9

4.2K 491 82
                                    


Selamat membaca...

***

Hari Senin menurut sebagian orang adalah hari yang sangat sibuk. Awal pekan yang mungkin juga membuat sebagian orang tak bersemangat memulai aktivitas mereka.

Hinata memasuki gerbang sekolah dengan wajah tertunduk. Sebenarnya Hinata ingin absen hari ini, tapi mengingat Ujian semakin dekat ia, mengurungkan niatnya untuk membolos.

Memasuki kelas yang sudah ramai penghuni, Hinata mendudukkan dirinya pada kursi belakang. Membuka buku pelajaran, semata-mata hanya untuk mengalihkan fikirannya yang masih saja memutar kejadian nahas kemarin malam.

Air mata menetes diatas lembaran buku yang sedang Hinata baca. Mengelap kasar air mata itu tapi yang terjadi? Tetesan itu semakin deras saja. Hinata menyerah, menutup bukunya lalu melipat kedua tangannya, kepala dengan surai indigo itu menumpu disana. Menangis tertahan, sungguh Hinata belum bisa menerima apa yang terjadi semalam, walau sudah berusaha untuk mengenyahkan ingatan itu.

Teman sekelas Hinata, menatap aneh pada Hinata. Saling berpandangan seakan bertanya, ada apa dengan Hinata?  Tapi sebagian dari mereka hanya mengangkat bahunya sebentar pertanda tidak tahu dan tidak mau tahu.

Pelajaran dimulai, kelas Hinata sendiri sudah terisi oleh Anko-sensei. Hinata memang memandang kedepan tapi tidak mendengarkan penjelasan gurunya itu.

Jam istirahat membuat sebagian murid bersorak riuh. Karena pertanda sebagai berakhirnya pelajaran dari guru killer mereka. Mereka semua berhamburan keluar kelas. Hinata terdiam, tidak berniat untuk keluar kelas.

Pria muda bersurai hitam ini menengok kekiri dan kekanan mencari seseorang yang beberapa hari ini mengusik fikirannya. Mencari kesetiap sudut sekolah tetapi atensi orang yang dicarinya sama sekali tak terlihat.

Menma merutuki dirinya, karena dia sama sekali buta akan Hinata. Bahkan, tempat yang biasa Hinata kunjungi disekolah saja dia tidak tahu.

Menma akhirnya berjalan menuju kearah kelas Hinata. Mempercepat langkahnya, setelah sampai didepan kelas Hinata, ia mendapati Hinata yang sedang melamun. Pandangan gadisnya itu kosong. Gadisnya? Bahkan kehadirannya pun tak disadari oleh Hinata. Tidak biasanya.

Hinata tak terganggu saat seseorang berdiri disampingnya. Membuat Menma terheran, alisnya menukik.

Ada apa dengan Hinata?

Tangannya terangkat ingin menepuk bahu Hinata. Tapi belum sampai Menma menepuk bahu Hinata. Saraa datang dan langsung menarik rambut Hinata. Hinata terkesiap, memegangi surainya yang terasa akan tercabut bersama dengan kulit kepalanya.

"Dasar jalang tidak tau diri..!! Kau bermaksud menggoda Menma-kun lagi hah?!!" Saraa berteriak kencang, mengundang siswa yang sedang istirahat itu untuk berkerumun memperhatikan mereka. Hinata merintih, Menma masih terkejut, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya didepan mata. Saraa. Kekasihnya yang ia tahu feminim dan manja bisa melakukan hal buruk seperti ini.

Hinata merintih, menggigit bibir bawahnya menahan sakit dikepalanya. Plak... Suara tamparan menggema itu menyadarkan Menma dari keterkejutannya. Menma segera menarik Saraa menjauh dari Hinata, Saraa berontak.

Tangan Hinata terkepal. Saraa salah mencari masalah dengan Hinata sekarang. Emosinya sedang tidak stabil, dirinya saat ini dikuasai kecewa dan amarah pada dirinya sendiri.

Memandang datar kearah Saraa, Hinata maju mendekati Saraa. Saraa berhenti memberontak, melihat Hinata yang berjalan menuju kearahnya dengan tatapan datar yang baru pertama kali Saraa lihat.

Delayed LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang