18

5.2K 499 181
                                    


Selamat Membaca...

***

Suasana berbeda dirasakan oleh Hinata. Kali ini dirinya tak sarapan di sekolah. Mulai hari ini ia akan sarapan bersama keluarga barunya.

Hinata membantu para maid menyiapkan sarapan, ini mudah bagi Hinata. Anggap saja dirinya sedang bekerja di Kedai. Bicara tentang pekerjaan, ternyata Mito sudah mengambil tindakan. Beliau sudah menemui atasan Hinata masing-masing dan mengatakan jika Hinata keluar.

Mito ingin Hinata lebih banyak di rumah. Menemaninya. Karena selama di Mansion dirinya kesepian. Mulai hari ini Mito akan menunjukkan kasih sayangnya pada Hinata. Semuanya.

Mito melihat Hinata yang menata makanan diatas meja. Mito tidak akan memarahi maid karena tidak melarang Hinata untuk membantu, karena Mito tau, Hinata pasti tidak suka berdiam diri.

Satu per satu anggota keluarga Namikaze bermunculan dari kamar mereka. Mito memang disiplin waktu, dan tidak ada yang berani membantah.

Semua duduk diposisi mereka dengan tenang. Hinata meletakkan teko keramik itu dimeja. Lalu dirinya berniat untuk pergi, tapi suara Mito mencegahnya.

"Duduk disamping suamimu Namikaze Hinata." Ujar Mito tegas, dia tak suka Hinata merasa asing. Hinata manut, berjalan dengan menunduk menuju ke kursi kosong samping Naruto.

"Tuan, ingin sarapan apa?" Tanya Hinata pada Naruto, karena ia belum tau kebiasaan Naruto kala sarapan.

Mito yang mendengar Hinata memanggil TUAN pada Naruto menghentikan kunyahan rotinya. Sedang Khusina hanya tersenyum kecut, ternyata anak jalang ini cukup tau posisinya. Naruto berkata roti dan selai coklat. Hinata dengan cekatan mengoleskan selai coklat itu pada satu lembar roti lalu memberikannya pada Naruto. Minato yang melihat itu tersenyum sendu, dia sama sekali tidak pernah diperlakukan seperti itu. Iri. Minato melirik Khusina yang asik dengan rotinya. Beruntungnya Naruto.

Setelah selesai sarapan, Hinata kembali membantu membereskan meja makan. Menma memandang Hinata sebentar, lalu beranjak naik ke kamarnya. Banyak hal yang harus dia urus untuk keperluan kuliahnya di Amerika.

Minato, Khusina, Naruto dan Mito duduk diruang keluarga. Memang seperti itu tradisi mereka dihari libur. Mito melihat wajah Naruto yang pucat, ia terlihat tidak sehat.

Naruto sendiri menyandarkan kepalanya dipunggung sofa. Terlihat lemas dan lesu sekali, perutnya seakan diaduk, sebisa mungkin ia menahan gejolak diperutnya. Merubah posisinya gelisah, kekanan kekiri membuat Minato menatap anak sulungnya itu dengan alis menyatu.

Mitto baru akan membuka mulutnya, Naruto sudah berlari cepat menuju dapur. Memuntahkan isi perutnya. Hinata yang sedang mengeringkan piring pun mendekati Naruto, memijat pelan tengkuk suaminya. Lagi-lagi suami kuningnya ini muntah. Hinata sebenarnya kasihan dengan suaminya ini. Sudah sejak subuh tadi ia terus muntah, badannya sampai lemas.

Mito yang melihat itu menghampiri Naruto. Naruto muntah? Dia... Morning sickness? Mito tertawa kencang, menyadari cucunya itu yang terkena dampak kehamilan sang isteri.

Minato dan Khusina juga beranjak mendekat saat mendengar tawa Mito menggema. Mereka melihat Naruto yang masih memuntahkan isi perutnya. Khusina maju, ia mendorong Hinata pelan bahu Hinata agar menyingkir. Mengambil alih tugas Hinata yang memijat tengkuk Naruto. Mito yang melihat Khusina mendorong Hinata pun berhenti tertawa.

Naruto lemas, dirinya bersandar pada wastafel setelah membersihkan sisa muntahannya.
"Naru, kau sakit nak?" Tanya Khusina dengan khawatir saat melihat wajah anak sulungnya ini sangat pucat.

"Tidak. Aku ingin istirahat saja Bu." Jawab Naruto.

"Baiklah, ibu akan panggilkan Kabuto untuk memeriksamu." Ujar Khusina.

Delayed LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang