22

5.6K 477 107
                                    

Warning 21++ aku hapus ya gaes... Sorryy yah...

Selamat Membaca...
.
.
.

Naruto merubah posisinya menjadi miring, karena bahaya jika ia berada di atas Hinata.

Melepas pagutannya dengan enggan. "Kau yakin Hinata ingin bercinta di siang hari?" Tanya Naruto.

"Ehm... Aku menginginkanmu Naruto-kun." Hinata mengangguk lalu menunduk. Ia malu mengatakan keinginannya pada Naruto. Naruto terkekeh geli, kenapa harus malu? Dirinya ini kan suaminya.

Naruto mengusap lembut pipi Hinata, mata mereka saling beradu, tak lama mereka melempar senyum. Naruto mengecup kening Hinata. "Sebentar ya, aku izin dulu pada bayi kita. Karena ia akan sedikit terganggu dengan guncangan dan suara berisik yang kita timbulkan nanti." Ujar Naruto dengan nada menggoda seraya mengedipkan satu matanya pada Hinata.

Merendahkan tubuhnya sejajar dengan perut buncit Hinata. "Hey, sayang... Ayah pinjam Ibumu sebentar ya. Kau tidur saja, jangan hiraukan suara-suara aneh yang akan kau dengar nanti."

"Naruto-kun jangan bicara seperti itu pada bayi kita." Hinata berusaha bangun dengan perlahan. Naruto yang melihat Hinata kesusahan untuk bangun pun meraih tangan Hinata, menariknya pelan.

"Naruto-kun, bayi kita bisa mendengarnya." Ujar Hinata setelah berhasil mendudukkan dirinya. Naruto tertawa pelan. Hinata menggembungkan pipinya serta bibirnya mengerucut. Suaminya ini, bisa-bisanya berbicara seperti itu pada bayi mereka.

"Hey... Jaga bibirmu itu Hinata. Aku selalu tidak tahan jika melihat bibir itu mengerucut." Ungkap Naruto jujur.

Hinata memandang wajah suaminya. Tampan, adalah kata yang selalu pertama hadir dalam benak Hinata ketika memandang suaminya. Naruto tersipu, Hinata memandanginya intens seperti itu.

"Ekhem... Kita mau mulai kapan Hinata?" Tanya Naruto dengan gugup karena pandangan Hinata.

Hinata menarik tengkuk Naruto mendekat kearahnya. Membelai pelan wajah tampan suaminya. Mengecup singkat bibir pertama yang menjamah bibirnya. Naruto sendiri masih sibuk menetralkan jantungnya. Debar jantung ini membuat Naruto yakin jika, hatinya sudah jatuh pada Hinata. Istrinya.

Hinata mengecupi rahang tegas Naruto, membuat empunya mengerang. Menjauhkan Hinata sedikit dari tubuhnya.

"Hinata, dengar ini baik-baik." Naruto menatap serius Hinata, menaruh tangannya pada bahu istrinya. "Yang akan kita lakukan adalah bercinta, bukan sexs atau sekedar memenuhi kewajiban dan menuntut hak." Ujar Naruto dengan suara tegas. "Aku bercinta denganmu karena memang aku..." Naruto menjeda ucapannya, seketika lidahnya kelu untuk berucap. Hinata menanti jawaban Naruto dengan gusar. "Katakan kau mencintaiku Naru." Batin Hinata memohon.

"Karena aku... Bukan, karena kau telah berhasil membuat Namikaze Naruto merasakan cinta. Hinata, aku mencintaimu." Ungkapan cinta Naruto membuat hinata tercengang. Narutonya, suaminya mencintainya? Hinata menatap safir biru Naruto, disana benar ada cinta.  Hinata mengangguk cepat, ia memeluk Naruto. Kali ini, Hinata tidak akan menunda untuk mengakui jika hatinya pun jatuh pada Naruto.

.
.
.

Hari berganti senja, pasangan ini masih larut dalam tidur sore mereka. Hinata yang terbangun lebih dulu menatap penuh pada wajah pulas suaminya. Dirinya bahagia di cintai oleh suaminya. Membelai rahang Naruto, membubuhkan kecupan ringan di rahang itu. Masuk ke dalam pelukan Naruto, bergerak mencari posisi  ternyamannya.

"Kau belum puas sayang?" Ujar Naruto dengan mata terpejam. Hinata mendongak kearah suaminya, tak meyangka jika suaminya sudah bangun. Naruto membuka pelan matanya, menunjukkan safir biru indah yang membuat Hinata terpesona. Terkekeh pelan, melihat ekspresi Hinata, Naruto mencuri satu kecupan di kening wanitanya.

"Naruto-kun."

"Hm..."

"Terimakasih sudah membuatku merasakan berciuman, berpegangan tangan, berpelukan, bercumbu, dan bercinta. Pokoknya semuanya yang belum pernah aku rasakan. Terimakasih untuk itu semua." Ujar Hinata dengan tulus, menatap tepat safir Naruto. Matanya berkaca, sungguh ia dulu tidak pernah berangan bisa merasakan semuanya. Bahkan dengan Menma pun ia tidak berani untuk sekedar berkhayal.

"Sstt... Sudah sayang. Aku berterimakasih pada mantanmu karena tidak menjamahmu sama sekali, menjadikanku yang pertama atas dirimu. Bukan hanya tentang bercinta tapi yang lainnya juga. Sekarang kita akan berada di masa depan bersama selamanya. Aku sudah jatuh padamu. Maka dari itu, jangan berani meninggalkanku." Balas Naruto, mengecup kedua mata istrinya. "Kau tidak lapar? Kau melewatkan makan siang." Ucap Naruto. "Kasihan dia." Lanjut Naruto mengelus perut buncit. Sejujurnya Hinata terbangun karena lapar. Naruto bangkit dari tidurnya, memakai boxernya dan berjalan menuju lemarinya mengambil kaos.

"Kau tunggu disini, aku akan mengambilkan makanan untukmu." Ujar Naruto sambil memakai kaos yang diambilnya tadi, merangkak naik ke kasur lagi, lalu mengecup perut Istrinya lagi. " Maaf sayang... Kau lapar? Sebentar ya." Naruto beranjak keluar kamar, meninggalkan Hinata yang menangis haru melihat besarnya cinta Naruto padanya. Ia akan membalas cinta Naruto jauh lebih besar.
.
.
.
.

Bersambung...

Arigatou Gozaimasu...

Delayed LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang