti mengapa aku berada di sini, di ruangan ini.
Tentu saja aku sadar, karena aku tak pernah mencintai dunia kedokteran ini. Yang kubutuhkan adalah alunan musik tenang yang bisa membuat seluruh jiwa dan ragaku serasa bisa merasakan emosi dalam lagu tersebut.
Tapi aku... adalah Nishikino Maki, bukan Sonoda Umi.
Diantara delapan teman-temanku, Umilah yang paling membuatku iri.
Umi memiliki nasib yang sama denganku. Terlahir sebagai anak dari pemilik dojo terhormat. Setiap hari ia berlatih keras dengan panahnya, demi mewujudkan keinginan sang Ayah.
Seharusnya, Umi ditakdirkan untuk mewarisi dojo milik keluarganya tersebut. Tapi ia tidak mau. Dia menolak, karena ia tidak mau. Ia menyukai panahan dan segala bentuk latihan, namun itu bukanlah jati dirinya.
Ayahnya tentu menentang keras penolakannya. Tapi Umi adalah Umi, yang mencintai kerja keras. Ia ingin memilih jalannya sendiri, tanpa membuat orangtuanya malu maupun kecewa. Karena itu untuk mewujudkan keduanya, ia berlatih sangat keras untuk menjuarai olimpiade panahan tingkat nasional.
Dan hasilnya, ia menduduki peringkat pertama dan pemegang rekor juara usia termuda yang pernah ada.
Karena telah mewujudkan keinginan orangtuanya, maka giliran keinginannyalah yang harus digapai. Setelah bekerja keras mengejar kettertinggalan, ia pun berhasil lulus dengan nilai terbaik seangkatan, dan ditawari secara langsung menjadi anggota khusus Laboratorium Tokyo, laboratorium terbesar di negara ini.
Dan dia adalah Sonoda Umi.
Sedangkan aku adalah Nishikino Maki, seorang pengecut yang tak mempunyai keberanian untuk mengatakan tidak, yang mudah menyerah dalam menggapai impiannya.
Saat masih SMA nilaiku sempat turun drastis. Papa mengetahui bahwa aku bergabung dengan klub Peneliti Idola sekaligus menjadi idol. Ia marah besar, dan menyuruhku untuk keluar dari µ's. Dan meski aku kesal dan untuk pertama kalinya membentak perkataannya, tetap saja aku menuruti keinginannya.
Siang itu aku mengajukan permintaan pengunduran diri dan menyatakan bahwa aku telah keluar daru klub dan grup. Dengan wajah malu aku langsung berlari pergi meninggalkan mereka yang masih terkejut.
Di kamar aku terus menangis dan menyesalinya. Tapi semua sudah terlambat, aku terlanjur mengatakannya karena aku takut pada Papa.
Dan tiba-tiba sore itu, mereka berdelapan datang dan berlutut di depan Papa sambil memohon mengizinkan aku untuk terus melanjutkan kegiatan grup.
Papa awalnya marah dan tetap teguh pada pendiriannya. Hingga Umi menceritakan tentang nasibnya sebagai anak keluarga Sonoda, yang akan melanjutkan dojo keluarganya. Papa, yang sepertinya menyadari sesuatu akhirnya mengizinkanku kembali. Tapi dengan syarat, aku akan tetap menjadi dokter dan nilaiku tak boleh turun.
(Ini cerita asli di 'Love Live!' School Idol Diary nya Maki dan Umi)
Kami bersembilan kembali, dan itu semua berkat mereka yang tak patah semangat untuk membawaku kembali.
Sesuai kesepakatan aku telah menjadi dokter, seperti keinginan Papa. Awalnya aku sudah pasrah dan melanjutkan karirku.
Tapi Papa, dengan segala keegoisannya merubah itu.
"Kau akan bertunangan, Maki."
KAMU SEDANG MEMBACA
NicoMaki: Again
Fanfiction"Kalau begitu biar aku saja." Kata itu, harusnya kutahan. Kata yang langsung membuatku senang dalam satu detik, namun juga membuatku menyesal setelahnya. Benar. Ini semua salahku. Akulah yang menciptakannya. Karena akulah, ia hilang, dan tak pernah...