14.Untuk Aisyah

63 53 1
                                    


🍁🍁🍁

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.
(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 57)

🍁🍁🍁


Nafidzah Pov

Adzan subuh berkumandang dengan merdunya, suara adzan yang sangat merdu, menyentuh hati dan juga suaranya yang sangat kukenali, yaitu suara Yusuf.

Aku dan Aisyah pun shalat berjamaah dibawah bersama Bibi.setelah selesai shalat subuh, aku membantu Aisyah untuk murojaah hafalannya, dia begitu semangat meski dengan kondisinya yang seperti ini.

Kita pun memulai sarapan setelah Abi pulang dari Masjid.kita sarapan dengan nikmat meski sedikit sedih karena belum bisa menemukan Umi dan Kak Fatimah.

Saat sedang menonton televisi bersama Abi, Telfon rumah pun berdering dan Abi pun langsung mengangkatnya, sedangkan Aisyah sedang bermain dirumah Muhammad.

"Nafidzah, Kak Fatimah ketemu." ucap Abi membuatku sangat bahagia.

"Apa bener Abi?Kak Fatimah sekarang dimana?." tanyaku.

"Kak Fatimah sekarang lagi dirumah sakit sayang, dia kecelakaan." ucap Abi membuat senyuman luntur begitu saja dari bibirku.
"Kita kesana sekarang ya." ucap Abi, dan aku pun mengangguk cepat.Aku khawatir dengan keadaan Kak Fatimah sekarang.

"Abi gimana sama Aisyah?." tanyaku saat kita akan berangkat ke rumah sakit.

"Kita sebaiknya jangan kasih tau Aisyah dulu ya, tadi Abi sudah bilang ke Umi Aqilla agar menjaga Aisyah sebentar selama kita di rumah sakit." ucap Abi dan aku pun hanya mengangguk.

Sampai dirumah sakit kita pun langsung menuju UGD tempat Kak Fatimah sekarang ditangani.
Semoga Kakak baik-baik aja, Nafidzah kangen sama Kakak.batinku.

"Maaf, ada keluarga pasien?." tanya Dokter, dan kita pun langsung menghampirinya agar bisa mengetahui kondisi Kak Fatimah.

"Saya Abinya Dok." ucap Abi

"Maaf Pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Allah berkehendak lain... Putri Bapak tidak bisa diselamatkan karena lukanya cukup parah." ucap Dokter membuatku dan Abi terpukul.

"Dokter mungkin salah Dok, Kakak saya adalah Kakak yang kuat, Dokter harus cek lagi." ucapku.

"Nafidzah sayang, ikhlas yaa..." ucap Abi dan langsung memelukku dan aku pun menangis dipelukan Abi.

"Kita masuk yuk, liat Kak Fatimah." ucap Abi, dan aku pun mengangguk.

Aku pun melihat Kak Fatimah yang tertutupi oleh kain putih, air mata tak berhenti mengalir dan badanku terasa sangat lemas.

"Kak, bangun Kak... Nafidzah sayang Kakak, Kakak kenapa ninggalin Nafidzah?Nafidzah baru aja kehilangan Hafidzah Kak, Kakak jangan pergi." ucapku sambil memeluk tubuh Kak Fatimah dengan derai air mata.

"Maafin Abi, Fatimah... Abi gak bisa jagain kamu dan gak bisa bahagiain kamu selama ini." ucap Abi sambil menangis dan memelukku.

"Kita harus bisa ikhlas sayang, masih ada Aisyah yang juga pasti merasa kehilangan, kita harus mengikhlaskan semua yang telah Allah ambil kembali dari kita karena itu semua hanya titipan." ucap Abi sambil mengusap kepalaku yang berada dipelukannya.

"Maaf Pak, sebelum Fatimah meninggal dia sudah mendengar kabar tentang apa yang menimpa Bapak dan sekeluarga, dan Fatimah memutuskan untuk mendonorkan matanya untuk adiknya, yaitu Aisyah."ucap Dokter tersebut membuatku dan Abi terdiam.
"Kami akan melakukannya jika Bapak sebagai orang tuanya mengizinkan." ucap Dokter.

"Lakukan apa yang menjadi permintaan putri saya Dok." ucap Abi.

"Pak saya hanya ingin menyampaikan surat dari Fatimah untuk Aisyah, Fatimah meminta agar Aisyah membacanya langsung." ucap Dokter tersebut sambil menyerahkan sebuah surat.

"Terimakasih Dok." ucap Abi.

"Baiklah kalau begitu, Aisyah bisa langsung dibawa keruangan operasi, saya permisi Assalamualaikum." ucap Dokter tersebut dan keluar dari UGD.

"Waalaikumsalam." jawabku dan Abi.

Aku dan Abi pun pulang ke rumah untuk menjemput Aisyah dan pergi ke rumah sakit kembali.aku dan Abi belum memberitahu Aisyah kalau Kak Fatimah sudah ditemukan dalam keadaan tidak selamat dan akan mendonorkan matanya untuk Aisyah.

Aisyah Pov

Saat aku sedang berada di rumah Umi Aqilla, Abi dan Kak Nafidzah pun menjemputku untuk pergi ke rumah sakit.

"Memang kita mau apa ke rumah sakit Abi?." tanyaku penasaran saat kita sudah di mobil menuju ke rumah sakit.

"Ada yang mau mendonorkan matanya untuk kamu sayang." ucap Abi sambil mengelus kepalaku.

"Alhamdulillah, apa benar itu Abi?." tanyaku senang.

"Iyaa sayang." ucap Abi.

"Siapa yang donorin matanya Abi?." tanyaku penasaran, tetapi Abi dan Kak Nafidzah tidak menjawab pertanyaanku.
"Kak... Siapa yang donorin matanya buat Aisyah?." tanyaku pada Kak Nafidzah karena Abi tidak menjawab pertanyaanku.

"Nanti kamu akan tau yaa Aisyah." ucap Kak Nafidzah.

"Abi sama Kakak kenapa sii?Abi sama Kakak gak seneng yaa kalau Aisyah bisa lihat lagi?." tanyaku karena respon mereka yang tampak biasa saja.

Sepeka itu kamu terhadap keadaan sekitarmu Aisyah, maafin Kakak, Kakak gak berani ngasih tau kamu, Kakak tau kalau kamu sampai tau Kak Fatimah yang donorin matanya buat kamu, kamu pasti nolak Aisyah.batin Kak Nafidzah.

Maafin Abi sayang, Abi akan memberi tahu Aisyah nanti setelah operasi sesuai dengan permintaan Fatimah.batin Abi.

"Abi dan Kak Nafidzah seneng banget sayang, sampai Abi dan Kak Nafidzah bingung mau ngomong apa." ucap Abi, meskipun aku sedikit ragu akan ucapannya, tapi aku hanya mengangguk saja.

"Kita udah sampai, kamu jangan lupa baca basmalah yaa supaya semuanya lancar." ucap Abi, dan aku pun mengangguk sambil tersenyum.

Setelah selesai Operasi, Abi dan Kak Nafidzah pun mengajakku ke suatu tempat yang tidak aku ketahui, karena aku masih memakai perban yang menutupi mataku, perban ini akan dibuka besok oleh Dokter.

"Abi kita udah sampai dirumah orang yang donorin matanya buat Aisyah?." tanyaku.

"Ini bukan rumah sayang." ucap Abi.

"Terus kita lagi dimana?ngapain disini? Kita kan mau ketemu sama orang yang donorin matanya buat Aisyah."ucapku.

"Orang itu ada disini Aisyah." ucap Kak Nafidzah, dan aku pun hanya mengangguk.

"Kita sudah sampai sayang." ucap Abi.

"Mana orangnya Abi?." tanyaku sambil tersenyum karena aku sangat ingin bertemu dengan orang yang mendonorkan matanya untukku agar aku bisa berterima kasih padanya.

"Sini sayang." ucap Abi sambil menarik tanganku pelan untuk berada didekatnya.

"Ini kok kayak kuburan Abi?." tanyaku heran.

"Ini memang kuburan sayang... Ini kuburan orang yang udah donorin matanya buat kamu." ucap Abi.
"Orang itu adalah Kakak kamu, yaitu Kak Fatimah." sambung Abi membuatku terdiam untuk mencoba mencerna perkataannya.

"Ka-Kak Fatimah?..." ucapku terbata.

"Iya sayang." ucap Abi.

"Kenapa?... Kenapa Kak Fatimah jadi kayak gini? Kenapa Abi izinin Kak Fatimah donorin matanya buat Aisyah?." ucapku yang sudah tak kuasa menahan tangisku.

"Kak Fatimah kecelakaan sayang dan Kak Fatimah tidak bisa diselamatkan, Kak Fatimah sudah ikhlas untuk donorin matanya buat Aisyah, itu adalah amanah terakhir dari Kak Fatimah sayang." ucap Abi sambil memelukku.

"Kenapa Kakak kayak gini? Kenapa Kakak selalu berkorban buat Aisyah?Aisyah hanya mau bersama Kakak lagi kayak dulu, Aisyah sayang Kakak..." belum sempat aku meneruskan perkataanku, kepalaku pun sudah sangat pusing dan aku pun kehilangan kesadaranku.

Hafalan Aisyah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang