Delapan Belas

2.6K 360 64
                                    

Getar halus dari ponsel yang diletakkan di atas nakas di dekat pembaringan membangunkan Sean, dari tidurnya yang nyenyak. Dia melirik sekilas pada jam yang tergantung di dinding. 

Pukul dua puluh tiga lewat sedikit. 

Batinnya merutuk, siap memaki orang yang sungguh berani ini, tapi amarahnya menguap begitu melihat nama sang penelepon. 

Sean menghela nafas sejenak, mengumpulkan kesadaran yang masih terberai. Lalu dengan enggan dia bersuara. "Halo."

"Maaf, apa aku mengganggu tidurmu?" Suara yang berat, rendah dan dalam di ujung sana menyapa telinga Sean. 

Tentu saja, kau pikir jam berapa ini? Sesungguhnya kalimat ini sudah di ujung lidah, tapi Sean telan kembali, sebaliknya dia justru bertanya, "Ada apa?" 

"Bisa minta waktumu sebentar? Aku ingin mendiskusikan beberapa hal untuk merubah  ruangan dalam denah."

Sean memejamkan mata dan menghela nafas, berusaha menyingkirkan emosinya yang mulai merayap naik. Yang benar saja, ini jam sebelas malam! 

Dan setelah dirasa tenang, dia menjawab "Oke."

Layar yang semula gelap kini berganti dengan wajah tampan Yibo yang tampak serius. Sementara Sean, pria itu menyisir helai rambutnya yang menjuntai dengan jari sambil mengalihkan pandangan, menghindari tatapan tajam Yibo yang penuh selidik. 

"Bicaralah." Ujar Sean setelah hening sejenak. 

"Kau terlihat lelah. Kita bisa bicara lagi besok. Sekarang, kau istirahat saja." Ujar Yibo pada akhirnya, setelah dia menyadari lingkaran hitam di kantung mata Sean yang makin melebar dari waktu ke waktu, serta kelopak matanya yang sayu,  tampak akan segera tertidur beberapa detik kemudian. 

"Baik." Jawab Sean sambil segera menutup panggilan, dia memang benar-benar mengantuk setelah seharian menghadapi XianXian yang belakangan ini sering tantrum tanpa alasan yang jelas. 

Sejak kejadian beberapa waktu lalu, Sean memang sebisa mungkin menghindari pertemuan langsung dengan Yibo,apalagi sampai membawa sang putra. Berbagai  alasan akan ia lontarkan agar semua urusan pekerjaan mereka dibahas melalui ponsel. 

Walaupun untuk itu dia harus siap diganggu kapan saja, saat Yibo merasa butuh meneleponnya. Baik panggilan biasa, atau antar muka dengan dalih memaksimalkan pembahasan. 

Tapi untungnya, alpha itu cukup pengertian walau kadang sering merepotkan. Dia seolah paham bahwa Sean sedang menjaga jarak, dia tidak banyak menuntut sebaliknya dengan murah hati dia justru memberi sebagian besar pembayaran Sean di muka, berikut dengan bonus-bonus yang entah datang dari mana. 

Hal ini membuat kehidupan Sean jadi sedikit membaik, dia mampu membayar jasa pengasuh walau hanya setengah hari di hari kerja, karena malam, Sean merasa tidak lagi membutuhkan orang lain untuk menjaga sang anak, terlebih di hari minggu seperti tadi. 

🐣 🐣 🐣 

Pagi datang dengan cepat, di dapur apartemen Sean sudah ramai dengan hiruk pikuk kesibukan. Sean yang masih memakai celemek, hilir mudik menyiapkan kotak bekal ke dalam tas bergambar Super Man milik XianXian. 

Sementara XianXian sedang duduk, menikmati sarapan sepiring nasi goreng  dan omlete yang sudah ia pesan sejak semalam, juga segelas susu yang sekarang isinya tinggal setengah. Dia mengunyah dengan nikmat sambil mengguncang kaki. 

Sean tersenyum lembut menatap sang putra, sebelum menoleh pada pengasuh yang ia sewa dari agen penyedia jasa, yang sedang  berdiri tak jauh dari mereka. "Tolong jangan izinkan XianXian membeli es krim. Dia akan jatuh sakit nanti, kalau terlalu sering mengkonsumsi itu." 

RINAI( Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang