5

4.4K 490 132
                                    

Selamat membaca...

***

Suara jam weker disisi nakas ranjang kecilnya berdering keras. Bangun dari tidur lelapnya yang sekejap, Hinata mematikan dering wekernya.

"Sudah jam 4 ya..." Merenggangkan ototnya, kepala bersurai kelam itu  bergerak pelan ke kanan dan ke kiri.

"Yosh... Waktunya bekerja. Semangat Hinata..." Mengepalkan tangannya ke udara. Beranjak dari kasurnya, Hinata mendekati foto mendiang Ibunya. "Kaa-san doakan semoga hari ini berjalan lancar ya."

Mengecup foto Sang Ibu singkat, setelah itu bergegas membersihkan diri, pekerjaannya sudah menantinya. Menyiapakan semua keperluan sekolahnya, memasukkan buku dan seragamnya kedalam ransel usangnya. Hinata mengeluarkan sepeda, mengunci pintu dan siap berangkat.

Menaiki sepedanya menuju tempat pemerahan susu. Ya, Hinata bekerja sebagai pengantar susu segar dan juga peloper koran.

Setiap pagi Hinata akan mengambil susu-susu segar yang sudah siap dalam botol untuk diantarkan kepada para pelanggan, juga tak lupa koran new yang makin hari makin banyak saja peminatnya tentu dari kalangan menengah keatas.

"Ohayou paman..." Hinata menyapa seorang pria paruh baya dengan riang.

"Cepat antarkan susunya, awas saja jika kau terlambat mengantarnya." Ujar pria paruh baya itu. "Kalau sampai ada pengaduan tak enak tentang mu, maka aku tak segan untuk menendangmu dari sini." Imbuhnya lagi tanpa melihat Hinata.

"Okey paman, tenang saja semua pasti akan sampai tepat waktu." Jawab Hinata membungkukkan badannya seperti pelayan kerajaan.

"Cih... Sudah sana."

Hinata masuk kedalam ruangan khusus pengemasan susu. Disana sudah banyak botol-botol susu yang sudah siap diantar. Mengambil bagiannya, Hinata menata rapi susu botol itu kedalam keranjang yang ia pasang di jok belakang sepedanya. Setelah selesai, Hinata pamit kepada pria paruh baya tadi.

"Aku berangkat paman Sarutobi. Jaa ne..." Hinata tau, pasti tak ada jawaban apapun dari Paman Sarutobi, Hinata sudah terbiasa dengan semua itu. Semua orang hampir tak pernah menganggapnya.

Mengayuh sepeda didinginnya pagi membuat Hinata sedikit merasakan kedinginan.

Hinata bersenandung, siapa tau bisa sedikit menghangatkan tubuhnya. Melaju pelan menuju kios koran, Hinata masih bersenandung lirih. Memarkirkan sepedanya didepan kios koran, melangkah masuk dengan segera.

" Ohayou, yahiko-nii..." Ucap Hinata pelan.

"Hm.." hanya deheman yang menjadi jawaban. Sekali lagi, Hinata terbiasa akan itu semua.  Melihat jatah korannya sudah tertata rapi, ia mengambilnya dan membentuk koran itu menjadi gulungan kecil panjang memberi karet pada tengahnya. Ini ia lakukan agar mudah memasukkan dalam kotak koran yang tersedia didepan rumah pelanggannya.

"Baiklah selesai." Hinata berdiri dari duduknya, menepuk-nepukkan telapak tangannya seraya membersihkan dari kotoran debu yang menempel.

"Yahiko-nii, aku berangkat dulu ya. Jaa ne..." Hinata menata gulungan koran itu pada keranjang depan sepedanya. Semua siap sekarang Hinata hanya perlu mengantarkan ini semua pada pelanggannya.

Delayed LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang