21. Malah Debat

38 7 4
                                    

"Semua orang punya masalahnya masing-masing. Berbagi cerita pada orang lain, bukanlah ide yang bagus. Karena pada akhirnya, hanya kamulah satu-satunya orang yang dapat menyelesaikan masalahmu sendiri."

-Sanadia Maharani-

⊹ ────── •°⋆°• ────── ⊹























Sana takut membuka matanya di pagi hari ini, ia tak siap kalau harus menerima pesan dari si peneror lagi.

Dan benar sekali, dugaanya.














🔪: aku udah siapin hadiah lagi buat kamu
🔪: tempatnya masih sama ya
🔪: buka ya, jangan kayak kemarin nggak dibuka
🔪: btw ini hari terakhir, kamu harus putusin Wisnu hari ini.














Sana melempar ponselnya, ia ketakutan dan mulai menangis tanpa suara. Siapa sebenarnya dalang dibalik teror tak jelas ini?

Sana frustasi, ia bingung harus bagaimana. Inginnya sih, dia tak usah menghiraukan pesan sampah itu. Namun, hadiah-hadiah mengerikan yang ia terima setiap hari itu membuatnya terus berpikiran negatif.

Tak mungkin kalau cuma iseng.

Lagipula si peneror bisa-bisanya mengetahui namanya dan pacarnya, Wisnu.

Gadis itu bingung karena tak dapat bercerita pada siapa pun selama 5 hari kebelakang. Semuanya terjadi secara tiba-tiba disaat suasananya tidak tepat.

Sana lagi marahan sama Ibunya, Ayahnya sibuk bekerja dari rumah, Juniarka mendadak galak, Moreen gak akan paham sampe taun onta, dan Wisnu lagi sakit. Jadi, pada siapa Sana harus bercerita?


















Mulut Sana menganga, kaget saat mendapat notifikasi baru.



















Wisnu: hari ini aku jemput ya

Sanadia: KAMU UDAH SEMBUH?

Wisnu: udah
Wisnu: cepet mandi sana

Sanadia: SIAP MELUNCURRR

Wisnu: 🤣








+++







Sana dan Wisnu sudah berada di sebuah cafe. Mereka juga sudah memesan minuman. Tapi mereka berdua belum mengobrol sama sekali. Sana bingung mau cerita dari mana.

"Nu,"

"Tangan kamu kenapa?" Sana menyentuh buku jari Wisnu.

Wisnu refleks menarik tangannya dan segera mencari alibi, "oh, itu aku nggak sengaja kena setrikaan tadi pagi. Jadinya merah."

Sana mengangguk sambil menatap pacarnya kasihan, "makannya hati-hati dong."

Wisnu berusaha menghilangkan kecanggungan dengan menyeruput kopi latte di depannya.

Sana memicingkan matanya saat melihat sudut bibir lelaki itu yang terdapat bekas luka. Awalnya Sana tidak menyadari itu karena Wisnu memakai masker sejak tadi.






















"Nu, kamu kayak Jun ih. Babak belur gitu."





















"Uhuk uhuukkk." Wisnu terbatuk, tapi masih ganteng.
























Cecan Rumah SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang