3

4.1K 483 71
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

❤️❤️❤️

"Hinata..."

"Aw..." Hinata mengelus kepalanya yang terantuk meja.

"Eh... Ada apa Menma-kun?" Tanya Hinata pelan. Hinata menghampiri Menma yang berdiri tak jauh darinya.

"Aku ingin kita putus." Ujar Menma membuat Hinata terkaku. "Saraa tidak mau menjadi yang kedua, walau sebenarnya dialah satu-satunya dihatiku dan satu-satunya yang aku cintai. Tapi, orang lain tetap menganggap Sara adalah yang kedua. Jadi, Hinata kita berakhir sampai disini." Menma mengatakan itu dengan datar.

Tanpa menunggu respon Hinata. Gadis itu tercenung, hubungan yang sudah terjalin lama itu harus pupus? Menma beranjak bergabung dengan sahabat dan kekasihnya yang sudah menunggunya didepan kelas Hinata.

"Menma-kun tunggu." Mereka semua memandang Hinata yang mendekat kearah Menma.

"Apa salahku Menma-kun?" Ujar Hinata parau.

"Tidak ada," Jawab Menma tetap datar.
"Lalu, kenapa putus?" Hinata menundukkan kepalanya, sungguh hatinya sakit.

"Karena aku tidak mau jadi yang kedua Hinata. Aku terlihat seperti selingkuhan kekasihku sendiri kau mengerti...!" Hardik Sara yang sudah muak dengan Hinata.

Hinata mengangkat kepalanya. Menma terhenyak, bukan hanya Menma tapi sahabat-sahabat Menma pun terkejut saat melihat mata Hinata memerah dan berkaca-kaca. Selama ini mereka tidak pernah melihat Hinata menangis.

"Menma-kun." Hinata menjeda ucapannya sebentar.
" Bolehkah aku menyentuh wajahmu? Sekali saja." Pinta Hinata.

Entah angin apa Menma mengangguk. Jemari Hinata naik menuju wajah tampan kekasihnya itu.

"Kau bahagia?" Tanya hinata lirih. Menma terpaku, tubuhnya merinding saat disentuh oleh Hinata. "Menma-kun, kau semangatku selama ini, kau bahagiaku, segalanya untukku. Tapi jika bersamaku kau tak bahagia aku bisa apa?" Hinata meraba lembut wajah Menma.  "Aku sadar, cintaku ini tak bisa membuatmu bahagia. Maka dari itu, maafkan aku telah menawanmu disisiku, maaf karena aku egois. Aku tidak ingin menjadi jahat." Mata Hinata berkaca, sungguh Hinata sangat berusaha menahan tangisnya. "Semoga kau dan Sara-san selalu bahagia." Hinata benar-benar menggunakan kesempatan emasnya menyentuh wajah Menma, mengusapnya pelan mematri baik-baik tekstur lembut kekasihnya, menikmati setiap lekuk wajah tampan kekasihnya. Ah, bukan kekasih tapi mantan kekasih.

"Ternyata wajahmu halus ya Menma-kun hihihi." Hinata terkikik kecil. Air mata terjatuh saat Hinata terkikik.

Sahabat Menma membuang pandangan mereka, tak tega melihat wajah Hinata. Mereka semua tahu bagaimana Hinata sangat mencintai Menma, berjuang untuk Menma, dijadikan babu oleh Menma dan masih banyak lagi. Tapi, dalam sahabat Menma ada satu orang yang bahagia melihat berakhirnya hubungan Menma dan Hinata. Dia, tersenyum tipis.

"Sebenarnya aku juga ingin merasakan rasanya digenggam lalu mengayunkan genggaman kita bersama, menyeka keringatmu saat habis latihan basket dan ing,-"

"Diam Hinata. Kau melewati batasmu." Sentak Sara mengehentak keras jemari Hinata yang masih mengelus wajah rupawan milik Menma.

Hinata kini beralih pada Sara. Hinata sendiri tak menampik, jika Sara memang cantik, kaya, dan pintar.

"Sara-san, jaga Menma untukku ya. Kau yang dicintainya jadi kau yang bisa membuat Menma bahagia. Kalau kau tidak tau apa yang Menma suka dan tidak suka kau bisa bertanya padaku. Aku tau semua tentang Menma." Ujar Hinata tersenyum. Menghadap pada Menma lagi dengan tegar walau rasanya ingin sekali teriak.

Delayed LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang