Mencari Hadiah

84 8 0
                                    

Hari-hari berganti, minggu-minggu telah dilewati, dan bulan-bulan baru mulai menyapa.

Sudah beberapa bulan yang lalu sejak kejadian buruk itu, dan keadaannya jadi benar-benar membaik.

Hideko, dia menjadi sangat sopan. Kurasa dia memang takut sekali kartu member VIP yang harganya kelewat mahal itu dicabut. Aku tidak begitu peduli, selama dia tidak menggangguku.

Dan si Mae, dia tetap menjadi cewek kasar biasa. Namun pribadinya jadi lebih murung. Yah, tentu saja ia pasti sangat syok dimarahi oleh idolanya sendiri (Umi).

Aku melemaskan badan. Menatap layar komputer, pukul 23:07. Ini sudah bulan April, dan hampir tiap hari aku selalu lembur kerja. Ini sudah jadi keseharian, tapi tetap saja melelahkan.

Aku melihat sekeliling, kosong. Ya, hanya tinggal aku di ruangan besar ini, sendiri. Aga, Riaa dan Rei telah pulang satu jam lalu, sedangkan yang lain dua jam sebelumnya.

"Hari ini pun kau telah bekerja keras, Yazawa."

Aku terkejut, menoleh. Ada Pak Kuragaki sedang bersandar di pintu.

"Yah, begitulah." Jawabku sambil mematikan komputer. Kemudian melepas jas dan berganti jaket.

Lampu dimatikan olehnya. "Kau selalu pulang larut, aku jadi khawatir dengan kesehatanmu."

Aku mengambil tas, berjalan mendekatinya. "Wajar kan? Lagipula kau sendiri juga begitu."

Dia tertawa, menutup pintu. Kami berjalan beriringan keluar gedung.

"Hei, tunggu sebentar."

Aku berbalik.

"Nih." Dia menyodorkan sehelai kertas. Aku membacanya.

"Eh? Apa ini?"

Pak Kuragaki tersenyum lebar, "Sudah, bawa saja. Itu perintah langsung dariku."

"T-tapi.."

"Sana pulang dan beristirahatlah."

Aku menatap kembali kertas itu. Berisi surat izin cutiku untuk dua hari kedepan. "Apa boleh buat." Aku membalas senyumannya. Kami berpisah.

Sambil berjalan, aku terus berpikir. Apa yang harus kulakukan di saat libur? Terus terang saja, aku jarang sekali libur kerja. Jadwal kami sangat padat, ditambah lagi aku bukanlah seorang pekerja biasa, melainkan seorang ketua yang harus bertanggung jawab atas semuanya.

"Huaahm~" mulutku terbuka lebar, menguap. Kurasa.. sudah saatnya mengistirahatkan tubuh.

*****

Besoknya

KRIIIING!! KRIIIING!!

Aku terbangun. "Jam berapa sekarang?" Pukul 14:21

Selama itukah aku tidur? Wah, rekor terbaru. Beranjak melangkahkan kaki dari tempat tidur. Melihat handphone, tanggal 18 April, masih hari liburku.

Eh? 18 April? Berarti..

Besok, ulang tahunnya. Ulabg tahun Maki ke.. *menghitung jari. 23 tahun!

Apa aku harus merayakannya? Dua tahun lalu sih, aku tidak melakukan apa-apa karena terlalu sibuk. Apa sebaiknya kurayakan saja?

Aku diam, berpikir sejenak. "Sepertinya bukan ide buruk." Tersenyum. Ini kesempatan yang langka, tak boleh kulewatkan.

Pukul 15:44, aku sudah siap, mengunci pintu. Kemudian teringat. "Haruskah kutelfon Nozomi?" Menggeleng cepat. Kurasa dia hanya akan menggodaku.

"Nah, mencari hadiah atau membeli bahan kue dulu?"

Kuputuskan untuk membeli hadiah terlebih dahulu. Setelah menaiki satu kereta, aku akhirnya sampai di salah satu mal. Mencari-cari toko yang pas.

Tapi.. hadiah apa yang cocok untuk Maki?

Membuka web, mengetik. Ada banyak sekali yang direkomendasikan, namun aku tetap tak tahu apa yang harus kubeli.

Baiklah, kurasa sambil berjalan-jalan nanti ketemu.

"Oh!" Mataku menangkap suatu objek.

Album terbaru A-RISE! Ini wajib sekali dibeli! Memasuki salah satu toko idol. Melihat-lihat. Mereka keren sekali, masih tetap lanjut sampai sekarang. Membalik albumnya, jariku mendadak gemetar.

7.000 yen?! (hampir setara dengan satu juta). Meletakkan kembali di meja. K-kurasa aku akan biacara lagi dengan Hanayo. Siapa tahu dapat potongan harga teman. (A-RISE masih berhubungan dengan Love Live! Jadi Hanayo pasti sering bertemu dengan mereka)

Keluar dari toko tersebut.

Tiga menit kemudian..

"Diskon?!" Aku terbelalak, menatap spanduk besar tersebut. Berlarian memasuki supermarket tersebut. "Aku tidak boleh melewatkan masker timun yang murah ini!"

Membeli tiga pak sekaligus. Senangnya.. sudah lama aku tidak merawat wajah mulusku ini.

Selesai dari kasir, tak sengaja aku melihat sebuah baju cantik dari butik di seberang. Terlebih lagi tulisannya 'sedang sale'.

Ini sebuah kaharusan, Nico! 30 menit kemudian, aku berhasil menggaet dua baju. "Mungkin ini adalah hari keberuntunganku.." senyum-senyum sendiri.

Ah.

Aku lupa. BAGAIMANA DENGAN HADIAH MAKI?! Mengecek dompet, syukurlah masih cukup.

Baka! Baka!

Baiklah, kali ini harus benar-benar fokus!

Satu jam kemudian...

"Huaahmm.." menguap. Sejak tadi aku bosan, hanya berkeliling terus. Hanya untuk mencari sebuah kado ulang tahun saja segini ribetnya.

Lagilula Maki suka dengan apa? Baju? Tidak, kurasa koleksi bajunya pun lebih banyak dariku. Parfum? Emm.. pasti dia memiliki banyak parfum yang jauh lebih mahal dibanding yang kubeli. Sepatu? Aku tidak tahu ukuran kakinya!!

LALU APAA??!!

"Selamat datang!"

"Hah?"

"Apa anda mencari tanaman-tanaman atau bunga yang indah? Toko kami menyediakan yang terbaik dari segala penjuru dunia!" Om-om itu tersenyum menampakkan gigi.

Pantas saja, sejak tadi aku berdiri di depan tokonya toh. "Apa benar ini dari seluruh dunia?" Tanyaku memastikan. Kedengarannya tak begitu.

"Benar kok! Ayo masuk dulu!" Dia mendorongku.

Terpaksa aku melihat-lihat dulu.

Tokonya memang kecil, tapi tak kusangka isinya sangat menakjubkan. Entah asli atau tidak, bunga-bunga tersebut diberi keterangan jelas dari mana asalnya. Dan tak jarang kutemui yang dari luar negeri.

"Bagaimana? Bagus kan?"

"Aku belum bilang mau membelinya, lho." Om-om ini menyebalkan sekali.

Mataku terhenti di pojokan. "Ini.."

"Wah, pilihan yang bagus, nona! Itu merupakan salah satu yang paling cantik di sini. Meski tak seberapa dibanding yang lain, tapi bunga itu sangat spesial. Bunga yang melambangkan kasih sayang."

Aku tak begitu mendengar penjelasannya, namun bunga ini.. sangatlah indah. Sebuket mawar merah asli yang cocok dengan Maki. Aku akan senang jika dia merawatnya.

Harganya.. 2.500 yen?! (Sekitar Rp 330.000,-) mahal. Tapi sekali-kali tak apalah.

*****

"Nah.. tinggal membuat kuenya saja kan?" Tadi sore aku juga sudah mampir ke supermarket dekat rumah. Membeli bahan-bahan yang diperlukan. Dan kue yang ingin kubuat adalah rasa stroberi. Jujur, aku tidak tahu apakah dia suka dengan stroberi atau tidak. Yang kutahu dia sangat suka tomat, tapi memangnya ada yang mau makan kue rasa tomat?

Setelah berkutat selama dua jam, akhirnya kue stroberi itu hampir selesai. "Tinggal di tulis.." Dengan hati-hati kutuliskan namanya dengan krim di bagian atas. "Nishikino Maki."

"Yosh! Tinggal dimasukkan ke dalam kulkas." Dengan ini, besok siap dibawa. Tak lupa ku beli box khusus kuenya.

Semoga Maki menyukainya.

NicoMaki: AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang