Kesehatan Sean memburuk, mual muntah hingga pingsan sudah menjadi rutinitas harian yang ia jalani, apalagi sampai usia kandungannya memasuki bulan ke empat dia masih tidak bisa mengkonsumsi sesuatu yang normal. Untuk bertahan hidup kini ia hanya bergantung dari cairan infus yang senantiasa tergantung di samping tubuhnya yang tergolek tak berdaya di rumah sakit.
Kondisinya semakin lemah dari waktu ke waktu karena selain menolak segala jenis makanan dia juga menderita stres hingga insomnia parah. Bagaimana tidak, hanya dalam beberapa bulan semua rencana masa depan yang ia sudah susun rapih sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak kini hancur lebur berantakan.
Bayang-bayang gelapnya masa depan sekarang mulai menghantui, apalagi saat ini kuliahnya juga terbengkalai, jangankan untuk menghadiri kelas bahkan untuk sekedar pergi ke kamar mandi saja dia membutuhkan bantuan suster. Hal ini sudah jelas berdampak pada nilai-nilainya yang terancam gagal.
Untungnya, di saat seperti ini Sean tidak benar-benar sendiri, Wen Qing dokter yang merawat Sean di klinik kampus memperkenalkankannya pada sang kekasih, Cheng Xiao seorang omega cantik yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan.
Sepasang kekasih inilah yang merawat Sean dengan baik.
Setiap hari dokter berparas indah itu selalu datang menyambangi kamar rawat Sean untuk memeriksa kondisinya , seperti pagi ini Cheng Xiao datang saat Sean sudah bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang. Pria tampan yang kini tampak pucat dan kurus itu mematung tak berkedip, menatap taman yang tertata apik di luar kamar tempat ia dirawat.
Suara gemercik yang mengalir jatuh dari air mancur buatan membuainya, hingga ia tak sadar dengan langkah kaki yang mendekat.
"Selamat pagi, bagaimana kabarmu hari ini?" Sapaan hangat disertai sentuhan halus di kening dari dokter cantik berambut panjang itu akhirnya membuat Sean menoleh.
"Cukup baik ku rasa." Jawabnya sambil menyunggingkan senyum. Memang, jika dibanding dengan hari-hari sebelumnya, maka hari ini adalah kondisi terbaik Sean selama hampir dua bulan terakhir. Walau hanya bisa duduk bersandar tapi dia tidak terbangun dengan rasa mual yang mencekik seperti biasanya.
Cheng Xiao sang dokter mengangguk sambil menatap sejenak, lalu dia berkata dengan hati-hati. "Sean, meski ini sudah sangat terlambat tapi aku ingin kau memikirkannya sekali lagi. Kau tau, kan? Kondisimu berbeda, tubuhmu memerlukan pheromone dari ayah bayi ini untuk bisa bertahan. Jika tidak, maka akan sangat berbahaya bukan hanya padamu tapi juga bagi pertumbuhan bayi ini nanti, dia bisa terlahir cacat atau yang terburuk kau yang akan mati."
Sean mengerjap perlahan sebelum kemudian melengos, menghindari tatapan tajam dokter cantik di hadapannya yang tampak putus asa karena lagi-lagi pasien tampan yang keras kepala ini menolak bekerja sama.
"Tapi aku tidak ingin membunuhnya." Ujar Sean sambil membelai perutnya yang sedikit menggembung lucu. Seolah memberi perlindungan kepada mahluk kecil yang sedang berkembang di sana.
Cheng Xiao mengangguk setuju, "Tentu, kau tidak perlu menggugurkannya cukup beri tahu Alphamu bahwa kau sedang mengandung anaknya dan sangat membutuhkan pheromonenya."
Sean kembali melengos lalu dengan tegas dia berkata, "Itu juga tidak bisa, aku tidak memiliki hal seperti itu,"
"Lalu kalau begitu segera beri tahu orang tuamu. Karena jika terjadi sesuatu yang buruk kepadamu, maka segala dokumentasi harus ditandatangani dan disetujui oleh kerabat terdekat."
Sean mengangguk, meski dalam benak dia juga tidak berencana memberi tahu kedua orang tuanya dalam waktu dekat. Karena, sudah pasti Ayahnya yang sangat menjunjung tinggi nama baik keluarga itu akan murka jika mengetahui anak semata wayangnya hamil tanpa ada yang mau bertanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINAI( Rewrite)
FanfictionSean terbangun dengan sakit kepala hebat, akhir-akhir ini dia kesulitan untuk mendapatkan tidur nyenyak. Penyebabnya tak lain dan tak bukan karena penghuni baru yang begitu tidak tau diri yang sedang menumpang di apartemennya. Ya, sudah nyaris dua...