Enam Belas

2.5K 280 36
                                    

"Papa tidak akan lama, kan?" Tanya XianXian dengan mata mengerjap pelan, bibirnya sedikit tertekuk melihat sang ayah yang sibuk hilir mudik memasukkan segala kebutuhan yang ia perlukan, ke dalam tas mungil biru muda bergambar doraemon miliknya. 

"Tentu saja, papa tidak akan lama. Nanti, kalau semua urusan papa selesai, papa akan segera menjemput A Xian, oke?" 

XianXian mengangguk dengan enggan, bibirnya masih mengerucut lucu sementara mata bulatnya yang indah mengerjap cepat menahan cairan yang terlihat siap jatuh kapan saja. 

" XianXian, tidak suka pergi ke sana?" Tanya Sean begitu dia menyadari bahwa putranya tampak keberatan dengan rencana  pergi ke day care hari ini. 

Bayi gemuk itu kembali mengangguk, lalu dia berkata dengan suara pelan nyaris tidak terdengar, "Papa, disana banyak anak-anak nakal, mereka selalu menjadikan A Xian sebagai bahan lelucon, A Xian tidak ingin kesana lagi."

Kalimat ini membuat Sean membeku, dia baru mendengar ada hal seperti ini. Selama ini, ketika dia sibuk bekerja, Sean selalu menitipkan putranya itu di sana dan tidak pernah ada masalah yang terjadi. 

Atau mungkin XianXian yang pandai menyembunyikan, karena meski belum genap berusia empat tahun tapi putranya ini sudah menjadi pribadi dewasa yang begitu pengertian akan keadaan Sean yang serba susah. 

Dia tidak banyak mengeluh. 

"Atau, papa bisa antar A Xian ke tempat mama." Bujuk suara kecilnya. 

Sean menghela nafas, tampak berusaha keras menemukan solusi terbaik. Dia tentu tidak bisa menitipkan A Xian pada seorang dokter yang selalu sibuk. Dia juga tidak bisa meninggalkan A Xian sendiri di sini. Pilihan terakhir hanya membawa serta putra kecilnya ini, ke tempat dia akan bertemu dengan mitra kerjanya. 

Semalam, Darren Wang, seniornya dulu di kampus menelepon. Dia Memberi Sean pekerjaan untuk mendesain bangunan yang akan dijadikan kantor sekaligus outlet. Awalnya Sean menolak, karena dia tidak memiliki lisensi sebagai seorang arsitek yang mumpuni, kuliahnya dibidang itu bahkan tidak selesai. 

Tapi, seniornya itu meyakinkan Sean bahwa kemampuan pemuda tampan itu lebih dari cukup, meski tanpa embel-embel pembuktian di atas selembar kertas. Lagi pula, Darren bilang, pemilik bangunan ini tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan selama bangunan yang dia inginkan terwujud. 

Sean tentu tak lagi menolak, dia  sangat membutuhkan uang untuk XianXian, meski ibunya kadang masih sering mengisi rekeningnya diam-diam, tapi Sean tidak mau terus membebani wanita yang telah membesarkannya itu. 






🐣 🐣 🐣 

Pukul enam lewat sedikit, biasanya saat ini Yibo masih bergelung nyaman dibalik selimut tebal di atas pembaringan. Tapi pagi ini dia sudah bangun, bahkan sudah mandi. 

Masih mengenakan jubah mandi putih tebal khas kamar hotel, dia bersenandung lembut sambil membelai dagunya yang membiru bekas dicukur. 

Suasana hatinya memang sedang baik, karena hari ini dia akan bertemu dengan Sean lagi. Walau dia tau bahwa Sean sudah tak sendiri, tapi Yibo ingin memuaskan dahaganya, untuk bisa melihat Sean sedekat mungkin, setidaknya hanya selama ia di sini. 

Oleh karena itu dia mempercayakan pembangunan kantor dan outletnya pada pria tampan itu. 

Dia kembali melirik pantulan wajahnya di cermin sebelum tiba-tiba dengung halus dari ponselnya yang bergetar, mengambil alih perhatiannya. 

Yibo melirik sejenak, di layar tertera nama Wenning, asistennya. 

"Ada apa?" 

"Pak, Tuan Sean bertanya apa dia diperbolehkan membawa serta anaknya?"

Yibo terdiam sejenak, tentu dia tidak keberatan. Toh, bayi gemuk yang mirip dirinya itu sangat lucu dan penurut. Hanya saja, Yibo jadi mulai meragukan penilaiannya tentang potret bahagia keluarga kecil mereka. 

Meski kekuatan ekonomi keduanya timpang, bukankah tidak pantas membiarkan Sean yang harus kesana kemari membawa sang anak? 

Mereka tidak mungkin semiskin itu hingga tidak mampu menyewa pengasuh, kan? 

Cheng Xiao  seorang dokter yang sudah pasti memiliki penghasilan tinggi, ibu macam apa dia hingga tega membiarkan suaminya harus kerepotan menjaga anak disela kesibukannya bekerja. 

"Pak?!" 

Seruan Wenning di ujung sana memutus segala keluhan dalam benak Yibo, dia berdeham lalu berkata, "Tentu, tentu. Cari tempat bertemu yang ramah anak. Atau, kalau perlu bawa lagi beberapa staf yang bisa menjaga anak itu selagi ayahnya sedang bekerja."


🐣 🐣 🐣 

XianXian berjalan riang memasuki restoran tempat sang ayah membawanya, beberapa kali Sean bahkan sampai harus menahan tangan kecil  bayi gemuk itu agar tidak tersungkur." Pelan-pelan, kalau tidak papa akan menggendongmu." Ancam Sean, yang segera dipatuhi si kecil berambut ikal yang akhir-akhir ini sudah tidak suka diperlakukan seperti bayi. 

"Papa, apa di sana A Xian boleh minta es krim seperti kemarin?" Tanyanya dengan raut memohon. 

Sean menolak dengan tegas, "Tidak bisa, nanti A Xian bisa jatuh sakit kalau terlalu sering mengkonsumsi itu. Ingat, kan? Kemarin mama juga sudah melarang." 

Meski cemberut, tapi A Xian yang hari ini memakai jumpsuit lucu bermotif beruang itu tetap menganggukan kepalanya. Dia dengan patuh berjalan di sisi Sean yang menuntun tangannya menuju ruangan private yang sudah diberi tahu sebelumnya. 

"Permisi," Kata Sean setelah mengetuk pintu, pada seorang pria tampan berjas mewah yang menyambutnya. 

"Silahkan masuk, Bos sudah menunggu di dalam." 

Ruangan yang dimaksud sebagai tempat meeting itu sangat luas, alih-alih tempat makan siang private ini lebih pantas disebut kamar hotel, karena selain  ada dua sofa luas yang dipisahkan oleh meja besar berisi berbagai jenis makanan di sudut dekat jendela, ada juga televisi yang menayangkan tontonan edukasi balita di ruangan lain yang hanya dipisahkan oleh sekat dari kaca transparan, tidak cukup itu di dekat televisi itu bahkan ada ranjang bayi juga setumpuk mainan bayi. 

Sean sudah cukup terkejut melihat ini semua, tapi sosok yang tersenyum lebar sambil menyilangkan kaki dengan angkuh di atas soffa itu lebih membuat wajahnya kehilangan warna. Omega tampan ini benar-benar ingin berbalik lalu lari. Tapi, XianXian yang sejak tadi menggelayut di lengannya sudah lebih dulu berlari menerjang sambil memekik senang, "Pamaaan!! Kita bertemu lagi."

Buntalan lembut yang melayang di udara itu disambut Yibo dengan pelukan sayang, dia terkekeh sambil mengguncang XianXian dari satu sisi ke sisi lain membuat bayi gemuk itu tertawa. Sementara tak jauh dari mereka Sean berdiri kaku dengan wajah kesal," XianXian, bukankah sudah papa bilang untuk harus selalu bersikap sopan pada orang asing?!" Tegurnya ketus, yang segera membuat tawa riang ke dua pria berbeda umur di depannya itu musnah. 

"Ayo, kesini. Bersikap baik, atau lain kali papa tidak akan mengajak XianXian lagi."

Ancaman ini terbukti manjur, XianXian segera merosot turun dari pelukan Yibo. Dia sungguh tidak ingin ditinggal di tempat penuh penyamun yang kerap mengolok dirinya. Tapi belum sampai kaki kecilnya menjejak lantai, tubuhnya sudah melayang lagi di udara, lalu mendarat nyaman di pelukan hangat paman tampan yang dikenalnya beberapa hari lalu. Kemudian disusul kalimat tegas, "XianXian, jangan khawatir, paman bukan orang asing. Dulu, Ayahmu dan paman pernah berhubungan dekat."

Tentu saja, pernyataan Yibo ini disambut Sean dengan mata menyipit tak suka, tapi dia juga tidak bisa berbuat banyak. Selain karena XianXian terlihat sangat bahagia, Sean juga tidak ingin bayi mungilnya ini tahu permasalahan di antara mereka dulu. Hal itu, biarlah tetap menjadi rahasia yang akan ia bawa mati sendiri.



















Sorry, kemarin gabisa update. Kerjaan banyak banget di kantor huhu..

Buat yang wanti wanti supaya Sean jangan sampe segera luluh.. Ga kok, tenang aja.. Kita bakal buat alpha sialan ini ngejar-ngejar dulu.. Oghey.

Udah gitu aja.. Maaf typo dan lain sebagainya..
Oh, sama.. Makasih yg udah vote dan komen.


RINAI( Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang