Blup. Blup. Blup.
Kucoba membuka mata. Sekitarku adalah air-
Tunggu, kenapa aku masih bisa melihat? Apakah aku masih hidup? Bukankah GTT harusnya meledak?
Dan ini.. dimana?
Ini hanya air. Aku seperti tenggelam namun masih dapat bernafas normal layaknya di darat. Airnya berwarna hijau tua. Terdapat kandungan gas-gas di dalamnya.
Jangan-jangan.. aku berada di dalam GTT? Berarti benda itu tak meledak dan kini aku terjebak di dimensi dalam GTT.
Seingatku, bom yang wanita itu pasang benar meledak. Namun sesuai dugaanku, jika dimasukkan ke dalam air maka hanya akan menimbulkan ledakan biasa dan efeknya takkan begitu dahsyat.
Tapi yah mungkin karena kaca GTT sudah retak, kurasa airnya akan keluar hingga menyebabkan banjir. Aku cukup kasihan pada mereka yang harus bergotong royong nantinya.
Oh ya. Bagaimana dengan Maki? Apa ia ikut masuk ke dimensi ini? Apa ia selamat?
Begitu banyak yang kupikirkan hingga tak sadar arus air membawaku ke lebih bawah.
Cahaya.. itu ruangan? Jangan bilang habis ini aku-
BRUAAKK!!
"Aww!!" Aku mengeluh sakit, benar-benar sakit. Jatuh dari ketinggian hampir dua meter itu gila. Lebih gila lagi tulangku baik-baik saja setelahnya.
Tidak masuk akal. Bagaimana di dasar kolam ada ruangan tanpa diselimuti air? Bahkan bajuku tidak basah sama sekali.
Aku tertawa. Bodoh, ini kan dimensi yang kaubuat sendiri,Nico.
Melihat sekeliling. Ruangan putih tanpa batas, namun ada beberapa balok kursi.
Hei, siapa yang mendesain adanya kursi disini?! Ah, sudah pasti si Aga.
Tapi kursinya lumayan juga. Cukup empuk-
GUBRAAAKK!!
"Aww!" Oke, ini kedua kalinya aku jatuh, terjungkal balik.
Eh, tapi tidak terlalu sakit.
"Aahh!! Apa yang kau lakukan, hah? Berat tau!"
Aku menoleh, melihat ke bawah.
"Maki? Kau ada di sini?"
"Cepat menyingkir, kau berat."
Baiklah, aku tidak tahu kalau aku jatuh di atasnya. Maki berdiri, merapikan bajunya. "Oh, bagus sekali. Sekarang kita terdampar di sebuah tempat asing."
"Ini dimensi dalam GTT. Kita sedang berada di dalam komputer." Jelasku.
"Gila. Lalu bagaimana cara kita kembali?"
"Karena kita tidak menggunakan alat penghubung, kurasa kita tidak terdeteksi ke dalamnya."
"Bagaimana dengan wanita yang tadi bersama kita?" Tanyaku.
"Ya tentu saja ia pasti sudah mati meledak."
Aku hanya diam. Entah mengapa aku merasa mengenal wanita tersebut.
Maki duduk di salah satu bangku. "Pokoknya kita harus kembali. Kau tahu caranya kan?"
Aku bingung harus menjawab apa. "Kalau kita tidak terdeteksi masuk ke dalam komputer, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya."
"Apa? Kenapa?"
"Masalahnya kita tidak terhubung. Kalau kita terdeteksi, maka kita bisa meminta bantuan mereka."
Maki mulai kesal. "Bagus sekali, Nona Profesor. Kau yang menciptakan dunia ini tapi kau tidak tahu bagaimana cara keluarnya."
Alisku menaik, "Apa kau bilang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
NicoMaki: Again
Fanfic"Kalau begitu biar aku saja." Kata itu, harusnya kutahan. Kata yang langsung membuatku senang dalam satu detik, namun juga membuatku menyesal setelahnya. Benar. Ini semua salahku. Akulah yang menciptakannya. Karena akulah, ia hilang, dan tak pernah...