25

4.6K 439 58
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

Hinata yang tersadar dari pingsannya mengerjabkan mata pelan, menyesuaikan dengan cahaya sore yang masuk ke retina matanya. Bangun dari rebahannya, memindai sekitar. Ini bukan kamarnya. Hinata memegang kepalanya yang terasa sakit, ia masih sedikit pusing.

Suara handle pintu yang di tekan mengalihkan pandangan Hinata tepat kearah pintu. Matanya membola ketika tau siapa yang membuka pintu itu.

"K-ka-kau..."  Ujar Hinata terbata melihat sosok di depannya.

"Kita bertemu lagi... Hyuga Hinata."
.
.
.
Naruto seperti orang kesetanan ketika mengendarai mobilnya. Rasa khawatir pada istrinya itu membuat kewarasan Naruto sedikit menghilang. Sumpah demi apapun, istrinya itu sedang hamil besar, siapa yang berani menculik wanita hamil? Terkutuklah orang itu.

Naruto menemukan sopir pribadi Hinata tergeletak di tengah jalan, mobil yang di naiki oleh Hinata pun dalam keadaan pintu terbuka. Benar dugaannya, istrinya itu diculik. Tapi, siapa pelakunya?

Naruto bersumpah dalam hati, jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada istri dan anaknya maka, jangan harap orang itu akan hidup tenang. Naruto akan membalas dua kali lipat lebih menyedihkan. Naruto kembali memacu mobilnya, ia berharap penculik itu belum jauh dan masih bisa ia kejar. Tapi kenyataannya, dia kehilangan jejak. Naruto berteriak kencang, memukul mobilnya.

"Hinata.....!" Teriak Naruto menyerukan nama istrinya itu. Jatuh berlutut, air mata Naruto mengalir. Baru saja ia merasakan cinta yang begitu membuatnya bahagia. Sekarang ia merasakan sisi hitam cinta. Hinata sudah menjadi kelemahan Naruto.
.
.
.
Satu minggu berlalu, tidak ada kabar sedikit pun tentang Hinata. Khusina jatuh sakit ketika mendengar menantu kesayangannya di culik. Minato yang melihat istrinya sakit seperti itu pun tak kuasa menahan perih. Beginilah Khusina jika sudah sangat menyayangi seseorang. Khusina sering mengigau memanggil Hinata dalam tidurnya. Dan akan menangis tersedu dipelukannya jika, mengingat menantunya itu di culik.

Mito bahkan sampai pulang ke Jepang ketika mendengar kabar ini. Tak kalah shock dengan Khusina. Mito sempat drop, bahkan penyakit jantungnya langsung kambuh. Tetapi Mito tetap tenang ia harus menguasai dirinya jangan sampai menambah beban anak dan cucunya. Mito berfikir, siapa yang menculik cucu menantunya itu. Jika si penculik membutuhkan uang, si penculik pasti akan menghubungi mereka untuk meminta tebusan. Sampai sekarang penculik itu tidak menghubungi mansion Namikaze atau salah satu keluarga Namikaze.

Naruto termenung di dalam kamarnya. Masih menyalahkan dirinya atas penculikan Hinata. Andai saja, andai saja dia tidak menyuruh Hinata untuk mengantarkan makan siang ke kantor maka, sekarang istrinya itu pasti berada disini sekarang. Menonton drama Korea atau sekedar menjahilinya.

Naruto menangis dalam diam, dadanya terasa sesak. "Hinata..." Ujar Naruto terdengar pilu menyayat hati, memeluk dress hamil yang Hinata pakai terakhir kali.

Mito yang melihat cucunya terpuruk seperti itu pun tak kuat menahan tangisnya. Dirinya pernah berada di posisi cucunya. Kehilangan seseorang yang amat kau sayang itu sangat menyakitkan, walau Hinata hanya di culik tetapi selama seminggu ini, tidak ada kabar sama sekali.

Menghapus air mata yang mengalir, Mito mendekati cucunya. Menepuk pelan pundak Naruto. "Sabarlah, kita semua sedang berusaha." Ujar Mito menenangkan Naruto.

"Nek... Istriku sedang hamil besar." Ujar Naruto parau.
"Nenek tau, pinggangnya sering terasa pegal, ia selalu memintaku untuk memijit pinggangnya sebelum tidur lalu disana... Siapa yang memijit pinggangnya, Hinata pasti kesakitan." Mito mengelus rambut pirang cucunya yang kini berbaring di pahanya.

"Dan... Anak kami itu sangat aktif Nek, Hinata selalu merintih saat dia menendang, aku akan mengelusnya pelan agar dia diam. Lalu... Siapa yang akan mengelusnya nek?" Lanjut Naruto lagi.

Delayed LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang