8.Luka

74 56 0
                                    


🍁🍁🍁

Belajar memahami bahwa tak semua keinginan bisa terpenuhi, barangkali itu adalah obat terbaik tuk mencegah kecewa dan sakit hati

🍁🍁🍁


Zahra Pov

Saat mobil truk sudah hampir menabrak mobil Abi, Aisyah tiba-tiba mendorongku untuk menyelamatkanku dari sana.

"Aisyah..." teriakku setelah aku turun dan terjatuh di trotoar.

Maafin Kakak, Kakak nyesel.batinku sebelum penglihatanku memudar karena kepalaku terasa sangat sakit dan berdarah akibat terbentur trotoar.

Sampai ada seorang Ibu yang menyelamatkanku dan langsung membawaku ke rumah sakit.

"Aisyah..." ucapku saat baru sadar.

"Kamu gak papa?." tanya seorang Ibu yang tidak kukenal.

"Maaf, Ibu siapa?." tanyaku.

"Saya tadi menemukan kamu di trotoar, dan saya langsung membawa kamu kesini." ucapnya.

"Terimakasih yaa Bu." ucapku sambil tersenyum padanya.

"Panggil saya Umi saja yaa, Umi sudah terbiasa dipanggil seperti itu oleh anak-anak." ucapnya lembut.

"Umi?..." tanyaku, dan dia pun mengangguk sambil tersenyum.

"Nama Umi, Umi Nada." ucapnya sambil tersenyum.

Setelah itu terjadilah keheningan diantara kami.aku sangat menyesali semua perbuatanku pada Aisyah, selama ini aku sudah banyak menyakitinya tapi dia malah menyelamatkanku tanpa memperdulikan dirinya sendiri, dan aku juga merasa bersalah karena sudah bersikap tidak sopan pada Umi dan Abi.

Abi nyesel udah ngangkat kamu sebagai anak, kamu memang bukan darah daging kami

Kata-kata itu yang terus terngiang-ngiang di telingaku, tak terasa air mataku pun menetes begitu saja karena kenyataan pahit ini.

"Kenapa kamu menangis?."tanya Umi Nada dengan lembut, membuatku teringat pada Umi.

"Zahra sudah banyak melakukan kesalahan, Zahra sekarang menyesal, Zahra benci sama diri Zahra sendiri." ucapku dan menutupi mukaku yang sedang menangis.

"Kamu tidak boleh seperti itu, semua manusia pasti mempunyai kesalahan, tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini." ucap Umi Nada dan memelukku memberikan kehangatan, aku jadi rindu pada Umi dan sangat merasa bersalah padanya.
"Apa kamu mau menceritakannya?." tanya Umi Nada.

Aku pun terdiam sebentar dan akhirnya mengangguk, lalu akupun mulai menceritakan semuanya dari awal sampai saat ini.Umi Nada mendengar dan memahami setiap perkataanku.

Lalu sejak saat itu aku pun diajak untuk tinggal bersamanya di sebuah pesantren miliknya, awalnya aku menolak karena aku takut merepotkan, tetapi Umi bilang bahwa aku ini sudah dia anggap seperti anaknya sendiri.

Nafidzah Pov

Saat aku sadar, aku pun melihat sekelilingku, ruangan ini serba putih dan bau khas obat-obatan.Aku pun melihat kesampingku yang terdapat Abi yang sedang memegangi kepalanya, Abi mengalami luka kecil yang tidak cukup parah, tetapi butuh beberap hari untuk memulihkannya seperti sedia kala.

"Abi..." ucapku, karena aku merasa kakiku sedikit susah untuk digerakkan.

"Ada yang sakit sayang?." tanya Abi dengan lembut.

"Tidak ada Abi, tetapi kenapa kaki Nafidzah sulit digerakkan?." tanyaku.

"Abi panggil dokter yaa sayang." ucap Abi.

Hafalan Aisyah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang