24

4.9K 468 133
                                    

Selamat Membaca....
.
.
.

Namiuzu corp hari terlihat sangat sibuk seperti biasanya. Naruto berhasil meraih tender proyek besar itu dari Sabaku corp. Naruto sangat sibuk sepekan ini, selalu pulang terlambat, lupa makan dan yang paling mengusik Naruto adalah dia tidak bisa bermanja dengan istrinya.

Jika ia pulang ke rumah, Naruto selalu mendapati istrinya tertidur di sofa menunggunya pulang. Merasa bersalah pada istrinya itu. Naruto sudah sering memperingatkan Hinata untuk tidak menunggunya tapi, istrinya itu keras kepala. Hinata selalu berkata 'mana bisa nyenyak tidurku jika suamiku masih bekerja.'

Naruto bersyukur memiliki Hinata dihidupnya. Ia akan mengucap banyak terimakasih pada Neneknya nanti. Seperti hari ini, Naruto pulang tepat pukul 12 malam. Naruto melihat Hinata sedang fokus pada layar televisi. Penasaran, Naruto mendekat. Oh... Ternyata Drama Korea. Hinata jadi suka menonton drama dari negeri ginseng itu setelah selalu dicekoki drama itu oleh sepupunya Karin.

Karin yang awalnya melanjutkan study di Amerika bersama Menma, akhirnya memilih pindah kembali ke Jepang. Entah bagaimana, Naruto tak paham, istri cantiknya dan sepupunya itu menjadi dekat. Bahkan tak jarang Karin pun memonopoli istrinya itu. Tambah lagi orang yang selalu menarik Hinata darinya.

"Serius sekali." Ujar Naruto duduk disamping Hinata. Istrinya itu sama sekali tidak menghiraukan dirinya. Ini sering terjadi setelah Hinata kecanduan drama korea. Naruto memberenggut kesal. Mengarahkan tangannya pada pipi Hinata, menekan lembut dengan jari telunjuknya tapi tetap istrinya itu tidak menanggapinya. Naruto berdecak, ini sudah larut malam dan istrinya masih asik memandangi oppa korea itu. Naruto mendengus, dalam hatinya ia mengumpati sepupu merahnya .

"Hinata..." Ujar Naruto dengan nada kesal.

"Hn." Jawab Hinata.

Naruto memandang Hinata datar. Akan ia hancurkan semua kaset korea itu. Hinata yang merasa hawa dingin menusuk kulitnya,segera memalingkan wajahnya pada Naruto. Hinata memandang Naruto sebentar lalu mengecup bibir suaminya pelan. Naruto sudah biasa diperlakukan seperti itu. Mematikan televisi dan dvd nya, Hinata memeluk Naruto dari samping.

"Sudah?" Tanya Naruto. Hinata malah terkikik. Jemari Naruto mengelus perut yang kian membesar itu.

"Sekarang tidur, kasian baby."

"Aku baru bangun Naruto-kun."

"Benarkah? Kenapa tidak menelponku saja? Kenapa malah melihat mereka yang tidak setampan aku."

"Tidak mau. Jika aku menelpon maka pekerjaan Naruto-kun tidak akan selesai-selesai."

Benar juga, jika Hinata menelpon dirinya, Naruto akan mengabaikan semua pekerjaannya. "Hinata...besok bawakan aku makan siang ya. Aku ingin makan ramen buatanmu. Tidak terlalu pedas, kuahnya jangan terlalu merah, dan mienya jangan terlalu matang, juga telurnya setengah matang saja. Okey."

"Naruto-kun, masih mengidam? Padahal sudah masuk tujuh bulan lo." Gerutu Hinata, suaminya ini masih saja ngidam. Bukan Hinata keberatan atau apa, hanya saja suaminya ini suka berlebihan, kemarin saja ia ingin makan nasi kepal tapi berwarna hijau, bulatannya harus sama. Hinata mendesah pelan, mau gimana lagi.

"Jam 12 siang tepat."

"Naruto-kun tidak malu?"

"Hmmm... Malu kenapa?"

"Mempunyai istri sepertiku?"

Naruto terdiam. Mengapa istrinya ini punya pikiran seperti itu? Bahkan dirinya saja sangat bersyukur memiliki istri sepertinya.

"Nanti Naruto-kun di kira pedofil... Haha..." Lanjut Hinata dengan tawa yang nyaring. Naruto gemas, dia di jahili istrinya? Sekarang ia tahu, jika Hinata sangat jahil.

Delayed LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang