Mengalah

380 57 49
                                    

Semester dua akhirnya dimulai. Kampus sudah mulai ramai lagi oleh aktifitas perkuliahan. Di balik kursi sebuah ruangan, Yoongi duduk dengan santai.
Ruang dekan itu dipenuhi aroma mild citrus berpadu wooden yang hangat. Yoongi membaca berulang-ulang sebuah formulir pengajuan ijin tinggal di asrama mahasiswa yang sudah di tanda tangani oleh bagian administrasi dan bagian kemahasiswaan. Hanya tinggal membubuhkan tanda tangan Yoongi sebagai dekan fakultas psikologi, maka Nina bisa tinggal di asrama. Yoongi mencoba menelepon Nina namun tidak terhubung, tentu saja karena nombernya sudah di block lagi oleh Nina. Yoongi meletakan formulir yang belum di tanda tanganinya itu dan segera keluar ruangan. Dia ada kelas sekarang, nanti saja mengurus itu lagi.

Namun saat hendak menuju kelasnya, Yoongi berpapasan dengan Nina yang sedang bersama Taehyung.

"Ah, Go Nina. Ke ruangan dekan sebentar, soal pengajuan ijin tinggal di asrama...", Ujar Yoongi seraya menghentikan langkahnya.

"Baik, pak", sahut Nina.

Nina menggandeng tangan Taehyung, mengisyaratkan dia ingin di temani, lalu mengikuti Yoongi menuju ruangannya.

"Aku tunggu disini", ujar Taehyung pada Nina

"Gapapa masuk aja!", tawar Yoongi.

Nina tidak melepaskan lengan Taehyung, hingga Taehyung terpaksa ikut masuk.

"Taehyung, kamu tau kan masalah Nina sama Jimin?", todong Yoongi tiba-tiba.

"Eh?", Taehyung terkejut di tanya demikian oleh Yoongi.

"Saya yakin pengajuan ijin tinggal ini ada hubungannya sama Jimin. Iya kan Nina?", lanjutnya.

Nina hanya tertunduk.

"Tapi ini bener. Kalo kamu mau fokus belajar emang kamu harus jauh dari Jimin. Saya gak tau dia ngapain kamu lagi, bukannya terakhir dia udah melunak dan kalian bisa akur akhirnya?", ujar Yoongi.

"Oke, kita beresin disini aja. Karena saya juga ada disini!. Bapak mau tau kenapa Jimin bersikap kasar lagi? Bapak penyebabnya!. Bisa-bisanya bapak manfaatin Nina demi muasin hasrat bapak", Taehyung tidak bisa menahannya lagi.

"Oppa!", bentak Nina.

"Gapapa Nina. Kamu mau ngomong apa, Taehyung?", sela Yoongi.

"Saya pengen banget laporin perbuatan bapak tapi saya masih pertimbangin Nina. Masa bodoh kalo bapak di pecat ato kehilangan muka. Tapi Nina yang harus nanggung malu, dia harus gimana ngadepin orang tuanya, belum pandangan miring mahasiswa lain. Apa bapak gak mikir sampe kesitu?. Dan bapak tau kan SAYA TUNANGANNYA NINA!. Berani banget bapak nyentuh tunangan saya!", Taehyung mulai emosi.

"Hmm... saya secara pribadi minta maaf sama kamu, Kim Taehyung. Saya sepenuhnya sadar dengan perbuatan saya dan saya jamin hal itu gak bakal terjadi lagi. Jaga Nina jangan sampe nemuin saya lagi, semua persoalan harus selesai di kamu karna dia milih kamu, bukannya begitu seharusnya?. Kamu denger kan, Go Nina?, kamu bisa terbuka sama Taehyung, dia pasangan kamu", ujar Yoongi.

"Kamu denger kan sayang?, si berengsek ini cuci tangan",

Taehyung langsung melayangkan tinjunya begitu selesai dengan kaliamatnya. Nina tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis. Yoongi tidak ingin menemuinya lagi, dia bahkan meminta Taehyung menjaganya agar tidak menemuinya lagi. Hatinya hancur sehancur-hancurnya. Semua kata-kata Yoongi soal 'penantian' menguap sudah. Nina bahkan tidak tau Yoongi sedang berkata yang sebenarnya atau sedang membohongi perasaannya. Atau mungkin benar Yoongi telah mempermainkannya dan hanya mengambil keuntungan darinya.

Yoongi membersihkan darah yang menetes dari ujung bibirnya dengan jarinya. Pukulan Taehyung lumayan keras. Yoongi lalu menandatangani formulir ijin tinggal di asrama dan menyerahkannya pada Nina.

SOBER [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang