Perih

306 59 38
                                    

Sudah hampir seminggu Nina dirumah, sama-sama mempersiapkan pernikahannya yang tinggal tahap akhir. Untuk keluarga kaya raya seperti keluarga Park, bukan hal sulit menyiapkan pesta dalam satu malam, selama uang bicara apapun akan dengan ajaibnya tersedia. Begitupun dengan persiapan pesta pernikahan, bu Park menyewa sebuah E.O yang sudah sangat mahir menyiapkan pesta kilat dengan bayaran yang tidak sedikit, bagaimana tidak, semua harus siap dalam waktu kurang dari satu minggu. Mereka akan mengadakan pesta di vila keluarga Park, walau awalnya Nina menolak sebuah pesta, namun kedua keluarga sepakat melakukannya, bagaimanapun sebuah pernikahan harus di rayakan dengan suka cita.

Hoseok sudah pindah kamar ke atas sejak Nina pindah ke asrama, karena bu Park terus mengeluh sepi sekali di atas seperti kuburan. Dan Nina berencana membujuk Jimin agar mau pindah kamar juga di depan kamar Hoseok. Bagaimanapun Jimin harus keluar dari kamar itu agar terlepas dari kenangan masa lalu. Nina mengetuk kamar Hoseok dengan hati-hati, khawatir mengganggunya. Hoseok lalu mempersilahkannya masuk setelah tau bahwa itu Nina. Nina dengan malas berbaring di ranjang Hoseok sambil memainkan bantal.

"Oppa, bisa gak bujuk Jimin oppa biar pindah kamar ke depan situ?",

"Heh? Kenapa emangnya?",

"Aku kasian nanti Jimin oppa kesepian kalo aku udah gak disini",

"Hmm, iya sih. Pas kamu di asrama aja Jimin sering pulang malem. Apa dia kesepian?",

"Makanya. Oppa aja yang ngomong ya!",

"Ya udah nanti oppa ngomong. Ngomong-ngomong hari ini bukannya mau mindahin barang-barang?",

"Iya, gak banyak sih cuma buku-buku aja sama sebagian baju. Oppa, aku ko kek biasa aja ya gak seneng gimana gitu, ko malah sedih", keluh Nina.

"Lah kenapa? Gak mau nikah sama Taehyung gitu?",

"Gak tau, rasanya aneh. Aku gak siap, aku gak tau nikah itu apa? Harus gimana?",

Hoseok mendekati Nina, Nina yang tadinya hanya guling-guling di ranjang Hosoek lalu merubah posisinya menjadi duduk dan Hoseok pun duduk di sampingnya lalu mengambil tangan Nina ke dalam genggamannya.

"Dan rasanya pasti aneh gak ada kamu. Waktu kamu di asrama aja rumah sepi. Tapi hidup emang gini, waktu cepet banget berlalu. Rasanya baru kemaren oppa gendong-gendong kamu di punggung, sekarang udah mau nikah aja",

Hoseok tidak kuasa meneteskan air mata, membuat Nina juga ikut menangis. Nina menyandarkan kepalanya di bahu Hoseok, mereka menangis seperti itu lumayan lama, sampai Jimin tiba-tiba menyeruak masuk karena tidak menemukan Nina di kamarnya.

"Ngapain pada nangis?",

"Yak! Jimin, sini!", Hoseok memanggil Jimin mendekat.

"Lu pindah kamar dong ke depan kamar gue!, gue kesepian di atas, lu juga ntar pasti kesepian kalo gak ada Nina",

"Gak ah, kek anak kecil aja minta di temenin ", tolak Jimin.

"Lah kemaren aja pas Nina di asrama lu pulang malem terus, gak kasian lu sama ibu?. Lu kesepian kan? Dah pindah ke kamar depan!",

Jimin nampak merenung, terlalu banyak kenangan di kamarnya tapi Nina sudah mau menikah, sudah saatnya Jimin melepas obsesinya pada Nina. Jimin memandangi Nina yang masih bergelayut manja di lengan Hoseok sambil menyeka air matanya, dan langsung mengalihkan pandangannya begitu mata mereka bertemu.

"Ntar gue pikirin deh", ujarnya.

"Ada Tae tuh! Katanya mau angkut barang", Jimin mengungkapkan maksudnya mencari Nina.

Nina segera bergegas menemui Taehyung, lalu mereka membereskan barang-barang yang akan di bawa Nina dan segera menuju apartemen baru mereka. Mereka tidak saling bicara sejak dari rumah sampai di perjalanan, keduanya nampak tidak nyaman. Setelah perjalanan hampir satu jam, mereka sampai di apartemen. Nina membukakan pintu hingga Taehyung dan barang bawaannya bisa masuk leluasa. Mereka membereskan barang-barang tanpa bicara satu sama lain, rasanya sangat canggung, entahlah, Taehyung seperti bukan dirinya hari ini.

SOBER [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang