7. Juniarka Si Penyelamat

44 12 2
                                    

"Gue ingin jadi orang yang pertama kali lo ingat disaat lo butuh bantuan."

-Juniarka Wahyudi-

⊹ ────── •°⋆°• ────── ⊹


"Mau kemana kamu, San? Malem-malem gini," tanya ibu Sana saat melihat anaknya berpakaian rapi menuruni tangga.

"Mau ke Alfamart, Bu. Mau nitip gak?" tawar Sana sambil menggulung lengan kemejanya yang oversized.

"Nitip itu dong, pewarna rambut." Ucapan itu membuat Sana menatap ibunya heran.

"Ibu liat di Instagram lucu banget rambutnya diwarna-warna gitu," lanjut ibunya Sana.

"Ibu mau warna apa?" tanya Sana. Kemudian Dewi menyodorkan foto di ponselnya. Sana mengangguk dan mengacungkan jempol. No comment.



+++



Singkat cerita, Sana sudah selesai berbelanja. Padahal cuma beli cemilan sama pewarna rambut titipan ibunya, tapi lamanya sampe sejam.

Perempuan itu segera menaiki motornya, dan memutar kunci. Saat belum jauh dari Alfamart tadi, tiba-tiba motor matic yang ia kendarai mendadak berhenti.

Ia mencoba menyalakan motornya lagi, namun tak bisa.

Sana menghembuskan napas kasar, menyadari bahwa motornya habis bensin.

Tentu saja Sana si anak manja itu panik sekali. Jam sudah menunjukkan pukul 21.45 dan dirinya malah berada sendirian di pinggir jalan yang mulai sepi.

Ia segera mengambil ponselnya dari saku celana. Ia butuh bantuan.

Sana mencari satu nama yang menurutnya tepat, di kontak WhatsApp-nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Siapa lagi kalau bukan pacarnya.














Yang nggak tau kalau Sana punya pacar, pasti belum baca prolog.















Sanadia: p
Sanadia: p
Sanadia: bby
Sanadia: sayanggg
Sanadia: dimana?
Sanadia: kok nggak di read sih maniezzz
Sanadia: 😫😫😫
Sanadia: 😭😭😭
Sanadia: :*
Sanadia: eh salah emot, harusnya :(
Sanadia: udah tidur ya?

Sana jadi lebih panik saat chat darinya tak kunjung dibaca.














'Masa sih Sana harus dorong motor sampe rumah? mana jauh lagi, pom bensin juga jauh. Jalan komplek kan sepi, terus Sana harus lewatin rumah kosong yang kemaren gitu? Ngeri brou.'

Sana bermonolog dalam hati.
















Ia terus melirik ponselnya yang tak kunjung memunculkan notifikasi. Sana memeluk dirinya sendiri yang kedinginan karena angin malam yang terus berhembus.

Wajarlah, dia hanya pakai kemeja tipis plus celana jeans pendek andalannya.

Jatung Sana seakan berhenti berdegup saat menyadari bahwa dirinya tengah ditatap oleh beberapa pria di sebrang jalan yang tengah berkumpul di sebuah warung kecil.

Dengan gelagapan, Sana segera menekan icon telepon yang ada di layar ponselnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Halo." Terdengar suara khas bangun tidur dari sambungan telepon.

"Emm udah tidur ya? Maap Sana ganggu." Suara perempuan itu agak bergetar karena takut.

"Hem, kenapa San? Kangen?"

"Jun tolong jemput Sana," katanya hampir menangis. "Motor Sana abis bensin," lanjutnya.

"Hah?! Lo sekarang dimana?" tanya Jun terdengar panik.

"Di depan toko kue deket Alfa─"

"Gue otw."

Tuttt tuttt tuttt.

Sambungan terputus, Sana kembali merasa takut. Pasalnya, sekumpulan pria di sebrang jalan itu mulai memanggil-manggil dan bersiul, bahkan salah seorang dari mereka dengan genit melambaikan tangan pada Sana. Gadis itu tak nyaman.




"Sini Neng, join!"
"Daripada di situ sendirian, mending di sini Neng!"
"Atau mau saya samperin ke sana?"

Sana mencoba mengabaikan suara-suara itu dan menyibukkan diri dengan ponselnya.




Sanadia: Bu

DewiCans: Iyaaa
DewiCans: Sana...kok kamu belum pulang???

Sanadia: BU GAWAT BU

DewiCans: KENAPA SAN???

Sanadia: TEMENIN SANA CHATAN

DewiCans: MATIIN CAPSNYA SAN,,,,IBU BERASA DITERIAKIN NIH...




Sana kembali melirik sekumpulan pria itu, ia merinding ketika salah satu dari mereka terlihat akan menyebrangi jalan sambil mesem-mesem.

Demi Spongebob dan koleksi celana kotaknya, Sana panik banget sekarang!

Bukannya apa-apa, gimana kalau orang itu beneran mau nyamperin Sana?

Keringat dingin bercucuran di pelipis Sana saat kendaraan mulai jarang.

Sana melihat pria urakan itu sudah selangkah untuk menyebrangi jalan, sebelum pandangan Sana terhalangi. Bukan oleh air mata.




















Tapi seseorang yang memberhentikan motor tepat di depannya.

'JUNNN!!!'

Rasanya Sana ingin berteriak.























Jun segera membuka helm-nya dan turun dari motor, kemudian menenteng dua botol plastik sedang berisi bensin. Bersamaan dengan pria tadi yang kembali ke perkumpulannya.

Dengan gesit, Jun mengisi bahan bakar motor Sana. Setelah selesai ia membuang botol-botol tadi ke tempat sampah, kemudian menatap Sana yang masih mematung di tempatnya.

"Kenapa lo?" tanya Jun sambil memperhatikan wajah Sana yang terlihat pucat.

"Makasih Jun, Sana takut banget tadi," katanya dengan mata berkaca-kaca hampir menangis.

"Eh jangan nangis dong San. Lu mah kalau sama gue nangis mulu ya," kata Jun.

"Abisnya tadi orang-orang itu ngeliatin Sana mulu, serem." Sana merengek manja.

"Yaiyalah, orang paha lo kemana-mana gini."

Jun melepas jaket di tubuhnya, kemudian memakaikan jaket abu-abu itu di pinggang Sana.

"Besok-besok pake training aja udah," ledek Jun.

"Jaketnya anget, Jun abis digoreng ya?" tanyanya polos.

"Iya," jawab Jun asal. Mendengar itu Sana jadi terkekeh, kemudian mengikuti lelaki itu menaiki motor.

"Cepet jalan, udah setengah sebelas nih. Lo mau jadi jamet?"

"Heh! Sembarangan!" Teriak Sana tak terima.

Jun terkekeh, kembali meledek. "Kalo diliat-liat, rambut oren lo udah memenuhi kriteria buat jadi jamet."

"Apa lo bilang?!"

"Bercanda San, buset dah galak bener."

"Anaknya Bu Indah emang paling rese," ucap Sana sebelum tancap gas meninggalkan Jun.












"Anaknya Bu Dewi emang paling langka."















🏠Cecan Rumah Sebelah🏠

Cecan Rumah SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang