"Sini balikin ponsel gue," ujar Qiara dingin
Hari ini Qiara datang cepat karena dia meminta poselnya yang semalam ditahan oleh Arnaldo.
Arnaldo melihat Qiara, hari ini wajah Qiara seperti memiliki banyak salah. Sebenarnya dia ingin bertanya tapi dia ngengsi.
Arnaldo memberikan ponsel Qiara dan Qiara menerima poselnya lalu pergi kekelasnya. Arnaldo hanya menatap punggung Qiara.
Dikelas Qiara tak bersemangat itu semua karena tentang perjodohan itu apalagi dia mengetahui siapa orang yang akan dijodohkan
Rara melihat sahabatnya itu pun binggung, tak biasanya Qiara tak bersemangat gitu.
"Qi lo kenapa? Muka lo kusut bener. Kalau apa-apa cerita sama gue, gue sahabat lo. Siap mendengarkan masalah lo"
Qiara membisikan sesuatu kepada Rara, Rara terkejut mendengar ucapan Qiara.
"What, serius lo Qi? Kalau gue sih mau aja"
Qiara menatap tajam Rara.
"Hehe iya iya, jadi gimana Qi?" Tanya Rara
"Nggak tau gue Ra, kepala gue sakit mikirinnya"
"Yang sabar ya"
☆☆☆☆
"Qi lo nggak kekantin," tanya Rara
"Nggak deh Ra, kepala gue sakit. Lo bisa sendiri kan"
"Bisa kok, lo mau mesan apa?"
"Nggak ada Ra"
"Yaudah gue pergi dulu"
Qiara pun mengelamkan wajahnya dan dia bersandar kedinding. Qiara duduk dinding.
Disisi lain Rara berjalan kekantin, Arnaldo, Rendy, Angga sudah duduk di kursi. Rendy menggoda Rara yang jalan.
"Stt baby sendiri aja, Qiara mana," tanya Rendy menggoda
Rara menoleh kesumber suara tersebut dan itu suara Rendy.
"Eh Rendy, Arnaldo dan Angga. Qiaranya ada dikelas, katanya kepalanya sikit sakit aja, luan ya" balas Rara dan pergi memesan makanan
Arnaldo membisikan kepada kedua temannya. Tak lama kemudian Rara pun datang dengan membawa batagor dan jus mangga.
"Ra temanin kita makan ya? Sekalian gue mau nanya sesuatu sama lo," ujar Rendy
Rara pun menuju meja tersebut.
☆☆☆☆
"Makan," ujar Arnaldo metakkan nasi goreng dan air putih kemeja Qiara
Qiara menoleh kearah sumber suara, dia melihat Arnaldo duduk disampingnya. Qiara menatap malas dan kembali menggelamkan wajahnya.
"Makan gue bilang," ujar Arnaldo sedikit meninggikan intonasi suaranya
Banyak pasang mata melihat mereka, ada yang tatap suka, iri dan tatapan bertanya.
"Mau lo apa sih?! Gue muak liat muka lo!!! Bisa nggak sehari lo nggak usah nganguin gue, kepala gue sakit karen lo," teriak Qiara dan tak lupa membentak Arnaldo
Qiara sudah mudak liat Arnaldo, dia meninggalkan Arnaldo dengan murid-murid tatapan tanda tanya. Jangan lupakan murid-murid sudah berkumpul dikelas Qiara karena mereka penasaran dengan dengan teriakan Qiara.
Qiara memutuskan untuk ke rofftop, di rofftop dia menangis.
"Hiks... kenapa gue dijodohkan sama dia, kenapa? Dia teralalu mengusik hidup gue. Belum jadi suami udah terlalu mengatur bagaimana kalau sudah menikah," ujar Qiara menangis
Tubuh Qiara pun menegang karena ada seseorang memeluknya dari belakang, dia juga dapat merasakan embusan napas tersebut.
"Maaf," cicit Arnaldo
Qiara mencoba melepaskan pelukan tersebut namun Arnaldo seakan tidak mau melepaskan.
"Menangislah dipelukan gue dan gue minta maaf sama lo"
Qiara membalekkanbadannya.
"Kenapa? Kenapa gue harus dijodohin sama lo, kenapa? Kenapa juga lo terlalu mengusik hidup gue. Gue benci lo Arnaldo, gue benci lo," ujar Qiara menangis dan memukul dada Arnaldo
Arnaldo tidak menjawab, tapi dia mempererat pelukannya. Seakan-akan tidak mau kehilangan.
Suara tangis Qiara berhenti, Arnaldo melepaskan pelukannya. Dia terkejut karena Qiara tak sadar diri, badan Qiara juga panas.
Arnaldo pun panik, dia langsung membawa Qiara ke uks, banyak pasang mata melihat Arnaldo mengedong Qiara ala bridal style.
☆☆☆☆
Qiara mengerjapkan matanya, dia melihat Arnaldo tengah duduk disampingnya. Qiara binggung bagaaimana dia bisa disini.
"Gue udah bilang makan, lo tetap bandel. Sebentar gue ambil makanan dan minuman dulu"
Qiara tak menjawab, badannya terlau lemas. Qiara menatap punggung Arnaldo. Tak berapa lam kemudian Arnaldo datang dengan membawa makanan, minuman dan obat. Arnaldo meletakkan dimeja.
"Sekarang lo makan, siap itu lo makan obat," titah Arnaldo mulai menyuapi Qiara
Qiara menggelengkan nepalanya yang artinya menolak untuk disuapi.
"Kenapa lo baik ke gue?" Tanya Qiara
"Karena gue nggak mau calon istri gue sakit, sekarang lo makan ya. Kalau lo makan gue janji gue bakal jauhin lo sebelum orang tua kita jumpa untuk membahas pernikahan," jawab Arnaldo mengangkat sendok yang telah ada nasi
Qiara menerima suapan Arnaldo, dia memakannya. Namun disuapan ketiga dia menolaknya.
"Gue nggak mau, gue udah kenyang," tolak Qiara
"Sekali lagi ya, siap itu udah," balas Arnaldo menyakinkan
Qiara pun terpaksa mau memakannya, setelah itu Arnaldo meletakkan piringnya ke meja. Arnaldo mengambil air putih dan juga obat.
"Sekarang lo makan obatnya ya," ujar Qiara
"Nggak gue nggak mau, pahit," balas Qiara
"Anggap aja ini permen, kalau lo nggak mau makan obatnya kapan sembuhnya. Sekarang makan ya"
Qiara memakannya, lalu Arnaldo memberikan air minumnya. Qiara meneguk airnya, setelah selesai Arnaldo meletakkan gelasnya.
"Lo pulang ya, biar gue antar dan juga biar lo bisa istirahat"
"Nggak gue nggak mau, gue nggak mau pulang. Gue mau masih ada disini," ujar Qiara
"Yaudah kalau kamu nggak mau, aku pergi dulu. Jaga kesehatanmu nanti Rara datang," balas Arnaldo
"Ya," ucap Qiara dingin
Arnaldo pun keluar dari uks. Qiara menatap langit-langit ruang uks, dia masih tak menyangka dalam waktu ini status dia sudah menjadi istri Arnaldo. Dia tidak masalah kalau dijodohkan tapi kalau dengan Arnaldo dia tidak mau, alasannya dia terlalu mengatur hidup orang. Qiara pun menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESIVE HUSBAND
Подростковая литература"Jika tau seperti ini, lebih baik kita tak bertemu dan dijodohkan" Qiara Yulia Ningsih "Kepergianmu membuat diriku hampir gila" Arnaldo Pratama Wahyudi Kisah remaja yang dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Yang satu memiliki sifat possesive dan satu...