18 - Back

598 99 17
                                    

“Keajaiban itu selalu ada jika kamu percaya!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Keajaiban itu selalu ada jika kamu percaya!”









Go Eun menatap tubuh anaknya yang kini tertutup kain putih sampai menutupi wajahnya, ia tak kuasa menahan tangis lagi. Meski tadinya ia bilang tak akan menangis keras, hatinya tak bisa berbohong dan matanya tak bisa menahan lebih banyak air mata yang hendak keluar.

Ia mendekat bersamaan dengan Kun dan Lami yang mendampingi, dengan tangan gemetar, Go Eun perlahan membuka kain penutup itu. Hatinya semakin sakit dan terasa di tusuk-tusuk oleh ribuan jarum. Ibu mana yang tahan ketika melihat wajah pucat anaknya sendiri?

“Jaemin! Jaemin! Bangun, nak! Ini eomma!!! Bangun nak! Eomma merindukanmu! Katakan kalau ini bohong! Kamu gak mungkin ninggalin eomma sama adikmu!!! Jaemin hiks ... hiks ... Jaemin!!!” Go Eun memeluk tubuh Jaemin yang sudah tak bernyawa itu, Kun hanya mengusap-usap lembut punggung wanita itu agar lebih tabah dan berharap itu dapat meringankan bebannya meski hanya sedikit saja.

Lami sendiri juga tak bisa menahan air matanya, gadis itu ikut memeluk Go Eun dan menumpahkan kesedihannya disana. Beberapa saat kemudian, para suster meminta izin untuk membawa mayat Jaemin untuk diletakkan di ruang mayat karena ruangan yang ditempati Jaemin sebelumnya ini akan ditempati oleh pasien lain. Go Eun mengangkat wajahnya dan menatap wajah pucat Jaemin, ia menangkupnya dan memandangnya penuh kasih sayang yang penuh dengan luka.

“Eomma harap kamu bahagia disana, nak!” lirih Go Eun. Tapi tiba-tiba saja mata Jaemin mengeluarkan air mata, Go Eun membulatkan matanya. Dan segera menoleh pada tangan Jaemin yang ternyata bergerak lemas.

Hatinya menghangat, anatar terkejut bercampur bahagia dan begitu bersyukur. “Suster! Dia bergerak! Jaemin-ku!!! Dia belum pergi!!!” teriak Go Eun, para suster itu terkejut dan segera memanggil Dokter Siwon.

Dokter Siwon segera datang dan memeriksa Jaemin, Go Eun, Kun, maupun Lami benar-benar berharap mereka akan mendapat kabar baik. Dokter Siwon selesai memeriksa Jaemin, dengan senyum melekah dibibirnya ia berujar, “Sebuah keajaiban telah mengembalikan Jaemin kepada kita,”

Yang ada disana bernafas lega, mereka benar-benar bersyukur karena Tuhan masih mengizinkan Jaemin tinggal bersama mereka lebih lama lagi. “Dia mulai sadar, kalian bisa menemuinya tapi hanya 1-2 orang harus bergantian,” ujar Dokter Siwon yang kemudian berpamitan undur diri.

***

Minju membuka matanya perlahan, mendapati dirinya yang terbaring lemah diruangan bernuansa putih beraroma obat-obatan, Minju langsung tau ia dimana sekarang. Dengan rasa sakit yang memenuhi sekujur tubuhnya, Minju bangkit dari tidurnya dan duduk dengan lemas.

“Minju, kamu sudah bangun?” Minju menoleh pada Hyunjin yang tadinya tertidur mengenggam tengannya erat dan sekarang terbangun dengan tegak. Lelaki itu tampak khawatir padanya.

“Kenapa aku bisa disini?” tanya Minju lemah sambil memegangi kepalanya yang pusing. Hyunjin mengambil bantal yang tersedia di ruangan itu sebagai pengajal punggung Minju.

“Sudah 2 hari kamu tidak sadarkan diri, kamu pingsan di dekat Sungai Han, aku sangat khawatir. Kenapa kamu pergi kesana sendirian? Sudahku bilang jika membutuhkan sesuatu telfon aku!” Hyunjin merapikan poni Minju yang menghalaginya melihat wajah cantik gadisnya itu.

“Maaf,” Hyunjin menggeleng lemah.

“Tak apa, lain kali jangan diulangi lagi! Jangan membuatku merasa ingin mati!” Minju terdiam, ia menatap Hyunjin dengan senyum lemahnya.

“Mau sarapan?” tawar Hyunjin, Minju mengangguk lemah. Hyunjin mulai mengambilkan sarapan yang dibuat oleh pihak rumah sakit. Hyunjin menyuapi Minju dengan telaten, mereka selesai setelah beberapa menit karena Minju merasa sudah kenyang.

“Mau jalan-jalan diluar?”

“Ayo, aku juga bosan dikamar terus. Hehe,” Hyunjin mengambilkan kursi roda untuk Minju, ia menangkat tubuh Minju membantunya duduk di kursi roda itu. Mereka keliling taman rumah sakit.

“Bagaimana perasaanmu?”

“Lebih baik, bunga-bunga sangat indah dan udaranya segar. Aku jadi ingin membaca buku disini,” Minju tersenyum kikuk, Hyunjin menangguk mengerti.

“Sebenarnya aku membawa buku bacaan tadi, tapi masih ada dikamar. Biar ku ambil kan dulu, kamu tunggu sini yaa!” Hyunjin menepikan kursi roda yang di duduki Minju mendekat pada bangku taman. Minju tersenyum tulus dan menangguk saja ketika Hyunjin pamit untuk mengambil buku.

Minju mengamati sekitar, banyak juga yang jalan-jalan ditaman rumah sakit ini.

“Ya! Ku dengar ada yang sadar dari koma padahal sudah 6 bulan koma dan tak bangun-bangun!”

“Eiy itu sudah biasa, ada saja yang koma selama 10 tahun dan bisa bangun lagi!”

“Jinjja? Tapi ini benar-benar keajaiban, ia dinyatan meinggal dan saat hendak dibawa ke kamar mayat ia hidup kembali. Sunggu keajaiban bukan?”

“Hm iyaa kurasa, tapi ngomong-ngomong dia katanya masih muda.”

Minju mendengar itu samar-samar dari obrolan dua orang suster, entah mengapa percakapan itu begitu menarik. Bukannya Minju suka menguping, hanya saja kali ini seperti ada sesuatu yang berbeda. Minju memandang bunga taman dihadapannya.

“Oh iya bunganya!” celetuk Minju mengingat bunga mawar pemberian nenek tua waktu itu. Hyunjin kembali dengan membawa beberapa buku ditangannya.

“Maaf sedikit lama!”

“Hyunjin! Kau tau dimana bunga mawar itu?” Hyunjin mengkerutkan dahinya bingung, “Hm ... mawar merah?” tanya Hyunjin dan dibalas anggukan antusias Minju.

“Ku simpan dilaci nakas,” Minju bernafas lega, ia pikir bunga itu akan hilang atau dibuang. Bukannya bagaimana atau apa, hanya saja Minju merasa itu adalah tinggalan terakhir milik Nana yang tersisa. Hanya bunga mawar merah itu yang akan selalu meingingatkannya tentang Nana-nya.

Hey, Teddy Bear🐻 | Jaeminju [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang