Pengakuan

387 46 60
                                    

💔💔
Rasa sayangku memudar seiring setiap kecupan yang kau daratkan di sekujur tubuhku,
Aku membencimu setiap kali tanganmu menyentuhku,
Aku membencimu sampai aku tak peduli lagi apapun yang kau lakukan padaku, masa bodoh, terserah, aku sudah mati rasa....
💔💔

Yoongi menemukan sebuah buku notes kecil di sofanya. Sepertinya milik Nina. Nina memamg sempat merogok tasnya untuk mengecek handphone-nya, sepertinya buku notes kecil itu ikut terbawa dan terjatuh tanpa disadarinya, karena ukurannya yang tidak lebih besar dari sebuah handphone. Yoongi membalik halaman demi halamannya. Mungkinkah kedatangannya kemarin sore karena ingin mengatakan sesuatu yang tidak bisa dia utarakan?.

💔💔
Aku bonekamu,
Perlakukanlah sesukamu,
Sakiti aku!
Sakiti aku sampai kau merasakan kesakitan itu lebih dari apa yang ku rasakan
💔💔

Dan halaman-halaman berikutnya hanya berupa simbol-simbol atau coretan-coretan tangan tidak beraturan, tapi tentu saja Yoongi bisa membaca emosi yang di sampaikannya. Coretan-coretan tidak jelas kadang berupa benang kusut, kadang hanya garis-garis lurus, tapi penuh penekanan, di buat oleh seseorang yang sedang dalam keadaan marah.

Yoongi memasukan notes kecil itu ke dalam tas kerjanya. Mencoba tetap tenang dan membuat sarapan karena masih terlalu pagi untuk ke kampus, tapi pikirannya tidak bisa fokus. Dia ingin segera bertemu Nina, ada yang tidak beres dengan anak itu.

💜

Jimin terbangun di kamar Nina, tentu saja, semalam dia melakukannya lagi dan sekarang menyesalinya. Menyesal tapi melakukannya lagi, Jimin kesal pada dirinya sendiri. Dia memandangi wajah Nina yang masih tertidur pulas, mengendus lehernya berkali-kali agar Nina terbangun. Nina membuka mata perlahan.

"Oppa, apa semalam menyenangkan?", tanyanya datar sambil bangkit dari ranjangnya.

Jimin menariknya kembali, mencium punggung Nina bertubi-tubi sementara tangannya meremas-remas gundukan payudara Nina.

"Sayang...", bisik Jimin.

"Aku ada kuliah pagi", Nina melepaskan diri dan berjalan ke kamar mandi dengan santainya.

Jimin nampak kecewa. Dia sungguh tidak memahami Nina, semalam dia begitu menggairahkan dan sekarang bersikap begitu dingin, bahkan menatapnya saja tidak. Setelah terdiam beberapa saat, Jimin segera memakai kembali piyamanya dan kembali ke kamarmya.

Nina meringkuk di bawah guyuran shower, menangisi dirinya sendiri, berharap ada seseorang yang mau membawanya keluar dari sana, tapi bahkan Yoongi tidak mau Nina tinggal walau hanya satu malam saja. Dia ingin pergi dari rumah itu, tapi apa alasannya? Dia tidak mungkin mengatakannya pada orang tuanya. Tidak ada orang yang bisa di ajaknya berbicara tentang hal ini, bahkan Yoongi, Nina terlalu takut untuk mengatakannya walau kemarin dia sempat ingin mengatakannya tapi Nina begitu takut dan malu.

Nina segera pergi dengan bis umum, seperti biasa. Tapi lagi-lagi, kenapa dia mengambil bis yang salah. Tanpa di sadarinya, langkah kakinya menuju tempat Yoongi. Nina baru menyadarinya begitu sampai di depan pintu. Dia mencubit pipinya sendiri karena kesal, lalu memutuskan segera pergi dari sana tapi pintu keburu terbuka. Yoongi hendak berangkat ke kampus.

"Loh? Kenapa kesini?", tanya Yoongi, terkejut.

"Gak tau. Saya pergi deh", Nina bergegas.

"Ayo bareng aja! Kamu ada kuliah pagi juga kan?", Yoongi menarik tas Selempang Nina sebagai ganti tangannya, begitu lebih nyaman baginya daripada harus bersentuhan dengan Nina.

Nina segera memasang sabuk pengaman begitu menaiki mobil Yoongi, dan mereka segera menuju ke kampus.

"Kamu mau ngomong sesuatu kan?",

SOBER [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang