Satu

6K 390 43
                                    


Ini adalah dunia, dimana laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kemampuan untuk mengandung dan melahirkan.

Pembagian gender di dunia ini dibedakan menjadi lima bagian. Pria dan wanita sebagai gender utama. Lalu ada Alpha, omega dan beta sebagai gender ke dua.

Masing-masing orang pasti memiliki dua gender. Dan yang berada di puncak hirarki dalam sistem ini diduduki oleh alpa sebagai sang dominan, kemudian diikuti dengan omega, sementara urutan paling bawah ditempati oleh pria yang memiliki gender ke dua sebagai beta.

Alasannya tentu saja, karena sebagai pria yang juga beta, maka tidak ada kemungkinan bagi orang ini untuk memiliki keturunan ataupun memiliki pasangan sejati seperti alpha dan omega.

Dia tidak bisa menghamili wanita, ataupun dihamili oleh pria.

Di dunia yang memiliki hukum seperti di rimba ini, beta adalah komunitas paling menyedihkan dan kerap disisihkan.

Dan ini adalah kisah Sean, seorang pria beta yang tampan.

Pada suatu hari di kafe.

Sean menarik nafas dalam-dalam sambil menatap air hujan yang jatuh di luar. Membasahi tanah, menguarkan patrichor yang menenangkan. Ia selalu suka dengan aroma khas tanah kering yang dibasahi titik-titik air dari langit itu, aroma yang mampu memberinya rasa tenang dan damai, apalagi jika ditemani dengan segelas mochalatte kesayangannya serta alunan merdu musik klasik yang diputar di pengeras suara.

Tapi tidak untuk saat ini. Dimana beberapa jam lalu, ia baru saja datang menghadiri acara pertunangan dengan dirinya sebagai mempelai. Acara yang sebenarnya hanya tinggal pengesahan, karena adegan tukar cincin dan segala embel-embelnya sudah dilakukan sebulan yang lalu, tanpa memberitahu dirinya sama sekali.

Saat itu dia diwakilkan!

Sean masih ingat betapa murka dirinya, ketika para orang dewasa itu memberi tahu bahwa mereka sudah menemukan jodoh yang tepat untuknya, seorang alpha dari keluarga terpandang. Para orang tua itu beralasan, jika ini adalah kesempatan yang langka bagi beta seperti Sean mendapat lamaran dari alpha kualitas premium.

Jadi, mereka mengambil keputusan penting tanpa merasa perlu meminta pendapatnya, sang tokoh utama dalam rencana.

Dan bagian terburuknya, dia tidak bisa membantah. Terlebih lagi, hanya dirinya satu-satunya yang keberatan. Si alpha premium yang akan menjadi pasangannya sudah setuju.

Jadi di sinilah ia sekarang. Masih memakai tuxedo putih, karena langsung menyelinap begitu acara inti pertunangan selesai. Dan memilih duduk sendiri di kafe, mematung seperti orang bodoh memandangi hujan.

Ia berulang kali menghela nafas gusar setiap tatapannya jatuh pada benda putih mengkilap yang kini melingkar di jari manisnya. Tanda kepemilikan. Sekaligus tanda bahwa ia telah kalah dengan perjodohan kolot yang diatur oleh keluarganya.

***

Hari minggu, liburan Sean yang tenang buyar berantakan karena teriakan gaduh sang ibu yang menggedor pintu kamarnya, seperti debt collector yang hendak menagih hutang pada konsumen yang kabur.

"Xiao Sean! Kau pikir jam berapa itu, ayo cepat bangun!" Seruan disertai gebrakan yang hampir menjebol pintu, membuat Sean mau tak mau beranjak.

Penampilannya berantakan khas orang bangun tidur, rambutnya mencuat ke segala arah, di pipinya ada garis halus bekas bantal yang terlalu lama ia tindih." Ibu, ini baru jam tujuh. Ada apa?" Tanya Sean dengan suara serak, matanya menyipit tampak enggan terbuka.

"Oh, astaga anak ini." Decak sang ibu sembari memberi tatapan penuh protes melihat rupa si anak semata wayang yang jauh dari kata rapi. "Tunanganmu menunggu di bawah. Cepat bersiap."

RINAI( Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang