Sebelas

2.6K 359 88
                                    

Waktu baru menunjukkan pukul tiga dini hari, tapi bandara udara Beijing sudah dipenuhi oleh lautan manusia yang berjejalan siap terbang ke berbagai belahan dunia, Sean termasuk di antara mereka, dia berdiri diam tak berkedip memandang papan pengumuman yang menampilkan jadwal penerbangan, tidak jauh di sisinya, ada Ayahnya yang sibuk menerima telepon entah dari siapa, juga ada Ibunya yang tak henti memberi nasihat panjang agar Sean bisa hidup baik dan benar di luar negeri nanti.

Maklum saja, meski jenis kelamin keduanya sebagai beta dianggap cacat yang mencoreng dan mengecewakan keluarga, tapi Sean tetap hidup dalam limpahan kemewahan dan kenyamanan. Barisan pelayan setia berkeliaran disekitarnya untuk melayani segala kebutuhannya.

Dan ini adalah kali pertama sang tuan muda memutuskan meninggalkan rumah dalam waktu lama, membuat orang tuanya khawatir.

"Kau pucat sekali, apakah tadi kau beristirahat dengan benar?" Tanya Nyonya Xiao sambil meraba dahi Sean yang dilapisi lapisan tipis keringat dingin.

Sean menggeleng, sudah dua malam sejak Yibo pergi dia hampir tidak bisa memicingkan mata. Tapi tentu saja, Sean tidak mungkin mengatakan hal ini pada Ibunya, jadi alih-alih menjawab Sean mulai menulikan pendengaran. Dia menyilangkan lengannya di dada, memasang pose defensif sambil mengencangkan mantel tebal yang ia gunakan untuk menghalau dingin menusuk, yang membuatnya menggigil.

Mengabaikan gesture sang anak yang tampak enggan diinterogasi, Nyonya Xiao kembali bertanya, "Apa saja yang kau lakukan hingga melewatkan waktu istirahatmu?" Bukan apa-apa, tapi sebagai Ibu, Nyonya Xiao tau anaknya ini sangat disiplin dengan semua jadwal yang sudah ia tetapkan sendiri, baik untuk tidur, atau sekedar untuk bersantai di kafe dia selalu memiliki jadwal tetap.

Jadi sudah pasti, mendapati raut kusut Sean dengan dua lingkaran hitam tebal di bawah mata karena kurang tidur Nyonya Xiao merasa bahwa sesuatu yang luar biasa pasti telah terjadi. Namun, belum sempat sang Nyonya mengorek lebih jauh, suara lembut elegan dari Nyonya Wang yang baru tiba bersama Yibo mengalihkan atensi mereka.

"Sean, bagaimana kabarmu?" Tanya Nyonya Wang sambil tersenyum manis.

"Aku baik-baik saja." Jawab Sean sambil berusaha menormalkan ekspresinya yang sebelumnya tampak kesakitan. Tak lupa dia melirik ke arah Yibo sekejap, alpha itu tampak sibuk dengan ponsel di genggamannya.

"Tapi, kau pucat sekali." Ujar Nyonya Wang, kekhawatiran terlihat jelas di raut wajahnya yang cantik, ia bahkan mengulurkan tangan untuk menggenggam jemari Sean yang sedingin es. Tapi, Sean segera menepis sopan dan kembali berkata, "Aku hanya sedikit kelelahan, dan gugup karena akan tinggal di tempat asing."

"Sayang sekali, Yibo tidak bisa menemani mu disana. Saat ini dia sedang disibukkan dengan ujian kelulusan."

Sean mengangguk, dia juga mengerti akan hal itu. Meski dalam benak dia yakin, walau saat ini Yibo sedang menganggur, alpha tampan ini pasti lebih memilih menghabiskan waktu dengan kekasihnya dari pada pergi ke negeri seberang hanya untuk menemani dirinya yang bukan siap-siapa.

Mereka terus berbincang, para orang tua bergiliran memberi Sean petuah. Sementara Yibo, dia seolah terasing dan diam-diam menatap lekat ke tubuh Sean yang berbalut mantel tebal seperti kepompong. Benaknya tiba-tiba menghangat, melihat senyum kecil yang terulas di bibir Sean yang pucat setiap mendengar ocehan panjang kedua Nyonya besar.

Hingga akhirnya waktu keberangkatanpun tiba, pengumuman untuk penumpang pesawat dengan tujuan Landon Inggris agar segera bersiap sudah diumumkan di pengeras suara. Sean beranjak untuk berpamitan sekaligus memeluk para orang tua itu satu persatu, hingga tiba di depan Yibo yang mematung Sean tampak ragu-ragu.

Sebelum kemudian beta cantik itu memutuskan mengulurkan jemarinya yang lentik untuk berjabat tangan, menurutnya ini adalah cara paling sopan serta menghindari suasana canggung kalau-kalau Yibo ternyata tidak suka dipeluk.

RINAI( Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang