Pagi ini Qiara berangkat kesekolah, Qiara ingin sekolah daripad dirumah. dirumah seharian sungguh sangat membosankan, tadi dia juga sempat berdebat dengan abangnya karena abangnya menyuruh Qiara untuk tidak sekolah.
"Kamu nggak boleh sekolah, istirahat aja besok baru sekolah"
"Qiara nggak mau bang, Qiara mau sekolah. Dirumah bosan abang"
"Kamu semalam baru pulang dari rumah sakit jadi hari ini istirahat"
"Nggak mau abang, pokonya Qiara mau sekolah"
"Qiara kamu nurut sama abang jangan membantah," bentak Adrian
Qiara tak suka dibentak, hatinya sungguh sangat sakit bila dibentak, mata Qiara mulai berkaca-kaca. Adrian menghela napasnya.
"Baiklah kamu bisa sekolah hari ini"
Wajah Qiara langsung senang mendengarnya. Tadi kedua orangtuanya sudah pergi, Papinya katanya ada masalah kecil dikantor dan Maminya katanya ada salah satu karyawannya kecelakaan.
"Seriusan bang?
"Iya tapi ada satu syarat"
"Apaan bang?" Tanya Qiara
"Kamu pergi abang antar dan pulang abang antar"
"Qiara kayak anak kecil diantar jemput"
"Mau atau nggak sama sekali"
"Iya iya Qiara mau, udah sana bang Qiara mau mandi dan ganti baju," usir Qiara
Adrian megacak-ngacak rambut Qiara dan keluar.
"Ish abang kebiasaan deh"
☆☆☆☆
"Belajar yang rajin, jangan bolos lagi. Ingat sebentar lagi lo kelas 12," peringat Adrian
"Iya," jawab Qiara malas
"Yasudah kamu keluar gih," kata Adrian
"Uang jajan Qiara mana? Tadi kan mami papi langsung berangkat," ucap Qiara dengan membuat tangan meminta
Adrian mengambil uang dari dompetnya, dia mengambil uang bewarna hijau yang artinya uang dua puluh ribu.
"Ini," ucap Adrian memberikan uang
Qiara mengambil uangnya, lalu melihat. Uang segini mana cukup untuk Qiara.
"Bang uang segini mana cukup buat Qiara," protes Qiara
"Kenapa nggak cukup? Uang segitu cukup kok, kan lo nanti gue jemput. Lagian lo ngak perlu banyak uang buat jajan, lo baru sembuh," balas Adrian
"Terserah, gue capek debat," balas Qiara menahan kesal lalu dia keluar dari mobil Adrian, jangan lupaka tadi dia menutup pintu mobil Adrian cukup keras
Adrian tau kalau adiknya sedang marah padanya, emang dia salah kasih uang dua puluh ribu buat Qiara. Emangnya nggak cukup dua puluh ribu, kan dia diantar jemput.
Qiara masuk ke sekolah dengan menahan emosi karena abangnya, tadi dia juga nggak menerima uang dari Adrian. Dia memasuki kelasnya dengan ekspresi seperti ngajak berantam kemudian dia duduk. Rara melihat ekspresi sahabatnya Qiara.
"Lo kenapa, masuk-masuk muka lo kayak ngajak gelud," tanya Rara
"Gue kesel Ra kesel sama bang Adrian"
"Kesal kenapa?" Tanya Rara binggung
"Masa gue cuma dikasih dua puluh ribu, ya mana cukup lah. Coba ada mami papi pasti mereka kasih lebih. Masa dia bilang nggak perlu banyak uang , Abang kan jemput lo dan lo juga ngga boleh jajan," jawab Qiara mengebu-ngebu
"Tumben Kak Adrian"
"Tadi Mami Papi pergi"
"Lagian yang
"Lagian kenapa dua puluh ribu?" Taya Rara
"Karna_,"
Qiara tidak boleh memberitahu alasannya, baik itu Rara sahabatnya sendiri. Cukup dia sendiri yang tahu
"Karna ya kurang lah," jawab Qiara kilat
"Lo boros banget uang segitu kan cukup, lo juga diantar jemput kan sama abang lo"
"Kok lo lama-lama ngeseli Ra, lo udah kayak abang gue. Udah lah Ra nggak usah bicara lagi, yang ada gue makin emosi"
"Terserah lo, tapi gue udah nasihatin lo"
☆☆☆☆
Bel istirahat sudah berbunyi, para murid langsung menyusun bukunya lalu pergi kekantin. Kantin merupakan tempat favorit murid.
"Qiara dipanggil pacar lo itu Aldo, dia udah nungguin lo," teriak salah satu teman kelasnya
Qiara langsung keluar dari kelasnya karena sang pacar sudah menunggu, Qiara tadi sempat mengajak Rara kekantin tapi Rara menolak. Katanya takut menganggu.
"Hai maaf lama menunggu," sapa Qiara
"Nggak papa, yaudah yuk," jawab Aldo lalu mengandeng tangan Qiara
Disana, tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat. Wajah orang itu tampak merah karena marah, rahangnya mengeras dan tanga nya dikepal siap untuk menumbuk.
Mereka kekantin dengan tangan saling mengandeng, pasang mata memperhatikan mereka. Seluruh murid di sekolah ini sudah tau kalau Aldo dan Qiara pacaran, Aldo merupakan putra perwakilan sekolahnya, banyak siswi yang menyukainya tapi dia memilih Qiara. Tentunya banyak penggemarnya yang kecewa. Tak banyak juga yang mebanding-bandingkan Qiara bahkan banyak dari mereka mendoakan cepat putus. Tak banyak juga mencibir Qiara, rasanya Qiara ingin marah dan menjambak-jambak rambut orang itu tapi Aldo selalu bilang "jangan cepat marah, yang ada mereka akan merasa menang".
Mereka berdua pun duduk, Aldo lalu pergi memesan makanan dikantin. Qiara menunggu Aldo tak lama kemudian Aldo datang dengan membawa makanan dan minuman, mereka memakannya sampai habis setelah itu mereka minum. Perut mereka pun kenyang.
"Sudah beberapa hari kamu tida datang sekolah, kamu kenapa?" Tanya Aldo
"Aku sakit sebenarnya tadi kata abang jangan sekolah dulu tapi aku maksa. Soalnya aku bosan dirumah"
"Kenapa nggak bilang sama aku, kan aku bisa datang kerumah kamu"
"Aku nggak mau buat kamu khawatir, entar kayak waktu pertama kali masuk SMA. Aku hanya sakit biasa tapi kamu udah khawatir banget sama aku. Bahkan kamu rela nggak sekolah karena aku"
"Aku sayang sama kamu, makanya aku khawatir sama kamu," balas Aldo lalu mengacak-ngacak rambut Qiara
Qiara mendegus kesal karena rambutnya diacak-acak, walaupun kesal tapi dia senang.
"Makasih ya kamu udah bertahan sama aku," ucap Qiara tulus
Hai -hai I'come back, maaf kalau lama ngetiknya. Sepertinya aku nggak bakal nulis lagi untuk sementara dikarenakan hp lagi eror. Kalau udah bagus aku kembali nulis lagi kok.
Terimakasih yang uda baca cerita saya, salam manis dari Authour. Tetap vote ya dengan memvote kalian mensupport authour.
Jangan lupa follo ig authour : @Citraandini04
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESIVE HUSBAND
Teen Fiction"Jika tau seperti ini, lebih baik kita tak bertemu dan dijodohkan" Qiara Yulia Ningsih "Kepergianmu membuat diriku hampir gila" Arnaldo Pratama Wahyudi Kisah remaja yang dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Yang satu memiliki sifat possesive dan satu...