"Oh, jadi gini rasanya dinyinyirin tetangga? Fucek lah."
-Sanadia Maharani-
⊹ ────── •°⋆°• ────── ⊹
Gadis cantik itu sedang asyik memainkan ponselnya sambil merebahkan diri di atas sofa ruang tamu. Membalasi chat dari pacar, tentunya.
Yaiyalah udah punya gandengan, nggak kayak kalian yang masih pada ngejomblo.
Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi, bersamaan dengan suara panggilan dari luar rumah.
"Permisi, paket!"
Sana beranjak dari sofa sambil memakai sarung tangannya, kemudian segera membuka pintu.
Dengan cepat ia mengambil paket itu dari tangan si kurir dan buru-buru menutup pintunya, lalu kembali berbaring lagi.
Setelah beberapa menit, ia baru menyadari sesuatu.
'Perasaan paket gue udah sampe deh kemaren.'
"Ibuuu," panggil Sana dengan suara cempreng.
Karena tak ada jawaban, ia mendatangi ibunya yang berada di dapur sambil membawa paket yang tadi diterimanya.
"Ibu pesen paket nggak?" tanyanya.
"Enggak tuh," sanggah Dewi, ibunya Sana. "Kamu kali, biasanya kamu yang suka belanja online, kan?"
Sana mencari nama penerima di paket yang ia pegang. Setelah ketemu, ia membacanya sembari mengeryit.
"Disini tulisannya Indah," ucap Sana.
"Oh, Si Indah." Dewi memutar bola matanya malas. Kemudian melanjutkan acara masak-masaknya yang tertunda.
"Lah, Indah siapa?" tanyanya keheranan.
"Itu loh tetangga sebelah kanan," jelas Dewi.
"Yaudah, Sana taro sini aja ya paketnya? Nanti Ibu yang nganterin."
"Eh, kamu aja deh yang ngasih. Ibu males ketemu Si Indah."
"Ih, kok gitu?"
"Siapa yang nerima paketnya? Kamu, kan?" Dewi tersenyum manis pada anaknya, "makannya liat-liat dulu sebelum diambil, Sayang."
"Sana kan takut kena Corona, Bu." Gadis itu merengek manja pada ibunya.
"Hadeuh, cepet kamu anterin paketnya. Abis itu kita makan."
"Iya-iya," ucap si anak dengan malas.
Dan di sinilah Sana berada, di depan pintu rumah tetangganya. Lengkap dengan masker dan sarung tangan.
Akhirnya ia keluar rumah juga, setelah terhitung hampir 3 bulan ia tidak melihat matahari.
Dengan percaya diri, ia mengetuk pintu rumah itu. Meskipun, ia belum sempat cuci muka sama sekali atau mengganti baju crop top putih dan celana pendek yang ia kenakan.
+++
"Jun, bukain dulu pintunya! Mama lagi cuci piring nih, tanggung."
Suara nyaring itu membuat Juniarka mendengus kasar. Ia meninggalkan kucing-kucing kesayangannya untuk sekedar membukakan pintu.
"Iy─" ucapan lelaki itu terhenti karena kaget melihat wanita di depannya.
"Ini paketnya tadi salah alamat," ujar si perempuan memberitahu, kemudian membuka maskernya karena gerah.
Jun mencoba tetap stay cool dengan berdehem.
"Iya makasih ya," ucap Jun sambil tersenyum.
"Ada apa ini?" Indah menghampiri mereka berdua sambil mengelap tangannya yang basah ke pakaiannya sendiri.
"Ini Ma, paketan." kata lelaki itu menyodorkan kotak kardus pada ibunya.
"Oh, iya-iya. Eh?" Indah tiba-tiba menatap intens gadis yang berdiri di depan pintu, dari atas ke bawah.
"Tinggal dimana kamu?" tanya Indah.
"Itu Bu di sebelah," kata Sana mencoba ramah dengan menampilkan senyum manis. Namun sayangnya tak terbalas.
"Oh, anaknya Dewi? Pantes." Wanita itu mendadak judes dan melirik Sana seperti melirik sesuatu yang jijik.
Senyum Sana luntur.
'Si Ibu musuhan sama Ibu ini gitu ya?'
Pertanyaan itu muncul begitu saja di benaknya.
"Belum mandi ya?" suara wanita itu membuyarkan lamunan Sana.
"Eh?" refleks, Sana menyentuh rambutnya yang acak-acakan.
Belum sempat Sana menjawab, wanita di hadapannya kembali mengajukan pertanyaan yang membuatnya kesal.
"Itu kenapa rambutnya pake diwarnain oren begitu?" tanyanya dengan memicingkan mata.
"Kan lagi libur Bu, ya gapapa dong." Sana mencoba tersenyum lagi padanya, walaupun di dalam hatinya sudah penuh dengan hujatan dan makian untuk orang itu.
"Ckck, mana bajunya nggak sopan lagi." Dengan sinisnya, Indah lagi-lagi mengomentari anak tetangga di depannya, sebelum matanya tertuju pada anaknya sendiri.
"Jun! Ngapain kamu masih ngeliatin dia?!"
"Ampun Maaa!!!" Jun segera berlari ke kamarnya sebelum terkena amukan sang ibu.
"Yaudah Bu, saya juga ikut permisi ya? Dadah!" Sana melambaikan tangannya pada Indah, tak lupa memberikan flying kiss.
Sana berjalan ke rumahnya dengan menghentak-hentakkan kakinya, kesal setengah mampus.
+++
"Bu, Ibu ada masalah apa sih sama tetangga sebelah?" tanya Sana sesampainya di rumah.
"Emang kenapa San?"
"Masa tadi Sana dikata-katain," adunya sambil memajukan bibir bawah.
"Sama Si Indah? apa katanya?"
"Sana diejek belum mandi."
"Wah, bener-bener ya Si Indah ngajak ribut." Suara Dewi menggebu-gebu.
"Terus katanya baju Sana nggak sopan."
"Kagak ngerti fashion itu ibu-ibu."
"Rambut Sana juga dikomen," ia kembali merengek.
Dewi menangkup pipi anaknya sambil berkata, "udahlah jangan terlalu didenger, ibu-ibu emang suka rese."
"Lah kan Ibu juga ibu-ibu, Bu."
Sana akhirnya menangis setelah menyelesaikan kalimatnya sendiri.
🏠Cecan Rumah Sebelah🏠
KAMU SEDANG MEMBACA
Cecan Rumah Sebelah
FanfictionBerawal dari disuruh nganterin paket yang salah alamat, Sanadia berakhir menjadi bahan nyinyiran ibu tetangga di sebelah rumahnya. "Belum mandi ya?" "Itu kenapa rambutnya pake diwarnain oren begitu?" "Ckck, mana bajunya nggak sopan lagi." "Jun! Ngap...