Acara makan malam berlangsung hangat, hidangan tersaji memenuhi meja. Sambil menikmati , para ibu-ibu berceloteh membahas produk terbaru keluaran Chanel, dan Prada. Sementara bapak-bapak, membahas perkembangan saham serta jumlah investasi yang harus ditingkatkan.Sean dan Yibo, yang duduk saling berhadapan di antara mereka tampak diam menyimak dengan khidmat. Walau sebenarnya dua pria tampan ini juga sementara sibuk dengan pikiran masing-masing.
Yibo, otaknya tengah bekerja keras memikirkan alasan paling bagus untuk diberikan pada Yang Zi yang merajuk karena seharian tidak diberi kabar. Sementara Sean, dia juga sibuk memikirkan kapan semua ini akan berakhir. Dia sungguh ingin merebahkan diri. Bukan hanya kakinya yang pegal, tapi juga bibirnya yang sejak tadi dipaksa untuk terus tersenyum lebar.
Walaupun begitu, Sean bersyukur bahwa suasana masih aman terkendali. Tidak ada yang mencoba membawanya ke dalam obrolan, karena dia benar-benar tidak punya tenaga lagi untuk basa-basi penuh sandiwara. Setidaknya itulah yang pria tampan bermata coklat ini pikirkan. Karena setelahnya, pertanyaan dari Tuan Wang, Ayah Yibo membuatnya tersedak hebat.
"Karena kalian sudah tinggal bersama, bagaimana kalau pernikahan disegerakan saja."
Suara lembut berwibawa itu terdengar seperti halilintar yang menyambar di siang bolong, untuk telinga Yibo dan juga Sean. Jika Sean hampir mati karena tersedak, maka Yibo berseru tidak percaya sampai menyemburkan air yang baru masuk ke dalam mulutnya.
Nyonya Wang mendelik marah, melihat kelakuan sang anak semata wayang yang begitu tidak sopan. Sambil mencubit keras paha si anak yang duduk di sampingnya, wanita cantik itu berulang kali meminta maaf.
Tapi di ujung meja yang lain, orang tua Sean juga sedang sibuk menepuk-nepuk punggung anaknya yang masih terbatuk hingga menitikkan air mata.
Menikah?! Yang benar saja, perjanjian awal dari perjodohan sialan ini adalah tidak ada pernikahan, sampai Yibo dan Sean lulus kuliah dan mandiri secara finansial.
Batin Sean menjerit berisik. Dia menormalkan nafas, lalu tersenyum lebar. Terlalu lebar hingga alih-alih manis, wajahnya justru terlihat seperti orang yang tengah menahan perasaan ingin buang air besar.
Tapi reaksi mengerikan ini disalah artikan oleh kedua orang tua mereka. Para orang dewasa itu justru semringah karena berpikir bahwa, dua pasangan muda ini terlalu bahagia hingga terkejut seperti orang gila.
"Kalau begitu ayo segera pilih tanggal yang bagus!" Itu suara Ayah Sean, yang terdengar bahagia sekali.
"Aiya, bagaimana bisa begitu. Untuk menanyakan hal sepenting ini kita harus pergi ke peramal," Kali ini Ibu Sean yang berucap.
"Oh, Jiejie benar. Kita harus menanyakan peruntungan, fengshui dan segala macamnya. Kita juga harus meminta berkat pada para biksu." Ibu Yibo menimpali, wanita ini yang paling antusias. Dia bahkan mengeluarkan ponsel, dan mulai mencari info soal peramal terpercaya dengan rivew paling bagus.
Baik Sean dan Yibo, kepala mereka berasap. Menatap ngeri pada para orang tua yang sibuk sendiri, seolah melupakan bahwa dua calon mempelai ini masih ada disana.
"Ehm, Ibu. Tunggu dulu, sepertinya terlalu cepat membicarakan pernikahan sekarang. Aku dan Yibo bahkan belum dua bulan bersama." Ucapan Sean yang diamini Yibo dengan seksama ini menghentikan kehebohan dua nyonya besar.
Mereka mengerjap, menatap Sean dengan bingung. Seolah baru saja mereka mendengar anak ini berbicara menggunakan bahasa planet asing.".. Apa maksud mu? Dua bulan itu sudah cukup lama, aku dan ayah mu bahkan hanya bersama selama lima hari dan langsung menikah."
Karena melihat Sean tertegun dan tidak bisa menjawab, Yibo segera mengambil alih. Dengan pembawaan yang tenang serta aura mendominasi dari alpha kualitas premium, dia berkata."Ibu, tentu saja kami juga ingin secepatnya bersama. Tapi, saat ini aku masih kuliah dan belum bekerja. Jika tidak ada penghasilan, lalu bagaimana aku bisa menafkahi pasangan ku?"
Ayah Yibo segera mengibaskan tangan, tanda bahwa keluhan Yibo bukanlah masalah serius."Kau pikir ayah mu ini tidak sanggup membiayai hidup kalian berdua?!"
Oh, ini sungguh tidak berjalan baik. Sean mulai panik. Para orang tua ini terlihat sangat serius ingin menikahkan mereka secepatnya.
Tapi, untung saja Yibo segera menyelamatkan situasi. Masih dengan tenang dia menjawab,"Tentu saja Ayah lebih dari mampu untuk membiayai kami. Tapi Ayah, aku ingin menghidupi orang yang aku cintai menggunakan usahaku sendiri."
Mendengar jawaban sang alpha, para orang tua yang sebelumnya menggebu-gebu kini tampak tenang. Dengan tatapan haru Ayah Yibo bahkan menepuk bangga pundak anaknya itu." Kau sudah dewasa sekarang." Ujarnya dengan mata yang mengembun.
Sementara Yibo tengah menampilkan senyum dan ekspresi rendah hati, di depannya Sean melongo. Alpha satu ini, bukan saja sombong, mesum dan tidak tau diri. Ternyata dia juga pandai sekali bersandiwara. Kata-katanya terdengar sangat meyakinkan.
Sean tidak bisa membayangkan, apa yang para orang tua ini akan lakukan jika mereka mengetahui bahwa impian mereka itu tidak akan pernah terwujud.
Tapi seolah membantah pikiran Sean, Yibo justru meraih jemarinya yang terulur lalu menggenggamnya erat. Dan sambil menatap lekat kedua kelereng indah milik Sean yang membola, pria tampan itu berikrar. "Ayah Ibu, setelah aku lulus dan bekerja, aku janji akan menikahi tunangan ku ini secepatnya."
"Uhuk." Sean terbatuk. Dia segera menarik tangannya tapi genggaman Yibo yang mengerat membuat usahanya sia-sia. Sebaliknya si tampan itu malah menatap lebih dalam ditambah dengan senyum semanis gula membuat pipi seputih salju milik Sean kini mulai dirambati roma merah terang yang mencolok.
Dalam hati Sean merutuk kesal. Alpha sialan ini benar-benar penuh totalitas. Kebohongannya sungguh sempurna, sekarang dia terlihat seperti seorang bayi murni yang tidak pernah berdusta.
****
Acara makan malam yang melelahkan itu akhirnya usai. Setelah mendengar janji Yibo yang meyakinkan para orang tua yang sebelumnya tidak mau kalah jadi menyerah.
Satu persatu mereka berpamitan, orang tua Yibo yang terakhir pergi. Sebelum meninggalkan apartemen Sean mereka tidak lupa mengingatkan agar Yibo jangan sampai lupa meminum obat ketika menjelang Rut.
Sebagai seorang alpha dominan, Yibo memiliki periode tertentu yang dinamakan Rut. Saat itu pheromone-nya akan menguar membius para omega dan birahinya juga memuncak. Jika sudah seperti itu, biasanya dia tidak bisa lagi berpikir jernih.
Selama nafsunya tersalurkan, dia tidak akan perduli dengan siapa dia melakukannya.
Walaupun seperti itu, bisanya pheromone alpha maupun omega, tidak akan memiliki pengaruh yang berarti pada seorang beta. Karena fakta ini juga, makanya Yibo memilih tinggal bersama Sean.
Tapi tentu saja, lebih baik sedia payung sebelum hujan. Orang tua Yibo tidak ingin anaknya ini menyakiti Sean. Jadi, meski hingga nyaris mencapai pintu keluar sang ibu terus mengulang perkataannya.
"Jangan lupa pesan Ibu, Yibo. Sean adalah seorang beta, jika kau sampai menyerangnya saat Rut dia mungkin akan terluka parah. Tubuhnya berbeda, dengan omega."
Yibo mengangguk, tentu saja dia mengerti. Sebagai beta yang tidak memiliki pelumas alami, serta tidak bereaksi dengan pheromone yang biasanya digunakan untuk menenangkan. Pasti akan sangat menyakitkan bagi Sean kalau sampai berhubungan dengan alpha yang sedang Rut.
Tapi menurut Yibo ini bukanlah masalah, dia memiliki Yang Zi, omega cantik dengan tubuh sintal menggoda. Tidak ada alasan baginya untuk menyerang Sean saat di depan matanya sudah ada sang kekasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
RINAI( Rewrite)
FanfictionSean terbangun dengan sakit kepala hebat, akhir-akhir ini dia kesulitan untuk mendapatkan tidur nyenyak. Penyebabnya tak lain dan tak bukan karena penghuni baru yang begitu tidak tau diri yang sedang menumpang di apartemennya. Ya, sudah nyaris dua...