Setelah tidur seperti orang mati selama nyaris empat puluh delapan jam, Yibo akhirnya terjaga dengan rasa haus yang mencekik tenggorokan. Dia menggeliat sejenak, lalu memindai keadaan kamarnya yang gelap gulita, dengan aroma seksi hasil percintaan yang masih tertinggal di mana-mana.
Alhpa tampan itu meraba ke samping dan mendapati sisi ranjang yang dingin, seolah seks gila penuh gairah sebelumnya hanyalah hasil rekayasa otaknya yang 'sakit'.
Dia menghela nafas lalu bangun, berjalan gontai menuju dapur dengan rambut berantakan mencuat ke segala arah. Seperti biasa, dada bidangnya yang kini tertutupi bekas gigitan serta cakaran di segala sisi, dibiarkan terbuka. Hanya celana santai abu-abu longgar yang melingkar di pinggang, menutupi kakinya yang panjang dan kokoh.
Selain haus, Yibo juga lapar, perutnya sudah melilit pedih jadi dia berniat membuat hidangan sederhana sebelum kembali tidur, karena mengingat ini sudah larut malam, dia tidak berani meminta bantuan Sean seperti yang biasa dia lakukan. Lagi pula, hubungan mereka sedang canggung. Lebih baik untuk jangan dulu bertemu.
Tapi tak seperti yang ia duga, di dapur sosok tinggi ramping berbalut long sleeve hitam yang tampak kontras dengan kulit putihnya itu sedang sibuk mengaduk coklat panas dalam mug beruang gemuk kesayangan miliknya.
Yibo ingin berbalik menghindar, namun Sean sudah lebih dulu menoleh walau kemudian akhirnya kembali melengos tak perduli, membuat Yibo mengurungkan niat dan mau tak mau berjalan mendekat, membuka kulkas untuk mengambil air.
"Belum tidur?" Tanya Yibo berbasa basi.
"Hm." Gumam Sean, dia tampak sangat enggan membuka suara.
Yibo melirik sejenak, seingatnya ini adalah jarak terdekat mereka sejak kejadian mati lampu beberapa waktu lalu, dari tempatnya berdiri Yibo bisa melihat bercak ungu pudar serta bekas gigitan yang menyembul dari balik t-shirt yang Sean gunakan.
Bite Mark?
Hickey??
Seolah tersadar akan sesuatu, jantung Yibo tiba-tiba bertalu, dia lalu bertanya gugup, "Sean, seminggu terakhir ini apakah aku menyulitkanmu?"
Denting sendok yang membentur mug keramik itu berhenti, jari-jari lentik yang memegang ujungnya tampak mengencang, namun sayangnya hal ini luput dari tatapan sang Alpha tampan.
"Apakah aku melakukan sesuatu?" Tanya Yibo tak sabar.
"Tidak, seminggu ini aku selalu pulang ke rumah orang tuaku."Sean tidak suka berbohong, tapi jika dia memutuskan untuk berbohong maka dia akan melakukannya dengan sempurna. Lurus dan lugas, sama sekali tidak tertinggal jejak keraguan. Hingga membuat Yibo mendekat untuk memeriksa sambil menyipit tak percaya. "Benarkah?" Tanyanya tanpa melepaskan tatapan dari bola mata Sean yang bulat indah.
"Tentu saja, kenapa? Hal bodoh apa lagi yang kau lakukan?"
Yibo menggeleng lalu berkata, "Syukurlah, seminggu kemarin adalah periode Rut ku, aku tak bisa mengenali dengan siapa aku menghabiskan waktu tapi sepertinya itu benar-benar Yangzi."
Sean mengerjap pelan,bahunya yang tadi tegang kini melorot lega, sebelum kemudian dia mengangguk dan berlalu sambil membawa mug berisi coklat panas miliknya. Dia sungguh tidak ingin melanjutkan topik ini, dan tentu saja seperti yang sudah ia duga sebelumnya alpha sialan ini tidak mengingat apapun. Sean pikir, ini adalah hal bagus sehingga tidak perlu ada kecanggungan di antara mereka.
🐣 🐣 🐣
Tiga minggu berlalu dalam sekejap mata, tak terasa kini perjanjian mereka sudah sampai di ujung waktu. Sementara, sejak percakapan tengah malam di dapur beberapa waktu lalu, mereka tidak pernah lagi berjumpa ataupun bertegur sapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINAI( Rewrite)
FanfictionSean terbangun dengan sakit kepala hebat, akhir-akhir ini dia kesulitan untuk mendapatkan tidur nyenyak. Penyebabnya tak lain dan tak bukan karena penghuni baru yang begitu tidak tau diri yang sedang menumpang di apartemennya. Ya, sudah nyaris dua...