Sembilan

2.6K 330 58
                                    

Yibo tengah gundah, akhir-akhir ini ia merasa bahwa sebagai seorang Alpha dominan instingnya dalam mengenali omega mulai error. Pasalnya, tak satu dua kali, tubuhnya menunjukkan tanda-tanda ketertarikan berbahaya di sekitar Sean yang seorang beta. 

Seperti, kerongkongan yang tiba-tiba kering hanya karena melihat tengkuk putih kemerahan milik pria cantik itu, atau pilar surga yang tiba-tiba mengacung keras, di siang bolong terik karena melihat Sean  tengah mengulum stik es lilin. 

Ujung lidah merah muda yang  bergerak, melingkar pelan menjilat batang es  membuat pikiran Yibo berkelana. Ia membayangkan junior miliknya yang sedang dibelai dan dikulum seperti itu. 

Hal ini terus berlanjut hingga puncaknya, saat kejadian mati lampu beberapa waktu lalu. Yibo sang Alpha genit, membawa Sean ke kamar dengan dalih, itu adalah ruangan paling dekat dari tempat mereka berdiri, tentu saja niat awal Yibo hanya ingin sedikit mengisengi Sean, beta cantik yang memiliki kepribadian serius seperti seorang profesor tua. 

Tapi siapa sangka, justru sejak saat itu Alpha ini menjadi makin merana. Dia tidak tahu apa yang salah, tapi berada di dekat Sean membuat kontrol dirinya berantakan. Walaupun dosis obat yang ia tenggak setiap hari terus bertambah, namun semua itu akan sia sia saat dirinya berada di ruangan yang sama dengan Sean. 

Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya! 

Sebagai seseorang yang hanya menggemari   omega bertubuh sintal dengan dada bundar besar nyaris tumpah, Yibo tidak pernah membayangkan bahwa akan ada saat di mana dia menggelepar tak berdaya walau hanya sekedar mencium aroma Sean yang tertinggal di udara.

Sean! Bukan hanya seorang beta yang tak memiliki pheromone memabukkan seperti para omega, dia juga bahkan seorang laki-laki. Mari kita pertegas, Laki-laki! 

Menghadapi fakta aneh yang sulit diterima akal sehat ini, membuat Yibo kalut dan bingung. Ia kerap melarikan diri dan hanya akan kembali ke apartemen saat Sean sedang tidak ada, atau saat beta cantik itu sudah mengurung diri di kamar. 

Awalnya hal ini bekerja dengan baik, gejala tak masuk akal yang terjadi pada tubuhnya menjadi sedikit berkurang. Hingga hari naas itupun tiba. Hari ini! 

Sejak pagi, Yibo sudah merasa suhu tubuhnya melonjak naik, disertai dengan nafas berat yang makin intens seiring dengan desir gairah yang mulai merayap dalam setiap persendiannya. 

Walau bingung dengan periode Rut yang tiba-tiba datang ini, Yibo tak mampu berbuat apa-apa. Dia memaksakan diri untuk merayap bangun, meraba-raba laci nakas untuk mengambil obat yang biasa ia gunakan. 

Tapi sayangnya, karena akhir-akhir ini terlalu sering digunakan botol obat itu kini kosong melompong. Tak satu butirpun tersisa. Sementara, gairah yang menuntut pelepasan terus bergejolak. Membuat Yibo kesusahan bahkan hanya sekedar untuk mengangkat jari tangan. 

Dia mengerang gelisah, peluhnya bercucuran,pheromonenya menguar, sedangkan kewarasannya memudar. 

Yibo tidak tau berapa lama dia tersiksa, sampai tiba-tiba aroma manis tanah basah setelah hujan yang menenangkan menyerbu masuk, meredam kegilaannya. 

Sayup-sayup dia mendengar suara seseorang yang memanggilnya dengan panik. 

"Yibo, kau demam!" ucap orang itu setelah menempelkan tangan dinginnya ke pelipis Yibo yang beruap, panas dan basah karena keringat. 

Yibo menatap linglung, diantara sisa kesadarannya yang terombang ambing, dia bergumam dalam benak. "Yangzi, sejak kapan aroma tubuhmu jadi semanis ini?" 

Setelah itu semuanya gelap, hal terakhir yang Yibo ingat adalah dia menyentak lengan rapuh sosok itu, lalu menduduki pinggulnya yang ramping. 

Selain itu hal lain yang ia ingat hanya percintaan panas paling memuaskan, yang pernah ia rasa sepanjang hidupnya. 

RINAI( Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang