17 - Flower

591 103 20
                                    

Btw, terimakasih untuk 5k readers nya^^

"Saranghae, Kim Minju"

- Nana




Dokter Choi Siwon keluar dari ruangan, dengan raut wajah bersalah. Di luar ruangan, keluarga Na menunggu dengan perasaan gelisah serta khawatir.

"Ba-bagaimana, Dok?" tanya Go Eun mendekat pada Dokter Choi Siwon.

"Maaf, kami sudah berusaha semampu kami. Tapi, Jaemin tidak bisa diselamatkan, kami tau ini berat untuk kalian," Go Eun tak mampu berkata-kata, perlahan terduduk dilantai, menangis sejadi-jadinya. Kun yang ada disana langsung mendekat pada Go Eun, dan mendekap wanita rapuh itu.

Dokter Siwon sendiri tak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa berharap mereka yang di tinggalkan bisa mengikhlaskan. Sementara itu, Lami hanya bisa mematung ditempat. Air matanya turun begitu saja, hatinya sesak dan sakit. Tidak mungkin Jaemin meninggalkannya, mereka telah berjanji untuk tetap bersama selama ini, kenapa Jaemin meninggalkannya duluan? Baginya, ini tak adil.

"Segera pindahkan mayatnya ketika keluarga sudah menemuinya sebelum dipindahkan!" titah Dokter Siwon yang kemudian berpamitan untuk pergi undur diri dari sana.

"Tidak! Tidak mungkin Jaemin! Tidak ... hiksss ... itu tidak mungkin!" seru Go Eun yang terus menangis.

***

Pip! Pip! Pip! Pip! Ceklek~

Hyunjin memencet beberapa digit nomor pada kunci apartemen lamanya, ia lantas membuka pintu dan masuk bersama Minju. Apartemen itu masih tampak bersih dan terawat, Minju yakin akan betah tinggal disini.

"Peralatan dapur, kamar mandi, tempat tidur hm kurasa semuanya masih lengkap, jika membutuhkan sesuatu maka katakan saja padaku!" ujar Hyunjin pada Minju yang menjawab dengan ganggu kan.

"Hey, kamu masih bersedih?" tanya Hyunjin yang tiba-tiba menangkup pipi Minju dan mencubitnya gemas.

"Ti-tidak!" jawab Minju gugup. Hyunjin terkekeh pelan, ia kemudian menarik tangan Minju untuk masuk dalam kamar tidur yang dulunya ia tempati saat masih tinggal disini.

"Kurasa kamu lelah, istirahatlah!" Hyunjin mendudukkan Minju pada kasur empuk miliknya dulu. Hyunjin hendak keluar kamar dan membiarkan Minju beristirahat melepas penat.

"Hyunjin! Terimakasih, aku akan membayar sewanya setiap bulan nanti padamu!" Hyunjin kembali masuk ketika Minju berkata demikian, ia ikut duduk di samping gadis itu.

"Tidak perlu, aku tidak membutuhkan uang! Yang ku butuhkan hanya kamu, Kim Minju. Jadi, daripada untuk membayar sewa lebih baik kamu gunakan uangnya untuk keperluan lain! Bagaimana?" Minju memerah, ia tersenyum tulus pada Hyunjin. Lelaki itu begitu baik dan sangat menyayanginya. Tapi, apakah dirinya juga begitu?

"Ya sudah, sekarang istirahat dan tidurlah dengan nyenyak, ya! Aku akan pulang, tadi eomma menyuruhku pulang cepat, mianhae!" Minju menggeleng, "Iya, tak apa-apa! Tak perlu meminta maaf. Pulanglah dengan selamat!"

Hyunjin mengangguk dan beranjak dari tempat duduknya, sebelum ia benar-benar pargi dari sana ia sempat mengecup sekilas pucuk rambut Minju. Minju menghela nafas berat, ia mulai merebahkan dirinya di kasur dan mencoba tidur.

1 jam

2 jam

3 jam

(You can play music a recommended^^)

BOL4 - Hard To Love
00:00 •──────── 03.39

Minju mungkin teramat terbebani hingga tak bisa tidur sekarang. Bagaimana ia bisa tidur ketika saudaranya, terluka parah dan ia tak tau bagaimana keadaannya sekarang, ditambah ibunya Taeyeon, ia memikirkannya. Ini pasti adalah masa-masa tersulit yang pernah di hadapi Taeyeon.

Minju bangkit dari tidurnya, ia keluar kamar dan mengambil kopernya dan membawanya masuk kedalam kamar untuk ia geledah isinya. Baju-bajunya, buku-bukunya, dan satu yang membuatnya terdiam di tempat. Bunga mawar berwana kuning itu mengingatkannya pada nenek tua itu.

Minju mengambilnya, menatapnya sambil mengingat kata-kata nenek tua itu, "Dia pantas mendapatkannya gadis manis, laki-laki sombong yang menjadi kekasihmu itu memang pantas mendapat pelajaran hidup. Dan sekarang, apakah ia bahagia hidup bersamamu gadis cantik?"

"Boneka Teddy Bear-mu, apakah ia bahagia disana? Apakah ia berperilaku baik?"

Minju melebarkan matanya tak percaya, ia segera bangkit dan mencari jaketnya dan memakainya. Bunga mawar itu masih berada di genggamannya, dengan langkah tergesah-gesah Minju pergi dari apartemen itu.

Ini sudah hampir jam 10 malam, sudah jarang taksi yang lewat terpaksa Minju berjalan kaki menuju tempat tujuannya, jika saja sepedanya masih ada bersamanya mungkin ia akan naik sepeda saja.

Dijalanan yang dingin seperti ini, Minju berlari-lari sendirian. Ia sungguh tak takut, yang ia pikirkan adalah Nana. Nana-nya yang hilang dan Nana-nya yang telah dirusak oleh Jennie.

"Nana! Ku mohon kembali!" rapal Minju di setiap jalan yang ia lewati, pipinya sudah basah akibat air matanya. Ia sungguh merindukan Nana-nya.

Setelah, beberapa lama berlari-lari, akhirnya Minju sampai pada tempat yang ditujunya. Sungai Han. "Haaa .... ha .. ha," Minju ngos-ngosan, ia mencoba mengatur nafasnya.

"Nek! Nenek ada dimana!" Minju perteriak-teriak seperti orang gila, ia mencari nenek tua penjual bunga mawar itu. Karena Minju yakin, nenek tua itu adalah kunci dari semuanya.

"Kamu mencari ku gadis cantik?" dari arah belakang Minju di kaget kan dengan kehadiran nenek tua itu. Nenek tua itu tersenyum tulus padanya.

"Ke-kembalikan Nana-ku, Nek! Aku mohon!" Minju berlutut, ia menangis sambil memohon pada Nenek tua itu. dan yang dilakukan nenek tua itu hanya terus tersenyum dan sedikit meminggir menunjukkan seseorang dibelakangnya.

"Aku tau, kau akan melakukan ini. Jadi, ini dia Nana-mu!" Minju segera berdiri, Nana dihadapannya dan langsung saja memeluknya erat. Minju membalas pelukan itu, begitu erat hingga tak ingin berpisah.

"Na-nana ... hiks ... jangan ... jangan pergi lagi! Jangan pernah pergi lagi!" ucap Minju di sela-sela tangisnya. Nana juga menangis, laki-laki polos itu bahkan tidak tau kenapa tiba-tiba ia menghilang dan kemudian mincul di Sungai Han ini tadinya. Tapi, saat melihat Minju entah rasanya seperti sudah terpisah lama, sangat lama.

"Nana juga tidak ingin meninggalkan Minju!" ucap Nana yang melepaskan pelukan mereka dan lelaki itu menatap Minju penuh kasih sayang.

"Tapi maaf saja ya, nak! Hukumanmu sudah berakhir, sekarang yang harus kau pilih adalah pergi ke surga atau ke neraka," Nana dan Minju sontak meloleh pada nenek tua itu yang tak henti-hentinya tersenyum.

"Maksudnya?"

"Tapi, masih ada kehendak Tuhan yang lain. Mungkin saja, kau akan bangun dan hidup kembali," Nana dan Minju benar-benar bingung dengan kata-kata nenek itu, tapi perlahan tubuh Nana menghilang yang membuat Nana dan Minju panik.

"Apa? Apa yang terjadi?"

"Ku mohon jangan! Jangan pisahkan aku darinya!" teriak Minju pada nenek tua itu. Bukannya menjawab atau apa, nenek tua itu malah menyodorkan bunga mawar merah pada Minju dan Nana.

Minju tak menerimanya, ia sibuk menangis dan memeluk Nana erat meski ia tau tubuh Nana semakin menghilang. "Jangan! Ku mohon jangan pergi lagi Na!!!"

"Minju maaf, Nana sayang Minju!" ujar Nana yang terakhir kalinya sebelum menghilang. Yang Minju peluk kini hanya udara, Nana-nya telah pergi, dan hatinya semakin sakit. Yang bisa ia lakukan hanyalah menangis dan meneriaki nama Nana.

"Kenapa? Kenapa ini begitu tidak adil! Kenapa Kau ambil semuanya dariku? Bahkan Nana-ku juga?! Arghhhh!!!!!" Minju berteriak frustasi, ia menoleh ke samping dimana Nenek tua tadi berdiri tapi nenek tua tadipun sudah tidak ada, ia hanya meninggalkan mawar merah ditanah agak basah itu.

Mawar merah adalah tanda cinta, Minju memeluk mawar itu erat. Meski durinya menyakitinya, ia ingin tetap melindunginya dan ingin menjaga mawar itu seperti Nana-nya. Minju merasa pusing, penglihatannya memburam dan setelah itu gelap. Ia terjatuh pingsan.

***

Hey, Teddy Bear🐻 | Jaeminju [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang