6. Perkara Sayuran

40 12 3
                                    

"Kalo ibu kita udah akur, ingetin gue buat ngadain giveaway."

-Sanadia Maharani-

⊹ ────── •°⋆°• ────── ⊹



Pagi yang cerah di Komplek Semut Ceria. Suasananya damai. Ya setidaknya sebelum muncul tukang sayur di depan rumah Jun dan Sana.

"Yurrr...sayurrr!!!"

"MANG BELI MANG!"
"PAK BELI PAK!" Teriak Indah dan Dewi hampir bersamaan.

Si tukang sayur pun berhenti, kemudian dihampiri dua ibu-ibu yang tidak lain dan tidak bukan adalah ibunya Jun dan Sana.

"Mang, saya mau ayam ya," kata Indah, mamanya Jun. "Potongin sekalian," tambahnya.

"Pak, bayamnya ada?" tanya Dewi, ibunya Sana.

"Ada Bu, banyak tuh seger-seger." Kang sayur nunjuk-nunjuk bayam di gerobaknya.

"Saya mau dua iket ya, Pak." Dewi mengacungkan selembar uang berwarna hijau.












"Katanya orang kaya, tapi makannya kok bayem aja," sindir Indah.

"Bayam itu sehat Bu Indah, ayam bikin gendut." Dewi balas menyindir.















Ibunya Sana sama Jun itu seumuran, baru 35-an.

Dewi, ibunya Sana itu gaul. Followers IG masih naik terus, ibu hits jaman now deh pokoknya.

Indah, mamanya Jun itu lebih ke ibu-ibu pada umumnya. Lebih fokus ngurusin kedua putranya. Lebih galak dari ibunya Sana.


















"Saya gendut bukan karena makan ayam ya Bu Dewi, saya bahagia." Ibunya Jun mendelik.

"Oh gitu, padahal udah gapunya suami ya?" tanya ibu Sana sambil tersenyum manis, antara pura-pura bego sama menyindir secara halus.

"Daripada situ, suaminya nggak pulang-pulang!" Tuhkan, bu Indah mulai emosi.

"Heh! Nggak sopan ya kamu?!" Bu Dewi ikut berteriak.

"KAMU DULUAN YANG MULAI YA DEWI!"

"HEH! SAYA CUMAN NANYA KALI!"

"PERTANYAAN KAMU NGGAK BERMUTU!"

"BIASA AJA KALI JAWABNYA! ORANG SAYA TANYA BAIK-BAIK!"



















"Bu, ini bayemnya jadi nggak?" tanya si tukang sayur kebingungan.



















"Noh ambil, baru ngerasain jadi orang kaya aja udah belagu," kata bu Indah dengan sewot.

Tanpa babibu, tangan bu Dewi mencengkram kuat rambut bu Indah.

Dan terjadilah jambak-jambakan antar ibu-ibu komplek.

Keduanya saling menarik rambut lawan dengan beringas, sambil mengeluarkan sumpah serapah.

















"ADUHH LEPASIN DEWI!"

"BODOAMATTT!"

"DASAR CEWEK GILAAAA!"

Adegan yang tak patut dicontoh.


















Kasian tukang sayurnya, cuma bisa cengo. Mau misahin takut, mau pergi gitu aja juga nggak enak.

Untungnya salah satu anak mereka segera datang.

.
.
.
.
.
.
.

"Ma, udah-udah!" lelaki itu menarik lengan ibunya untuk menjauh dari wanita di depannya.

Kedua wanita itu membenarkan rambut dan baju mereka yang berantakan abis ditarik-tarik.

Jun menatap keduanya heran. Kemudian ibunya masuk ke rumah dengan kesal, diikuti ibunya Sana.

"Bu, bayemnya nggak jadi ini teh?"

"NGGAK!"

+++

Juniarka: San
Juniarka: tadi pagi liat ga?
Juniarka: nyokap kita jambak-jambakan

Sanadia: WAH?!
Sanadia: MASA?!

Juniaka: caps jebol😑

Sanadia: gimana ceritanya????

Juniarka: gua liatnya pas mereka udah jambak-jambakan aja
Juniarka: gua pisahin deh

Sanadia: ih berantemnya kaya Sana di sekolah, main jambak

Juniarka: 😑

Sanadia: 😅
Sanadia: dimana berantemnya?

Juniarka: depan rumah lo
Juniarka: kayanya pas beli sayur, soalnya di tkp ada kang sayur

Sanadia: Oh karena ituuuu
Sanadia: pantesan

Juniarka: ???

Sanadia: ibu nggak masak hari ini
Sanadia: Sana belum makan huhuhu😭

Juniarka: sama deh wkwkwk
Juniarka: gue mau beli baso, nitip ga?

Sanadia: mau, pedesnya dikit aja

Juniarka: sip

+++


Karena ibu-ibu nggak masak hari ini, anak-anaknya jadi ngebakso di balkon rumah Sana.

"Kenapa sih ibu kita kemusuhan?"

"Mana gue tau," jawab Jun singkat, kemudian kembali menyuapkan bakso ke mulutnya.

"Masa nggak tau sama sekali sih?" tanya Sana memastikan.

"Beneran," Jun menyeruput air minum dari botol yang ia bawa. "Setau gue, pas keluarga lo baru pindahan ke sini, kan ortu lo dateng tuh ke rumah gue buat sekedar kenalan sama tetangga, dari situ mereka berdua udah keliatan nggak akur."

Sana manggut-manggut sambil terus mengunyah bakso. "Oh gitu."

"Pedes nggak?" tanya Jun tiba-tiba.

"Nggak, pas." Sana mengacungkan jari jempolnya.

"Siapa dulu dong yang bumbuin?" Jun tersenyum bangga.

"Jun yang bumbuin?" tanya Sana tak percaya.

"Bukan, si masnya lah," jawabnya kemudian tertawa.

Tahan Sana untuk tidak membalikkan mangkok bakso di atas kepala Jun.















🏠Cecan Rumah Sebelah🏠

Cecan Rumah SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang