15.Ikhlas

57 51 0
                                    


🍁🍁🍁

Mungkin sebenarnya kita tidak pernah kehilangan apapun dalam hidup ini, mungkin hanya ditukar dengan sesuatu yang lebih indah.

🍁🍁🍁


Suara Adzan subuh membangunkanku, aku pun langsung melaksanakan shalat subuh dibantu oleh Abi dan Kak Nafidzah.setelah selesai shalat subuh, seperti biasanya aku murojaah dibantu oleh Kak Nafidzah.

"Assalamualaikum." salam seseorang.

"Waalaikumsalam." jawab kita.

"Aisyah, ada Muhammad sayang." ucap Abi.

"Alhamdulillah yaa sekarang Aisyah sudah mendapatkan donor mata, dan sebentar lagi Aisyah dapat melihat lagi." ucap Umi Aqilla yang sudah berada disampingku dan mengelus kepalaku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Assalamualaikum, selamat pagi semuanya." ucap Dokter yang baru saja memasuki ruangan.

"Waalaikumsalam, selamat pagi Dok." jawab kita semua yang berada dalam ruangan rawatku.

"Aisyah apa sudah siap?." tanya Dokter.

"Aisyah tidak mau melihat lagi." ucapku membuat semua yang berada disini sedih.

"Kenapa Aisyah gak mau sayang?." tanya Abi.

"Aisyah nggak mau melihat lagi, Kak Fatimah sudah pergi dan Umi gak tau ada dimana, Aisyah lebih baik gini aja, Aisyah gak mau bahagia sedangkan disana Kak Fatimah gak bisa lihat." ucapku.

"Sayang, Kak Fatimah insyaallah sudah diberikan sesuatu yang lebih baik dialam sana Nak, kamu harus mengikhlaskannya, justru kalau kamu seperti ini Kak Fatimah akan sedih." ucap Abi.

"Aisyah gak mau." ucapku yang sudah tak kuasa menahan tangisku.

"Aisyah..." belum sempat Abi berkata, Umi Aqilla sudah menahannya.

"Bisa saya minta waktu berdua dengan Aisyah?." tanya Umi Aqilla dan diangguki semuanya.

"Aisyah sayang..." panggil Umi Aqilla dengan suara lembutnya dan usapan penuh kasih sayang nya dikepalaku membuatku teringat dengan Umi.

"Aisyah gak mau Umi." ucapku dan menangis dipelukannya.

"Aisyah yang Umi kenal itu adalah anak yang kuat, Umi yakin Aisyah bisa melewati semua ujian ini, Aisyah harus ikhlas sayang." ucap Umi sambil mencium kepalaku.
"Umi yakin Aisyah bisa." ucap Umi Aqilla.

"Tapi Aisyah gak mau Umi, Aisyah ingin Kak Fatimah masih berada disini, Aisyah gak mau Kak Fatimah gak bahagia disana karena Kak Fatimah sendirian dan gak bisa liat."ucapku.

"Aisyah sayang, semua yang kita miliki ini hanyalah titipan dari Allah... semuanya pasti akan kembali lagi kepada-Nya, Umi yakin Kak Fatimah akan bahagia disana karena Kak Fatimah adalah anak yang sholeha, justru Kak Fatimah akan sedih kalau Aisyah gak mau menerima titipan dari Allah yaitu penglihatan yang diperantarakan kepada Kak Fatimah untuk Aisyah.Umi setuju dengan Abi Aisyah, kita yakin Kak Fatimah sudah mendapat gantinya yang lebih baik dari apa yang sudah dia berikan untuk Aisyah, Insyaallah Nak."ucap Umi Aqilla sambil terus mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang.
"Umi tau Aisyah hanya perlu waktu untuk bisa menerima ini semua." sambung Umi Aqilla.

"Terimakasih Umi." ucapku.

Tak lama aku pun pergi kealam mimpi karena suara Umi Aqilla yang sedang bershalawat dengan sangat merdu.

Didalam mimpi Aisyah

Aku sedang berada disuatu tempat yang sangat indah, aku duduk dibangku putih yang terdapat pantai didepannya dan taman bunga yang indah disamping kanan dan kirinya.

"Aisyah." panggil seseorang, suara yang sangat kukenali.

"Kak Fatimah." ucapku dan langsung memeluk Kak Fatimah.

"Kenapa Aisyah gak mau buka mata Aisyah?apa Aisyah gak mau menikmati keindahan ciptaan-Nya?." tanya Kak Fatimah.

"Aisyah gak mau Kak... Aisyah akan tetap merasa gelap tanpa adanya Umi dan Kakak dalam hidup Aisyah." ucapku.

"Aisyah adalah adik Kakak yang kuat, Kakak gak mau Aisyah jadi kayak gini, Aisyah pasti bisa ikhlas sayang." ucap Kak Fatimah.
"Kakak akan sedih kalau Aisyah kayak gini terus, Kakak gak mau liat Aisyah sedih." sambung Kak Fatimah.

"Maafin Aisyah Kak." ucapku.

"Aisyah gak salah sayang... kamu masih terlalu kecil untuk menghadapi ini semua, tapi Allah maha mengetahui sayang, Allah tahu kalau kamu pasti bisa melewati ini semua." ucap Kak Fatimah.
"Aisyah harus jaga diri baik-baik, teruslah murojaah sayang, Aisyah harus jadi Aisyah yang dulu Kakak kenal meski gak ada Kakak disisi Aisyah." sambung Kak Fatimah.

"Kakak jangan pergi... Aisyah masih pengen sama Kakak, Aisyah pengen sama Kakak kayak dulu lagi, Aisyah gak mau kehilangan orang-orang yang Aisyah sayang lagi." ucapku.

"Aisyah pasti bisa ikhlas sayang." ucap Kak Fatimah lembut dan bangkit dari duduknya.

"Jangan pergi Kak." ucapku yang sudah menangis dan menahan tangannya agar tidak pergi dariku.

"Kakak sayang Aisyah." ucap Kak Fatimah, dan pegangan tanganku pun terlepas dari tangannya.

"Kakakkk..." teriakku setelah Kak Fatimah benar-benar pergi.

"Aisyah sayang... Kenapa Nak?." tanya Umi Aqilla.

"Ka-Kak Fatimah Umi..." ucapku pelan.

"Minum dulu yaa sayang." ucap Umi Aqilla sambil memberikanku minum.

"Makasih Umi." ucapku.

"Sama-sama sayang, Aisyah kenapa Nak?." tanya Umi Aqilla.

"Aisyah gak papa kok Umi." ucapku sambil tersenyum karena tidak mau membuat Umi Aqilla khawatir.

Hafalan Aisyah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang