TING TONG! TING TONG!
Aku mengedipkan mata. Melirik jam, masih pagi. "Siapa pula yang pagi-pagi begini sudah datang?" Keluhku.
Dengan malas aku berjalan menuju pintu, "Siapa?"
"Temanmu, Nozomi."
Eeh??! Apa ini? Kenapa Nozomi ada di sini?!
"A-apa yang kau mau?"
"Kata-katamu terdengar kasar, Nico-chi. Padahal aku datang baik-baik."
Beberapa detik, akhirnya kubiarkan tanganku membuka pintunya. "Ada apa sih?"
Nozomi memperhatikanku, dari atas sampai bawah. "Nico-chi.. kau belum mandi?"
Hampir kututup kembali pintu besi itu, tapi kaki Nozomi lebih cepat menahan. "Aku bercanda."
"Apa kau tahu sekarang tanggal berapa?" tanyanya.
"Minggu, tiga Juli 2022." Dengan cepat, singkat, padat dan jelas kujawab.
"Bagus. Berarti kau ingat apa yang harus kita lakukan hari ini kan?"
Aku mengernyit, mencoba mengingat-ingat. "Mana kutahu."
Nozomi tampak sedikit kesal, namun ia menahannya. "Hari ini Eli-chi datang dari Russia. Apa kau lupa?"
"Oh."
"Karena itu bersiap-siaplah. Pesawatnya sampai satu jam lagi."
"Aku tidak ikut, capek."
Raut wajahnya berubah, "Jadi hanya segitu harga persahabatan kita bagimu?"
Ah, aku baru sadar aku melakukan kesalahan besar.
"Y-ya.. maksudku bukan begitu.." Wajah Nozomi saat marah benar-benar menyeramkan.
Dia menyipitkan mata, tangannya mulai bergerak. "Cepat ganti bajumu atau-"
"Ya, aku mengerti!!" Dengan segera kujawab, sebelum hal buruk terjadi.
*****
"Ini sudah 15 menit." Umi melirik jam.
"Apa benar pesawatnya sudah sampai?" tanya Maki, melipat kedua tangan.
"Jangan-jangan Eli-chan nyasar, nyaa~!" kata Rin sembarangan.
Anak satu ini tingkat kebodohannya masih belum berubah, "Kau pikir ia sudah berapa tahun tinggal di Jepang, hah?" memukul kepala wanita berambut oranye itu.
"Oh, bukankah itu Eli-chan?" Hanayo menunjuk sesuatu.
Honoka maju, melihat lebih dekat. "Kau benar!" Berteriak memanggil, "ELI-CHAAAAAAAANNN!!" melambaikan tangan. Nah, yang satu ini juga masih tidak tahu malu. Kita ini sudah bukan anak SMA yang keluyuran lagi!
Seorang wanita bertubuh tinggi dan semampai datang. "Maaf kami terlambat." mengibaskan rambut blondenya yang panjang- tumben tidak diikat.
Disampingnya terdapat gadis muda kecil yang tak kalah tinggi dan berkulit putih, Alisa. Yukiho, adik Honoka langsung menyapanya. "Alisa! Sudah lama kita tidak bertemu!" Mereka berpegangan tangan.
"Tadi jadwal keberangkatannya diundur. Maaf, aku lupa memberitahu." ia tersenyum.
Semua terdiam. Sebenarnya aku mengerti, karena pertama kali aku bertemu dengannya setalah sekian lama dua tahun lalu (tahun ini), aku pun sama terpesonanya dengan kecantikan seorang Eli. Meski tak suka, tapi memang, kecantikan seorang Ayase Eli tidak pernah pudar.
Setelah lulus, ia langsung berangkat menuju Russia. Masuk ke universitas ternama di sana, dan menamatkan S2. Kudengar Eli juga menjadi primadona selama masa kuliahnya. Tubuhnya bertambah tinggi (Sekarang sekitar 170 cm), badannya ramping, dan kulitnya putih. Menjadi siswa teladan dan disukai banyak pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
NicoMaki: Again
Fanfiction"Kalau begitu biar aku saja." Kata itu, harusnya kutahan. Kata yang langsung membuatku senang dalam satu detik, namun juga membuatku menyesal setelahnya. Benar. Ini semua salahku. Akulah yang menciptakannya. Karena akulah, ia hilang, dan tak pernah...